EpochTimesId — Presiden Turki, Tayyip Erdogan menggambarkan penembakan massal yang menewaskan 50 orang di dua masjid Selandia Baru sebagai bagian dari ancaman serangan yang lebih luas terhadap Turki. Dia pun mengancam akan mengirim teroris dalam peti mati, jika mencoba melakukan serangan ke Istanbul.
Erdogan, yang berupaya menggalang dukungan untuk Partai AK pada pemilihan umum 31 Maret 2019 mendatang, menyebut serangan Selandia Baru sebagai bukti sentimen anti-Muslim global.
“Mereka menguji kami dari jarak 16.500 km, dari Selandia Baru, dengan pesan yang mereka berikan dari sana. Ini bukan tindakan individu, ini sistematis,” klaim Erdogan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Tersangka penembakan, Brenton Tarrant, 28tahun, adalah Warga negara Australia supremasi kulit putih. Dia telah didakwa dengan kasus pembunuhan pada 16 Maret 2019.
Pada kampanye pemilihan akhir pekan, Erdogan menunjukkan rekaman video penembakan, yang disiarkan langsung oleh pria bersenjata itu di Facebook. Perbuatan Erdogan mendapat protes keras dari menteri luar negeri Selandia Baru. Menlu mengatakan perbuatan itu dapat membahayakan warga Selandia Baru yang ada di luar negeri.
Erdogan juga menampilkan rangkuman dari ‘manifesto’ yang diposting online oleh penyerang. Manifesto yang sudah dihapus oleh Facebook.
Dia mengatakan pria bersenjata itu mengeluarkan ancaman terhadap Turki dan presidennya sendiri. Menurut Erdogan, Brenton ingin mengusir orang-orang Turki dari wilayah barat laut Turki, yang berada di daratan Benua Eropa. Kota terbesar di Turki, Istanbul, terbagi antara Asia di timur Bosphorus, dan Eropa di barat kawasan Bosphorus.
“Kami telah berada di sini selama 1.000 tahun dan akan berada di sini sampai kiamat,” kata Erdogan pada kampanye rapat umum pada 18 Maret 2019.
Kampanye itu sekaligus untuk memperingati kampanye Gallipoli 1915. Dimana tentara Ottoman mengalahkan pasukan pimpinan Inggris termasuk pasukan Australia dan Selandia Baru, yang mencoba untuk merebut semenanjung itu, pintu gerbang menuju Kota Istanbul.
“Anda tidak akan mengubah Istanbul menjadi Konstantinopel,” tambah Erdogan.
Dia merujuk pada nama kota itu di bawah penguasa Bizantium Kristen, sebelum ditaklukkan oleh Muslim Utsmani pada tahun 1453.
“Kakek-nenekmu datang ke sini, dan mereka kembali dengan peti mati. Jangan ragu kami akan mengirimmu kembali seperti kakekmu,” ancam Erdogan.
Erdogan terpilih kembali pada tahun 2018 dengan kekuatan baru. Akan tetapi Partai AK-nya, yang telah memerintah Turki sejak tahun 2002, kini harus memperebutkan suara dan simpati pemilih yang kecewa, karena ekonomi menyebabkan resesi. Erdogan berusaha menjual fanatisme semu dengan menyebut pemilihan lokal sebagai ‘masalah bertahan hidup’. Bertahan dalam menghadapi ancaman, termasuk dari militan Kurdi dan serangan terhadap Muslim seperti aksi penembakan di Selandia Baru.
Berbicara setelah pertemuan kabinet Selandia Baru, Menteri Luar Negeri Winston Peters mengatakan dia mengatakan kepada mitranya di Turki bahwa penggunaan rekaman video oleh Erdogan dalam kampanye pemilihan umum itu, adalah salah.
“Apa pun dari sifat yang salah menggambarkan negara ini, mengingat bahwa ini adalah individu warga negara bukan Selandia Baru, membahayakan masa depan dan keselamatan rakyat Selandia Baru dan orang-orang kami di luar negeri. Dan itu sama sekali tidak adil,” kata Peters.
Sumber pejabat senior keamanan Turki mengatakan, Tarrant telah memasuki Turki dua kali pada 2016, selama seminggu di bulan Maret dan lebih dari sebulan di bulan September 2019. Pihak berwenang Turki mulai menyelidiki segala sesuatu dari catatan hotel hingga rekaman kamera untuk mencoba memastikan alasan kunjungannya, menurut sumber itu. (Reuters/The Epoch Times/waa)
Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA
Simak Juga :
https://youtu.be/rvIS2eUnc7M