oleh Maureen
Epochtimes.id- Epidemi wabah Ebola semakin memburuk di Kongo. Jumlah kasus terbaru Maret 2019 ini dilaporkan mencapai 1.009 kasus.
Jumlah korban meninggal dunia mencapai 629 jiwa. Tingkat kematian yang mencapai 60 % menjadikannya sebagai yang terbesar kedua dalam sejarah kematian akibat penyakit Ebola.
Kejadian ini bersamaan berkobarnya perang saudara di Kongo. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO Tedros Adhanom, menunjukkan bahwa epidemi Ebola ini sudah berlangsung terlalu lama.
Sejak wabah berjangkit di Kongo Agustus tahun lalu, sudah ada 1009 orang yang terserang, di antaranya 944 orang telah terkonfirmasi. Sedangkan 65 orang lainnya masuk kategori dicurigai. Tetapi jumlah kematian sudah meningkat menjadi 629 orang, di mana 564 orang sudah dikonfirmasikan dan 65 orang diduga telah meninggal dunia.
Ebola merebak tahun lalu di Kongo, tetapi epidemi baru-baru ini kembali menunjukkan tren kenaikan. WHO menunjukkan bahwa meningkatnya ancaman keamanan, termasuk serangan bersenjata terhadap pusat-pusat perawatan menjadi semakin memburuknya epidemi Ebola.
Lebih parah lagi, perang saudara yang berkecamuk dan ketidakpercayaan masyarakat, menghambat tindakan responsip terhadap penyebaran epidemi. Bahkan, memperdalam kesulitan pihak berwenang dalam mengendalikan epidemi.
Pada awal bulan Maret ini, sekelompok gerilyawan menyerang pusat perawatan Ebola. Gerilyawan ini membunuh seorang petugas polisi dan melukai petugas kesehatan.
Pada bulan Februari lalu, 2 orang gerilyawan menyerang pusat perawatan Ebola di Kivu Utara, memaksa badan amal medis Prancis Medecins Sans Frontieres atau MSF untuk menangguhkan bantuan kemanusiaan.
Saat ini, lebih dari 96.000 orang Kongo telah divaksinasi. Petugas kesehatan di Uganda dan Sudan Selatan juga telah divaksinasi. Lebih dari 90% dari mereka yang seharusnya divaksinasi sudah menerima vaksinasi.
Teknologi perawatan yang baru dikembangkan seperti vaksin uji dan perawatan eksperimental membantu menekan penyebaran virus Ebola. Saat ini, sebagian besar kasus terjadi di Kivu Utara dan Ituri.
Meskipun epidemi belum dilaporkan di wilayah lain dan negara-negara tetangga, Organisasi Kesehatan Dunia percaya bahwa risiko penyebaran epidemi masih sangat tinggi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, wabah besar Ebola terakhir terjadi di Afrika Barat pada tahun 2014 lalu. Ketika itu lebih dari 28.000 orang terinfeksi dan lebih dari 11.000 orang meninggal dunia. (Sin/asr)