Zhou Xiaohui
Tak lama setelah aparat pemerintahan komunis Tiongkok berusaha keras meredam paksa aksi protes para orangtua murid Sekolah Aristokrasi di Kota Chengdu, Provinsi Sichuan, gara-gara sekolah ini menyediakan hidangan dari daging busuk, kejadian terbaru pada 21 Maret lalu, sebuah pabrik kimia di komplek Industri Chenjiagang di kota Yancheng, Provinsi Jiangsu, mengalami ledakan hebat. Pemerintahan Beijing mengumumkan jumlah korban tewas lebih sekitar 60 orang. Namun informasi yang beredar di tengah masyarakat jauh melebihi angka tersebut.
Ada Warganet yang menyebutkan, jumlah pekerja di pabrik kimia Tianjiayi yang mengalami musibah itu mencapai sekitar 3.500 orang. Mereka pada umumnya bekerja dalam jangkauan ledakan, berapa banyakkah yang masih hidup?
Ada pula pejabat yang mengungkapkan, tidak tertutup kemungkinan pada pusat ledakan tubuh korban menguap seketika.
Hingga saat ini media massa di daratan Tiongkok belum memberitakan satu berita tentang: 10 menit sebelum ledakan, 16 orang pakar provinsi Jiangsu memasuki pabrik kimia tersebut untuk mengawasi berlangsungnya perbaikan, rombongan itu mengambil 16 buah helm pengaman, hingga saat ini belum dikembalikan.
Mengenai jumlah korban tewas yang sesungguhnya dalam tragedi ini, tidak ada orang yang percaya informasi yang dirilis oleh media corong pemerintahan komunis Tiongkok.
Sesungguhnya pemerintahan komunis Tiongkok sudah terbiasa menutupi berita negatif dalam berbagai tragedi sebelumnya. Bahkan, telah mengarahkan opini untuk membohongi rakyat.
Seperti ledakan besar di bulan Agustus 2015 lalu di distrik pengembangan baru pesisir pantai Tianjin, menurut berita, ledakan pertama pada waktu itu, menyebabkan guncangan bermagnitudo 2,3 atau setara dengan 3 ton TNT. Lalu selang 30 detik kemudian, terjadi ledakan kedua yang lebih besar, menyebabkan guncangan bermagnitudo 2,9 atau setara dengan ledakan 21 ton TNT. Ada warganet yang menyebutkan, ‘lokasi kejadian ibarat hari kiamat’.
Adapun ledakan di Yancheng baru-baru ini juga sama seperti kiamat dunia. Akan tetapi sampai hari ini, kalangan luar masih tidak mengetahui berapa banyak korban tewas yang sesungguhnya di Tianjin. Berkat pengalihan media massa Tiongkok, ledakan di Tianjin sudah lama menghilang dari ingatan masyarakat.
Oleh karena itu, kasus ledakan Yancheng juga diperkirakan akan mengalami hal serupa. Pemerintahan komunis Tiongkok yang menutupi fakta sepertinya telah bernafas lega, tapi sekali demi sekali penipuan juga telah menggerus kepercayaan publik terhadap pemerintahan ini.
Yang menenggelamkan petinggi Beijing di dalam ketakutan adalah, ledakan berikutnya sedang terbentuk, tapi mereka tidak tahu akan meletus di mana.
Di sisi lain, pada sistem pemerintahan Komunis Tiongkok yang otoriter dan bersifat ‘palsu, besar dan hampa’ dengan orientasi ‘segalanya diukur dengan uang’, tidak hanya proyek berkualitas rendah ada dimana-mana dan tersembunyi di berbagai industri seperti di dalam industri makanan, bangunan, kimia, pendidikan, pengobatan dan lain-lain, sekian banyak industri dengan status high risk itu juga tidak rela mengeluarkan biaya untuk di-investasikan ke dalam bidang jaminan keamanan.
Ada warganet yang mengungkapkan, seorang teknisi Jerman yang mengerjakan pembangunan pipa minyak di Tiongkok menyebutkan, saluran pipa minyak bumi di Tiongkok tidak dipasang alat pendeteksi tekanan minyak. Ini artinya bila terjadi kebocoran minyak pada pipa, kantor pusat tidak akan tahu. Selain itu, komputer dan sistem kendali yang dipakai di perusahaan Sinopec sudah sangat usang.
Pihak Jerman telah beberapa kali meminta Sinopec untuk melakukan maintenance upgrade perlengkapannya, tapi tidak pernah ditanggapi oleh Sinopec. Ini juga menandakan banyak pabrik kimia di Tiongkok memendam bom waktu. Tidak kecil kemungkinan akan terjadi ledakan lagi seperti di Sinopec.
Jika dikatakan ledakan besar di pabrik kimia akan mengakibatkan paling langsung korban tewas dan terluka yang tragis. Maka makanan yang telah basi, daging yang mengandung virus wabah babi, bangunan yang tidak memenuhi syarat, vaksin yang kadaluarsa dan lain sebagainya, guncangan sosial yang ditimbulkan yang mirip dengan ledakan itu juga tidak bisa diremehkan.
Belum lagi tanah yang diambil paksa, rumah yang digusur paksa yang tidak mendapat kompensasi yang layak, perusahaan yang bangkrut tidak mendapat kompensasi layak, pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan yang mengakibatkan ketidakadilan, harga rumah mahal, harga barang mahal, pajak tinggi, rendahnya kesejahteraan, sulitnya berobat, sulitnya mendapatkan bangku sekolah yang membuat kehidupan susah, lantas jikalau ada orang memilih membalas dendam pada pejabat dan masyarakat dengan pembunuhan dan ledakan, belasan tahun tidak pernah berhenti.
Akibat serius dari bom waktu ini, juga membuat pejabat elit partai komunis Tiongkok merasa khawatir.
Kekhawatiran menimbulkan angan-angan pencegahan, lalu mengangkat tongkat untuk menghardik pejabat terkait, seperti sejumlah pejabat di provinsi Jiangsu bakal segera berakhir karirnya.
Akan tetapi, segala tindakan yang dikeluarkan dari sistem Komunis Tiongkok ini hanya menghilangkan gejala tanpa menyelesaikan penyebabnya.
Soal pejabat bisa diganti, bisa dipenjara, peraturan bisa terus diperbaharui, slogan keselamatan bisa diserukan, sikap bisa menjadi tulus, aksi pemeriksaan juga sangat intens, tapi berbagai industri yang minim akan pengawasan dari masyarakat dan media massa, yang hanya didorong kepentingan semata, tak akan pernah memiliki hati nurani, bahkan semakin menjadi-jadi; ditambah lagi para pejabat yang lamban, bom waktu yang diamankan sangat sedikit.
Di masa mendatang bom waktu yang akan dipicu oleh ruwetnya masyarakat Tiongkok pasti tidak akan berkurang. Sejatinya tidak akan bisa dicegah.
Jika ledakan di atas kemungkinan adalah kecelakaan, kalau meletusnya bom waktu dikembalikan pada kelemahan sistem pemerintahan PKT, maka jika di dalamnya dicampur dengan faktor manusia, maka akibatnya akan lebih mengerikan.
Menurut pemberitaan Epoch Times sebelumnya, kasus pembacokan di stasiun Kereta Api kota Kunming beberapa tahun silam dan ledakan di stasiun Kereta Api kota Urumqi provinsi Xinjiang, adalah kejadian yang dilakukan oleh kubu Jiang Zemin dengan menyuap polisi bersenjata dan kelompok mafia. Tujuannya selain memprovokasi Xi Jinping, juga untuk menciptakan masalah bagi pemerintahan Xi. Intinya memanfaatkan kesempatan itu merebut kekuasaan.
Ledakan besar Tianjin bertepatan pada perjalanan pulang Xi Jinping ke Beijing, ledakan di Yancheng barusan ini juga terjadi ketika Xi Jinping baru saja bepergian, tak pelak membuat masyarakat menghubung-hubungkannya.
Pada 11 Januari 2019 lalu, dalam rapat, Xi Jinping menuntut agar menyelidiki dan menghukum berat oknum yang “menjauh secara politik, berubah secara pemikiran, berkomplot dalam organisasi, dan berpura-pura patuh tapi berkhianat.”
Pada 20 Februari lalu situs Komisi Kedisiplinan Pusat Partai Komunis Tiongkok atau PKT memuat laporan Zhao Leji selaku Sekjen Komisi Kedisiplinan Pusat yang menulis, “menyelidiki dan menghukum berat oknum berwajah dua yang tidak setia” dan lain sebagainya.
Sebelum ‘dua rapat paripurna’, sesuai aturan anggota Komisi Politbiro PKT menyampaikan laporan jabatan tertulis pada Xi Jinping, dalam laporan itu mereka secara sadar menyatakan melindungi “inti Xi” dan melindungi supremasi partai pusat sebagai ‘prinsip politik tertinggi.’
Selain itu, dalam “Saran Memperkuat Konstruksi Politik Partai” yang dirilis hampir bersamaan disebutkan masalah politik internal partai belum terselesaikan. Sebagai cara menyelesaikannya harus dengan teguh dilakukan “dua perlindungan”; tidak diperbolehkan melakukan ‘merah rendahan’ dan ‘mafia kelas atas’, tidak diperbolehkan ‘berwajah dua’, tidak diperbolehkan ‘bersumpah setia palsu’ dan lain sebagainya.
Ini menjelaskan ‘orang berwajah dua’ dan ‘sumpah setia palsu’ di dalam internal partai komunis Tiongkok tidaklah sedikit. Bukan tidak mungkin pejabat seperti ini akan bermanuver sesuai arah angin, menciptakan peristiwa buruk mengacaukan situasi politik.
Bom waktu yang bakal diledakkan oleh para pejabat seperti ini, diperkirakan akan membuat sakit kepala petinggi Partai Komunis Tiongkok, karena mereka tersembunyi dan tidak terlihat, semakin sulit untuk dicegah.
Selain banyaknya tertanam bom waktu di masyarakat dan politik, titik ledakan di bidang ekonomi juga cukup banyak.
Di bawah tekanan Amerika Serikat, ekonomi Tiongkok merosot dengan cepat, efek busa moneter, properti, hutang daerah, hutang perusahaan sewaktu-waktu bisa meletus.
Walaupun pemerintah Beijing berupaya keras mengulur waktu meletusnya, tapi ini hanya masalah waktu saja.
Bom waktu ini dan suara ledakan yang terus menerus, ibarat satu peringatan demi peringatan. Setiap terjadi sekali, cemooh rakyat terhadap PKT pun selapis lebih dalam, maka usia PKT pun semakin pendek. (SUD/WHS/asr)
Video Rekomendasi :
https://www.youtube.com/watch?v=NPiVjznhPOk