EpochTimesId – Sebuah perusahaan pengiriman surat kilat yang berbasis di Beijing, Rufengda Express Corporation, tiba-tiba menutup operasi bisnisnya.
Ratusan karyawan perusahaan, pemasok, dan mitra logistik dari berbagai daerah di Tiongkok bergegas ke Beijing dalam upaya untuk memperoleh upah yang belum dibayar dan kompensasi keuangan lainnya, yang mereka klaim totalnya lebih dari 70 juta yuan (10,4 juta dolar Amerika Serikat).
Rufengda Express Corporation beroperasi di lebih dari 3.000 kota di 31 provinsi dan wilayah tingkat provinsi di Tiongkok, menurut situs web perusahaan tersebut.
Namun, Rufengda Express Corporation merugi selama beberapa tahun terakhir ketika perusahaan yang lebih besar berhasil memenangkan kompetisi bisnis di bidang tersebut, demikian kata seseorang yang akrab dengan keuangan perusahaan kepada Caixin, sebuah publikasi bisnis Tiongkok.
Raksasa teknologi, JD.com dan Alibaba, keduanya memiliki layanan kurir tersendiri, sehingga seringkali menjadi pilihan populer di kalangan pembeli online di Tiongkok.
Protes
Para pengunjuk rasa mengepung gedung kantor pusat perusahaan Rufengda Express Corporation di Beijing selama beberapa hari berturut-turut. Polisi anti huru-hara tiba pada tanggal 4 April 2019 malam untuk membubarkan massa.
Salah satu pengunjuk rasa mengatakan kepada Epoch Times berbahasa Mandarin dalam sebuah wawancara: “Perusahaan Rufengda Express Corporation berhenti membayar gaji sejak tanggal 16 Maret 2019. Kami pergi ke kantor pusat di Beijing untuk membela hak-hak kami. Pada awalnya, ada sekitar 400 orang yang tinggal di sini selama beberapa waktu, tetapi tidak berhasil. Biaya makanan dan akomodasi di Beijing sangat mahal, sehingga banyak orang pulang ke rumah.”
Pengunjuk rasa lain mengatakan ada lebih dari 400 polisi anti huru-hara menghadapi sekitar 200 pengunjuk rasa. Polisi juga melarang mereka merekam rekaman video. “Siapa pun yang mencoba merekam video, maka telepon selulernya akan diambil oleh polisi, sehingga pengunjuk rasa tidak berani merekam video lagi,” katanya.
Dikatakan bahwa pengunjuk rasa menemui CEO Rufengda Express Corporation yang baru bernama Ying Hang di dalam gedung dan mengerubutinya. Akhirnya, polisi mengusir semua pengunjuk rasa tersebut.
Seorang staf wanita Rufengda Express Corporation yang bekerja di kantor pusat mengatakan bahwa majikannya berhutang dua bulan gajinya, atau hampir 10.000 yuan (1.489 dolar Amerika Serikat). “Penutupan perusahaan terjadi secara tiba-tiba. Perusahaan menghentikan semua operasi bisnis pada tanggal 12 Maret 2019, tetapi tidak memberikan penjelasan apa pun. Selain itu, tidak ada manajer perusahaan yang menampakkan diri untuk melakukan sesuatu. Pemegang saham yang baru tidak pernah muncul di muka umum. Kami belum pernah melihat mereka sama sekali,” katanya kepada Epoch Times berbahasa Mandarin.
Beberapa media telah melaporkan bahwa total hutang perusahaan Rufengda Express Corporation kepada karyawan adalah sebesar 30 juta yuan (4,5 juta dolar Amerika Serikat).
Perusahaan
Data publik menunjukkan bahwa Rufeng Express Co. didirikan pada bulan April 2008 dengan dana awal dari perusahaan e-commerce. Bahkan, perusahaan tersebut adalah layanan pengiriman in-house untuk VANCL, sebuah toko fashion online.
Pada tanggal 7 Januari, pemegang saham perusahaan diubah dari Suzhou Wanlong Huayu Logistics Co menjadi Shenzhen General Logistics E-Commerce Co., di mana bisnis terdaftar atas nama Ying Hang.
Namun, Ying Hang memiliki catatan masalah hukum, menurut database publik online mengenai eksekutif bisnis Tiongkok, yang disebut Jaringan Informasi Terbuka Eksekutif. Dari 10 November 2015, hingga 27 Agustus 2018, Ying Hang terdaftar dalam daftar “tidak dapat dipercaya” karena berulang kali “menolak memenuhi kewajiban yang diminta oleh dokumen hukum sambil memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban tersebut.”
Perselisihan perburuhan baru-baru ini yang melibatkan Ying Hang menyebabkan keputusan pengadilan pada tanggal 12 Maret 2019 memaksa perusahaannya untuk menyediakan sekitar 27.000 yuan (4.000 dolar Amerika Serikat) dalam kompensasi finansial kepada seorang yang tidak disebutkan namanya.
Menurut laporan 3 April 2019 oleh media China The Economic Observer, General Logistik E-Commerce memutuskan untuk mengakuisisi Rufengda Express Corporation seharga 45 juta yuan (6,7 juta dolar Amerika Serikat), tetapi tiba-tiba meminta untuk menghentikan akuisisi pada tanggal 28 Maret 2019. Sejauh ini, General Logistik E-Commerce hanya membayar 15 persen dari 45 juta yuan.
Salah satu pemasok Rufengda Express Corporation mengatakan kepada The Economic Observer bahwa perusahaan tersebut berutang 45 juta yuan kepada pemasok dan mitra logistiknya.
Bapak Gao, yang memiliki perusahaan logistik kecil di Beijing yang bermitra dengan perusahaan kurir, mengatakan bahwa Rufengda Express Corporation berutang empat bulan pembayaran kepada perusahaannya, yang berjumlah 5,65 juta yuan (840.000 dolar Amerika Serikat).
Ying Hang memasuki kantor pusat perusahaan pada tanggal 4 April 2019. Para pengunjuk rasa segera mengerubutinya. Akhirnya, polisi datang dan mengusir para pengunjuk rasa. (Olivia Li/ Vv)
VIDEO REKOMENDASI
https://www.youtube.com/watch?v=GRsFY9yaw9k