Zhou Xiaohui
Sejak sejarah memasuki tahun 2019 peristiwa besar dunia terus bermunculan. Baru-baru ini kudeta Sudan menjadi sorotan dunia. Pada 11 April lalu, militer Sudan menyingkirkan Presiden Bashir yang telah berkuasa 30 tahun, dan mengumumkan pembebasan tawanan politik yang dibui oleh Bashir.
Pada 12 April di bawah tekanan massa demonstran, Menteri Pertahanan Sudan Awad Ibnouf yang melakukan kudeta telah mundur dari jabatan pemimpin rezim transisi yang baru dijabatnya satu hari, digantikan oleh ketua Komisi Transisi Militer Burhan. Dia menyatakan, akan membentuk suatu pemerintahan sipil, dengan masa transisi maksimal 2 tahun.
Berita ini merupakan dorongan semangat bagi rakyat Sudan yang selama ini menderita di bawah pemerintahan diktator Bashir. Sudan kini menuju negara demokrasi adalah hal yang sangat didambakan oleh rakyat Sudan, pihak militer Sudan juga mendukung arus ini.
Peristiwa kudeta di Sudan ini sebenarnya juga telah mengirimkan sinyal yang jelas bagi negara yang masih mempertahankan sistem pemerintahan diktator dan otoriter, bahwa demokrasi telah menjadi tren dunia, tidak ada rakyat di negara mana pun yang mau hidup di bawah penindasan atau tekanan.
Akan tetapi disingkirkannya Bashir dan Sudan menuju ke arah demokrasi. Bagi Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang dalam jangka waktu panjang mendukung Bashir dalam politik, militer dan ekonomi, tidak bisa dikatakan bukan suatu pukulan telak.
Masih segar dalam ingatan bahwa pada tahun lalu di saat Bashir berkunjung ke Beijing untuk menghadiri Forum Kerjasama Tiongkok-Afrika, Bashir telah mendapatkan perlakukan istimewa, ia tidak hanya memuji kebusukan PKT, bahkan berterima kasih pada PKT atas dukungan bagi dirinya, dan menyatakan sikap mendukung program One Belt One Road atau OBOR. Bashir juga bersedia “mempererat kerjasama bilateral yang nyata antara Sudan dan RRT serta berkoordinasi dalam urusan internasional dan regional lainnya”.
Pada Juni 2011 silam, tanpa mempedulikan kecaman masyarakat internasional, Beijing secara terbuka mengundang Bashir yang diburon oleh Mahkamah Internasional untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok.
Menurut berita, Mahkamah Internasional pernah mengeluarkan perintah ‘wanted’ terhadap Bashir yang dituduh melakukan pembunuhan massal, kejahatan genosida, kejahatan anti-kemanusiaan dan berbagai tuduhan perang lainnya. Ormas HAM menuding rezim Bashir sejak tahun 2003 lalu “telah membunuh sebanyak lebih dari 300.000 orang” di wilayah Darfur. Tiongkok juga dituding sebagai “tempat perlindungan bagi kriminal perang internasional”.
Mengapa pemerintah Komunis Tiongkok mendukung penguasa diktator seperti Bashir ini? Bagi Beijing, Sudan adalah negara yang memiliki pengaruh penting terhadap Afrika dan Dunia Arab.
Dulunya Beijing membeli banyak minyak mentah dari Sudan dan di tahun 1990an. Setelah Sudan mengalihkan setengah saham kepemilikan perusahaan minyaknya kepada Tiongkok, Sudan pun membeli banyak senjata dan perlengkapan dari Tiongkok. Sudan mengembangkan industri militer, lalu menjual persenjataan ringan yang diproduksinya ke pasar internasional. Tak hanya itu itu, Sudan membeli peluncur roket dan tank serta kendaraan perang buatan Tiongkok atau Iran, yang dirakit dan diberi merek Sudan.
Beberapa tahun terakhir, seiring dengan PKT semakin memperluas pengaruhnya, khususnya dengan ambisi mengembangkan program “OBOR”, kerjasama RRT dan Sudan meluas ke banyak sektor lainnya, seperti bidang luar angkasa.
Menurut pemberitaan media massa Tiongkok, pada September 2018 lalu di saat menghadiri Forum Kerjasama Tiongkok-Afrika, Bashir juga telah menghadiri acara penandatanganan kerjasama ekonomi dagang kedua negara, yang mencakup penandatanganan proyek stasiun satelit penerima di darat yang akan dibangun di Sudan.
Kerjasama antara GIAD Industrial Group Space Center dengan China International Geoinformation Co. Ltd. (CIGIC) dan anak perusahaan Chinese Academy of Science Remote Sensing and Digital Earth (RADI). Proyek tersebut mencakup tidak sebatas stasiun darat, juga penerimaan satelit dan aplikasinya.
Setelah itu pada 25 hingga 26 September, Forum Pertanian Cerdas Regional yang pertama digelar di ibukota Sudan, Khartoum.
Menurut media massa Tiongkok yang meliput, berkat instruksi Xi Jinping terkait “mendorong pembangunan sistem navigasi Beidou di negara Arab” dan “memperkuat mekanisme forum navigasi Beidou”, Kantor Manajemen Sistem Navigasi Satelit RRT, International Exchange Training Center, Beijing Aerospace University, China Ordnance Industries Group, Great Wall Industries Group, Shanghai Sinan Navigation dan lain-lain mengirim utusannya, serta memberikan pelatihan bagi staf negara terkait. Beijing mengembangkan kerjasama internasional di bidang satelit dan navigasi dengan negara Arab.
Menurut rencana PKT, Beidou Global System akan merampungkan 19 jaringan peluncuran satelit di akhir tahun 2018, memprioritaskan pelayanan dasar bagi negara-negara di sepanjang jalur program “OBOR” termasuk negara Arab, sistem Beidou akan memasuki era globalisasi.
Dan, hingga 2020, PKT akan meluncurkan 10 unit satelit navigasi Beidou, untuk merampungkan jaringan sistem global Beidou, memberikan layanan navigasi satelit dengan fungsi lebih banyak, akurasi lebih tinggi dan lebih dapat diandalkan. Tahun 2035 akan merampungkan sistem Positioning Navigation Timing (PNT) yang terintegrasi yang menyebar lebih luas dengan sistem Beidou sebagai pusatnya.
Ambisi PKT tidak bisa dianggap kecil, dan ada informasi menyebutkan, Tiongkok juga bekerjasama dengan Sudan untuk membangun basis telekomunikasi satelit, khusus untuk menghadapi AS dan Eropa.
Berlatar belakang AS dan negara Barat semakin mewaspadai penyusupan PKT dan ekspansi jahatnya, aksi PKT di negara Afrika dan Dunia Arab juga memicu kewaspadaan negara Barat.
Data menunjukkan, komunikasi satelit dapat dibagi menjadi komunikasi satelit geostasioner dan komunikasi satelit seluler, satelit geostasioner terutama digunakan pada TV satelit, komunikasi darurat, lingkungan yang buruk dan sektor sekuritas, pengiriman sampel surat kabar dan lain-lain.
Sedangkan satelit seluler adalah satelit orbit rendah, yang dapat dijadikan sebagai terminal seluler, seperti sistem Iridium dan sistem komunikasi satelit maritim dari AS adalah contoh penggunaannya.
Selain itu, satelit juga memiliki kegunaan militer, khususnya melacak dan komunikasi (navigasi). Seperti yang disebut “perang dimensi” yang pertama pada Perang Teluk, pasukan multinasional yang dipimpin oleh Amerika menggunakan berbagai sistem angkasa militer dalam mendeteksi dan mengawasi, komunikasi dan komando, navigasi dan posisi dan lain-lain telah menimbulkan efek yang sangat menentukan.
Atas dasar PKT yang berambisi mengembangkan kekuatan di angkasa untuk melawan AS dan Eropa, Tiongkok membangun basis komunikasi satelit di Sudan, niatnya bukan pada Sudan. Oleh karena itu, tiba-tiba meletus kudeta di Sudan, pukulan bagi Beijing cukup telak.
Jika di masa mendatang Sudan telah beralih menjadi demokrasi, pasti akan kembali pro-Barat dan menjauhi PKT, dengan sendirinya semua investasi Beijing di Sudan akan menjadi sia-sia, dan tujuan dibangunnya basis komunikasi satelit itu pun akan pupus.
Mungkin, Beijing harus benar-benar memikirkan, mengapa rezim negara lain yang disuap dengan uang satu persatu digulingkan atau lengser? Bukankah ini merupakan kehendak Ilahi? (SUD/WHS/asr)