Nikkei Asian Review/Reuters
Epochtimes.id- Sejumlah perusahaan teknologi besar yang berbasis di AS berencana untuk menggeser produksinya secara besar-besaran dari Tiongkok. Relokasi ini didorong oleh perang perdagangan yang pahit antara Washington dan Beijing.
Laporan ini dikonfirmasi oleh Media Jepang, Nikkei Asian Review pada Rabu 3 Juli lalu mengutip sumber-sumber terkait.
Nikkei melaporkan produsen komputer HP Inc dan Dell Technologies berencana untuk merelokasi hingga 30 persen dari produksi notebook mereka dari Tiongkok, menurut sumber itu kepada Nikkei.
HP dan Dell adalah pembuat komputer pribadi No. 1 dan No. 3 di dunia yang bersama-sama menguasai sekitar 40% dari pasar global.
Sedangkan Microsoft Corp, Alphabet Inc, Amazon.com Inc, Sony Corp, dan Nintendo Co Ltd, juga sedang mempertimbangkan untuk memindahkan beberapa konsol game dan pembuatan speaker pintar mereka ke luar negeri.
Microsoft, Google, Amazon, Sony dan Nintendo juga berencana untuk memindahkan beberapa konsol game dan pembuatan speaker pintar mereka ke luar negeri, kata beberapa sumber kepada Nikkei Asian Review.
Pembuat PC terkemuka lainnya seperti Lenovo Group, Acer dan Asustek Computer juga mengevaluasi rencana untuk memindahkan produksi mereka, menurut orang yang akrab dengan masalah tersebut.
Keputusan oleh beberapa merek komputer dan konsol game terbesar di dunia untuk mengalihkan produksi mereka – terutama produk yang ditujukan untuk Amerika Serikat – mengikuti tinjauan manufaktur oleh perusahaan teknologi lainnya. Apple sedang menjajaki implikasi biaya pergerakkan hingga 30% dari produksi smartphone-nya dalam laporan Nikkei bulan lalu.
Adapun produsen server, produksen networking, dan beberapa komponen elektronik utama sedang bergeser dari Tiongkok, sering atas permintaan pelanggan Amerika Serikat. Langkah itu akan menjadi pukulan bagi ekspor elektronik Tiongkok, yang telah mendukung pertumbuhan selama beberapa dekade di negara itu.
Laporan menyebutkan, total impor dan ekspor Tiongkok di segmen elektronik melonjak 136 kali menjadi $ 1,35 triliun pada 2017 dari hanya lebih dari $ 10 miliar pada tahun 1991, menurut penyedia data Tiongkok, QianZhan.
Namun, banyak perusahaan teknologi telah terpukul oleh konflik perdagangan. Mereka terkena imbasnya dengan tarif senilai $ 250 miliar ke AS. Produsen server pusat data utama – Quanta Computer, Foxconn Technology dan Inventec – semuanya telah memindahkan beberapa produksi dari Tiongkok ke Taiwan, Meksiko dan Republik Ceko. Relokasi ini bertujuan menghindari ancaman tarif tambahan. Selain itu, meredakan kekhawatiran pelanggan atas klaim potensi risiko keamanan oleh Amerika Serikat.
“Setelah tarif barang Tiongkok mulai berlaku pada 24 September, kami mulai memproduksi dan mengirimkan server di luar Tiongkok mulai Oktober,” kata seorang eksekutif produsen server Taiwan kepada Nikkei.
Langkah ini memicu kekhawatiran atas kehilangan pekerjaan di Tiongkok dan pertumbuhan ekonomi di negara itu.
HP dan Dell, yang bersama-sama mengirimkan sekitar 70 juta notebook secara global tahun lalu. Sebagian besar perusahaan ini membuat komputer di Chongqing dan Kunshan, dua kelompok produksi laptop terbesar di dunia.
Notebook, pengiriman global yang melebihi 160 juta unit, adalah gadget elektronik konsumen terbesar kedua di dunia berdasarkan volume setelah 1,4 miliar unit smartphone.
Tetapi Chongqing, yang pernah memproduksi satu dari setiap tiga laptop di dunia, kehilangan kejayaannya dengan produsen global. Seorang pejabat pemerintah setempat kepada Nikkei mengatakan bahwa HP telah menurunkan perkiraan produksinya pada Tahun 2019 . Kini hanya kurang dari 10 juta laptop, kira-kira setengah dari produksinya dua tahun lalu.
“Biaya produksi Tiongkok yang meningkat telah menyebabkan penurunan pesanan global,” kata pejabat itu.
HP telah menyusun rencana untuk memindahkan sekitar 20% hingga 30% produksi di luar Tiongkok, dua sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Nikkei.
Perusahaan itu sedang mencari untuk secara bertahap membangun rantai pasokan baru di Thailand atau Taiwan. Pergeseran produksi bisa dimulai pada awal kuartal Juli-September tetapi masih dapat berubah, kata seorang sumber.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping melakukan gencatan senjata pada KTT G-20 akhir pekan lalu di Jepang.
Pertemuan itu membuka jalan untuk memulai kembali pembicaraan perdagangan setelah berbulan-bulan menemui jalan buntu.
Namun, perusahaan-perusahaan besar itu tidak mungkin mengubah rencana mereka. Ini terkait memindahkan sebagian produksi mereka dari Tiongkok. Dikarenakan mereka menghadapi biaya operasional yang lebih tinggi di Tiongkok.
Pada bulan Juni, Apple Inc meminta pemasok utama untuk menilai implikasi biaya dari memindahkan 15 persen hingga 30 persen dari kapasitas produksi mereka dari Tiongkok ke Asia Tenggara.
Hal demikian, bersamaan ketika mereka bersiap untuk merestrukturisasi rantai pasokan seperti diungkapkan Nikkei bulan lalu. (asr)