Zhang Ting
Seiring dengan meningkatnya unjuk rasa warga Hong Kong, komunis Tiongkok terus meningkatkan cara-cara intimidasi. Baru-baru ini, komunis Tiongkok menciptakan insiden kekerasan dengan melibatkan triad.
Bahkan, menakuti demonstran dengan merilis video propaganda militer. Aksi ini mengancam 7,3 juta penduduk Hong Kong. Komunis Tiongkok mungkin akan menerjunkan militer.
Menurut laporan “Business Insider,” orang-orang Hong Kong berjuang demi hidup mereka. Sementara itu, komunis Tiongkok yang terjebak dalam dilema hanya bisa mengancam dengan kekerasan.
Video propaganda Militer komunis Tiongok yang ditempatkan di Hong Kong, merilis video itu yang berdurasi 3 menit pada Rabu, 31 Juli lalu.
Dalam tayangan video itu, menunjukkan kemampuan militer dalam menekan para pengunjuk rasa. Selain itu, menunjukkan pemandangan kendaraan lapis baja, helikopter, roket dan latihan peralatan militer lainnya.
Dalam video tersebut, tampak tentara komunis Tiongkok memukul mundur massa demonstran dengan kendaraan lapis baja dan berteriak “mundur, atau tanggung sendiri akibatnya.” Video ini memberi pesan kuat terhadap demonstran.
Tetapi, video propaganda yang penuh ancaman kekerasan itu, tak menciutkan nyali para pengunjuk rasa Hong Kong. Mereka terus berunjuk rasa. Mereka bahkan berkonfrontasi dengan polisi keesokan harinya.
Menurut “Business Insider”, jika penekanan dan penahanan gagal di Tiongkok, maka kekerasan akan digunakan. Tindakan ini sudah ditunjukkan dalam pembantaian Tiananmen 1989 silam. Ketika itu, Komunis Tiongkok mengerahkan tank untuk menekan pengunjuk rasa.
Evan Fowler, seorang peneliti di Henry Jackson Society, sebuah lembaga think tank kebijakan luar negeri Inggris, kepada “Business Insider,” mengatakan, orang-orang Hong Kong sebenarnya telah merasakan kekerasan komunis Tiongkok.
Pada 21 Juli lalu, di sebuah distrik di Yuen Long, sekelompok pria berkaos putih mulai memukul warga secara brutal dengan tongkat logam di stasiun MTR Yuen Long. Akibatnya, 45 orang dirawat inap.
Fowler menuding komunis Tiongkok adalah pendukung di balik kekerasan tersebut. Ia mengatakan, hal demikian bukan lagi sebuah rahasia umum.
Ia menegaskan, serangan kekerasan di Yuen Long adalah upaya komunis Tiongkok untuk mengintimidasi para demonstran. “Ini adalah semacam taktik yang akan Anda lihat di daratan Tiongkok, bukan sesuatu yang aneh lagi,” ungkap Fowler.
Fowler menilai, hasil dari serangan kekerasan di Yuen Long itu justru “menghasilkan efek sebaliknya”. Bahkan, memicu lebih banyak kemarahan. Kekecewaan kepada polisi pun menjadi-jadi.
Ketika komunis Tiongkok menggunakan cara konvensional yang biasa, ternyata gagal menghadapi perlawanan warga Hong Kong, telah membuat Komunis Tiongkok “bukan main malunya.”
Seperti kebanyakan pakar tentang topik di Hong Kong, Fowler tidak percaya bahwa komunis Tiongkok akan mengerahkan pasukan untuk menekan demonstran. Akan tetapi, mungkin akan menggunakan siasat lain.
Intimidasi komunis Tiongkok Gagal, Justru Terjebak Dilema
Laporan itu mengatakan, ancaman kekerasan komunis Tiongkok menuju kegagalan. Orang-orang Hong Kong tetap berunjuk rasa di jalanan. Mereka terus menuntut pembebasan semua demonstran yang ditahan.
Fowler mengatakan, aksi protes di Hong Kong menunjukkan rasa malu komunis Tiongkok. Dikarenakan, alat yang biasa digunakan untuk menekan pembangkangan di Hong Kong, tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.
Beberapa netizen daratan Tiongkok mengatakan, “Melihat rekan senegaranya di Hong Kong, Yan Wuzhou mengatakan, bahwa masa depannya sendiri boleh hilang, tetapi hal ini tidak boleh terjadi dengan masa depan rakyat Hong Kong.”
Menurut laporan itu, di daratan Tiongkok, Komunis dapat dengan mudah menyensor berita apa pun yang tidak disukainya, untuk menghindari akses publik.
Jika sesuatu yang diungkapkan oleh publik dan membuat Komunis Tiongkok tampak buruk, maka bisa disensor. Gara-gara itu, komunis Tiongkok telah menangkap banyak aktivis HAM dan mempidanakan mereka.
Kekerasan dan pemenjaraan adalah bentuk intimidasi. Kedua praktik ini merupakan alat yang ampuh yang digunakan oleh Komunis Tiongkok. Tujuannya untuk membuat orang-orang daratan Tiongkok takluk.
Di Hong Kong, pengunjuk rasa mengusulkan solusi berteknologi rendah untuk menggagalkan perangkat lunak pengenal wajah komunis Tiongkok. Teknologi ini yang mana, dapat digunakan untuk memilih dan menghukum individu dalam kerumunan massa.
Orang-orang Hong Kong berjuang Demi kebebasan
Semua orang Hong Kong yang menolak RUU ekstradisi. Mereka kini menghadapi tekanan dan intimidasi. Seperti yang bersumber dari Sikap keras Pemerintah Hong Kong, Kantor Urusan Hong Kong dan Makau dan Garnisun Hong Kong, triad yang melakukan kekerasan, dan tuduhan yang tidak masuk akal.
Bagi, fowler aksi protes terbaru itu sebagai “protes dalam keputus-asaan.” Para pengunjuk rasa turun ke jalan dan terus meminta pemerintah meminta pertanggungjawaban aparat negara.
Namun demikian, mereka tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. Komunis Tiongkok justru menghadapi massa dengan cara militer. Insiden ini, mengingatkan tentang Tiongkok dan seluruh dunia, bahwa militer hanya loyal kepada komunis Tiongkok, bukan rakyat Tiongkok.
Pada Jumat 2 Agustus lalu, puluhan ribu pegawai negeri sipil pemerintah Hong Kong berpartisipasi dalam rapat umum.
Mereka mengusulkan dukungan untuk pembentukan komisi investigasi independen, mencabut semua tuduhan terhadap para pengunjuk rasa, dan mencabut amandemen Ordonansi Pelanggar Hukum.
“Business Insider” mengatakan, para pemrotes telah mengumumkan rencana baru untuk protes lebih lanjut.
Kini, tidak ada yang tahu pihak mana yang akan mundur dan bagaimana krisis itu dapat menemukan solusinya. Namun sejauh ini, orang-orang Hong Kong tetap berupaya untuk perjuangan ini. Sementara komunis Tiongkok hanya memberikan tanggapan kekerasan. (jon/asr)