Reuters/The Epochtimes
Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat memastikan bahwa Tiongkok melakukan manipulasi terhadap mata uangnya renminbi, Senin (5/8/2019). Oleh karena itu Amerika menetapkan Tiongkok sebagai negara manipulator mata uang.
Kementerian Keuangan mengatakan bahwa atas persetujuan Presiden Trump, Menteri Keuangan Steven Mnuchin telah menetapkan bahwa Tiongkok adalah negara yang manipulasi mata uang. Amerika Serikat akan bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional untuk menyingkirkan persaingan tidak adil dari inisiatif terbaru Beijing itu.
Nilai renminbi Senin 5 Agustus lalu jatuh menembus angka 7. Harga saham global juga melemah. Bank Sentral Tiongkok mengklaim bahwa nilai mata uangnya berfluktuasi normal seperti ketinggian air dalam reservoir. Namun kalangan keuangan dunia berpendapat bahwa tindakan Tiongkok itu adalah untuk mengimbangi adanya tekanan tarif.
Amerika Serikat telah 5 kali menuduh Tiongkok melakukan manipulasi mata uang antara tahun 1992 – 1994.
Tetapi sejak tahun 1994, Amerika Serikat belum mendaftarkan negara manapun sebagai negara manipulasi mata uang.
Bank Sentral Tiongkok secara terbuka mengakui manipulasi mata uang
Pernyataan Kementerian Keuangan Amerika Serikat sebagaimana disampaikan kepada Kongres Amerika tentang kebijakan makro ekonomi dan valuta asing mitra dagang utama Amerika atau Laporan Valuta Asing, bahwa Tiongkok sejak lama bermain di pasar valuta asing melalui intervensi berskala besar dengan mendevaluasi mata uangnya.
Dalam beberapa hari terakhir, Tiongkok telah mengambil langkah konkret untuk mendevaluasi renminbi sambil mempertahankan sejumlah besar cadangan devisa.
Latar belakang dari tindakan-tindakan itu dan tidak dapat diandalkannya teori stabilitas pasar, Tiongkok menegaskan bahwa tujuan dari depresiasi mata uang Tiongkok adalah untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa rezim komunis Tiongkok mengakui bahwa mereka memiliki kendali penuh atas nilai tukar renminbi.
Dalam sebuah pernyataannya, Bank Sentral Tiongkok (PBOC) mengatakan bahwa sebagai tanggapan terhadap fluktuasi nilai tukar, Bank of China telah mengakumulasi pengalaman yang kaya dengan alat kebijakan, dan akan terus berinovasi, memperkaya kotak alat kontrol.
Menanggapi perilaku umpan balik positif yang mungkin terjadi di pasar valuta asing, mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan ditargetkan untuk secara tegas menindak para spekulator dan mempertahankan operasi pasar valuta asing yang stabil, demi menstabilkan ekspektasi pasar.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat dalam pernyataannya menegaskan bahwa hal tersebut diakui secara terbuka oleh Bank of China atau Bank Sentral Tiongkok bahwa bank itu memiliki pengalaman luas dalam memanipulasi mata uang dan masih bersiap untuk memanipulasi mata uang.
Pernyataan itu mengatakan bahwa model perilaku itu juga melanggar komitmen Tiongkok kepada negara-negara G20 untuk tidak bersaing dalam devaluasi mata uang.
Sebagaimana ditekankan dalam laporan valuta asing, Kementerian Keuangan menaruh perhatian tinggi terhadap komitmen Tiongkok kepada negara G20, yaitu, tidak terlibat dalam devaluasi kompetitif dan tidak menggunakan nilai tukar Tiongkok untuk tujuan kompetitif.
Kementerian Keuangan Amerika Serikat terus mendesak Tiongkok untuk meningkatkan transparansi dalam nilai tukar, operasi dan target manajemen cadangan.
Pemimpin Senat dari Partai Demokrat Amerika Serikat mendukung Trump
Pada hari Senin 5 Agustus lalu, pemimpin Senat dari Partai Demokrat Chuck Schumer mendukung keputusan yang menetapkan Tiongkok sebagai negara manipulasi mata uang.
Schumer mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa komunis Tiongkok telah memanipulasi mata uang untuk waktu yang lama sebelum Presiden Trump berkuasa.
Trump akhirnya harus memberitahu menteri keuangannya untuk mencantumkan Tiongkok sebagai manipulator mata uang. Itulah yang perlu Trump lakukan untuk mencapai tujuan ini.
Setelah renminbi menembus angka 7, Presiden Trump mengeluarkan beberapa pesan di tweet yang menuduh Tiongkok memanipulasi mata uang. Pesan Trump berbunyi”
“Tiongkok telah mendevaluasi mata uang mereka sampai ke level terendah dalam sejarah. Ini adalah tindakan memanipulasi nilai tukar, The Fed, apakah Anda mendengarkan? Ini adalah pelanggaran besar, seiring berjalannya waktu, hal ini akan sangat melemahkan Tiongkok !”
“Tiongkok telah … menggunakan manipulasi mata uang untuk mencuri bisnis dan pabrik kekayaan kita, melukai lapangan kerja kita, menurunkan upah pekerja dan merugikan petani kita. Hal itu tidak akan diizinkan lagi.”
Bunyi pesan Trump lainnya: “Tiongkok bermaksud untuk terus memperoleh ratusan miliar dolar dari Amerika Serikat melalui praktik perdagangan yang tidak adil dan manipulasi mata uang. Itu perilaku tidak adil, seharusnya sudah dihentikan beberapa tahun yang lalu!”
Lalu apa yang akan dihadapi negara yang memanipulasi mata uang?
Berdasarkan Undang-Undang Perdagangan dan Daya Saing Omnibus 1988 atau The Omnibus Trade and Competitiveness Act of 1988, memungkinkan menteri keuangan Amerika Serikat bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional untuk menyingkirkan keuntungan dari ketidakadilan terkait dengan manipulasi nilai tukar.
Jika dimasukkan sebagai negara manipulasi mata uang oleh Amerika Serikat, menurut ketentuan Kementerian Keuangan Amerika, jika sebuah lembaga ekonomi gagal untuk mengadopsi kebijakan yang sesuai dalam satu tahun untuk mengoreksi nilai tukar dan surplus perdagangan internasional, maka Presiden Amerika Serikat akan mengambil langkah lebih lanjut. Langkah itu, termasuk penolakan negara bersangkutan mendapatkan pembiayaan dari US Overseas Private Investment Corporation (OPIC).
AS juga melarang negara terkait untuk berpartisipasi dalam pengadaan pemerintah Amerika Serikat. Meminta Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memperkuat pengawasan. Menginstruksikan Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat (USTR) untuk mempertimbangkan faktor manipulasi nilai tukar ketika mengevaluasi perjanjian perdagangan atau negosiasi. (Sin)
FOTO : Uang kertas 100 yuan Tiongkok di Beijing, pada tanggal 9 Februari 2017. (FRED DUFOUR / AFP / Getty Images)