AS Membuka Investigasi Soal Keamanan Nasionalnya Terkait TikTok

Bowen Xiao

Sebuah tinjauan keamanan nasional atas akuisisi $ 1 miliar milik TikTok milik Tiongkok untuk aplikasi media sosial AS Musical.ly, telah dibuka oleh pemerintah AS. 

Laporan itu dikonfirmasi baru-baru ini, oleh tiga sumber tak disebut identitasnya kepada Reuters.

Seperti diwartakan The Epochtimes, sebelumnya Anggota parlemen AS  menyerukan penyelidikan keamanan nasional terkait aplikasi berbagi video Tiongkok itu, meskipun akuisisi oleh TikTok — yang dimiliki oleh ByteDance Technology Co yang berpusat di Beijing — telah diselesaikan pada Tahun 2017. 

Kekhawatiran terhadap TikTok terkait perusahaan menyensor sensitif konten secara politis, dan cara menyimpan data pribadi pengguna.

The Committee on Foreign Investment in the United States – CFIUS atau Komite Investasi Asing di Amerika Serikat, yang mengkaji kesepakatan oleh pengakuisisi asing untuk potensi risiko keamanan nasional negeri paman SAM itu, telah memulai peninjauan terhadap kesepakatan Musical.ly, seperti dikatakan sumber tersebut kepada Reuters. 

TikTok tidak meminta izin dari The Committee on Foreign Investment in the United States ketika mengakuisisi Musical.ly, kata komite itu. Peristiwa itu memberi ruang lingkup panel keamanan AS untuk menyelidikinya.

The Committee on Foreign Investment in the United States, yang diketuai oleh Menteri Keuangan Steven Mnuchin, belum menanggapi permintaan komentar Epoch Times melalui Departemen Keuangan untuk mengkonfirmasi apakah peninjauan tersebut telah dimulai.

Dalam surat 9 Oktober untuk Mnuchin, Senator AS Marco Rubio mendesak panel keamanan nasional AS untuk meninjau akuisisi atas kekhawatiran bahwa aplikasi milik Tiongkok seperti TikTok “semakin sering digunakan untuk menyensor konten dan secara terbuka membungkam diskusi tentang topik yang dianggap sensitif oleh Pemerintahan Komunis Tiongkok. 

Di bawah pemerintahan Trump, ada juga kekhawatiran yang meningkat tentang transfer teknologi antara Washington dan Beijing seperti disampaikan senator Michael McCaul, anggota peringkat di Komite Urusan Luar Negeri DPR AS. Ia baru-baru ini menyerukan pemerintah AS untuk mempercepat rencana untuk menetapkan aturan tentang ekspor teknologi penting ke Tiongkok, sambil mengekspresikan “keprihatinan mendalam” pada tingkat saat ini dari peluncuran regulasi.

Michael Brown, direktur Unit Inovasi Pertahanan di Departemen Pertahanan AS, mengatakan pada acara panel baru-baru ini, bahwa Beijing sekarang memimpin dalam sejumlah industri teknologi revolusioner yang baru muncul seperti hipersonik dan kecerdasan buatan. Ia  mengatakan dalam hubungan Amerika Serikat dengan AS, Komunis Tiongkok harus berubah dalam hal transfer teknologi seperti dilaporkan The Epoch Times.

TikTok memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi video pendek. Aplikasi ini semakin populer di kalangan remaja A.S. Sekitar 60 persen dari 26,5 juta pengguna aktif bulanan TikTok di Amerika Serikat berusia antara 16 dan 24, seperti diungkapkan oleh perusahaan itu pada tahun ini.

Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa The Committee on Foreign Investment in the United States, sedang dalam pembicaraan dengan TikTok tentang langkah-langkah yang bisa diambil untuk menghindari melepaskan aset Musical.ly yang diperolehnya. Sumber meminta anonimitas karena ulasan CFIUS bersifat rahasia.

Seorang juru bicara TikTok tidak segera menanggapi permintaan The Epoch Times untuk memberikan komentar. Akan tetapi seorang juru bicara mengatakan kepada Reuters, bahwa perusahaan “telah menjelaskan bahwa pihaknya tidak memiliki prioritas lebih tinggi daripada mendapatkan kepercayaan dari pengguna dan regulator di AS. 

Bagian dari upaya itu termasuk bekerja dengan Kongres, dan mengklaim pihaknya berkomitmen untuk melakukannya. Juru bicara itu mengatakan, dia tidak dapat mengomentari proses regulasi yang sedang berlangsung.

Pemimpin Minoritas Senat AS, Chuck Schumer dan Senator Tom Cotton, mengirim surat minggu lalu kepada penjabat Direktur Intelijen Nasional Joseph Maguire. Ia meminta penyelidikan keamanan nasional, dikarenakan mereka khawatir tentang koleksi aplikasi data pengguna, dan apakah Komunis Tiongkok menyensor konten yang dapat dilihat pengguna AS. 

Mereka juga menyarankan TikTok dapat ditargetkan oleh kampanye pengaruh asing. Perusahaan mengatakan, data pengguna Amerika Serikat disimpan di Amerika Serikat, tetapi para senator mencatat bahwa ByteDance diatur oleh undang-undang Tiongkok. TikTok mengklaim Tiongkok tidak memiliki yurisdiksi atas konten aplikasi.

Pada bulan Oktober lalu, administrasi Trump menempatkan 28 biro keamanan publik Tiongkok dan perusahaannya – termasuk perusahaan pengawas video Hikvision dan tujuh perusahaan lain – dalam daftar hitam karena  pelanggaran hak asasi manusia.

Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg, yang di masa lalu berusaha keras untuk menyenangkan para pejabat Komunis Tiongkok, baru-baru ini berpidato di Universitas Georgetown, justru mengkritik rezim komunis Tiongkok atas sensor internetnya.

Zuckerberg mengatakan, Tiongkok sedang membangun internet sendiri yang berfokus pada nilai-nilai yang sangat berbeda. Ia juga mencatat bahwa rezim Tiongkok “sekarang mengekspor visi internet mereka ke negara-negara lain” melalui platform internet populer yang dikembangkan Tiongkok. (asr)

FOTO : Logo TikTok (JOEL SAGET/AFP/Getty Images)