Pidato Wapres Mike Pence Merespon Berbagai Pihak Mengungkap Hakiki Ketidakakuran Amerika Serikat dengan Tiongkok

Gao Tianyun

Pada 24 Oktober siang hari, Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence berpidato untuk kedua kalinya tentang kebijakan Amerika terhadap Tiongkok. Pence tidak hanya berbicara tentang hubungan Amerika Serikat dengan Tiongkok saja, melainkan pada saat yang sama juga memperjelas kebijakan domestik dan internasional kabinet Trump. Di bawah latar belakang perang dagang dan badai protes di Hong Kong serta menjelang pilpres Amerika Serikat di tahun 2020, pernyataan seperti itu menarik perhatian dunia.

Pence memadukan fakta sejarah dan peristiwa besar belakangan ini, dengan kuat memberikan respon terhadap opini, keraguan dan harapan dari banyak pihak serta merilis informasi penting dari berbagai tingkatan.

1. Hubungan Amerika Serikat – Tiongkok

Dalam pidatonya Pence memisahkan antara Komunis Tiongkok dan Tiongkok serta menjelaskan hal ikhwal serta keputusan untuk berjuang melawan kediktatoran komunis dan menyampaikan harapan yang indah kepada rakyat Tiongkok.

Pertama-tama, tentang Komunis Tiongkok, Mike Pence menyatakan bahwa sejak ia memberikan pidato di Hudson Center tahun lalu, “Pihak Beijing masih belum mengambil tindakan besar dalam memperbaiki hubungan ekonomi dengan kita. Pada banyak masalah lain, perilaku Beijing bahkan menjadi lebih ganas dan merusak kestabilan.”

Dalam penjelasannya Pence mengutip contoh: Komunis Tiongkok mencuri hak kekayaan intelektual Amerika Serikat dan terus mengekspor obat-obatan mematikan seperti Fentanyl ke Amerika Serikat dalam upayanya untuk memengaruhi opini publik di Amerika Serikat. 

Komunis Tiongkok melanggar hak asasi manusia dan mengembangkan teknologi pengawasan di dalam negerinya. Selain itu, timbul kerisauan atas proyek “One Belt One Road” yang ditengarai memiliki agenda tersembunyi ekspansi militer.  

Mengenai hubungan Amerika dengan Tiongkok, Pence dengan terus-terang mengatakan: “Kami berharap Tiongkok berubah menjadi lebih baik.” 

Ia menunjukkan bahwa Tiongkok bisa menjadi badan ekonomi terbesar kedua di dunia, berkat dorongan investasi Amerika Serikat dalam skala masif. Di masa lalu, Amerika Serikat pernah membentangkan kedua lengan untuk menyambut kebijakan “reformasi dan keterbukaan”-nya Deng Xiaoping, juga merayakan prestasi 600 juta warga Tiongkok dalam melepaskan diri dari kemiskinan. 

Mike Pence menyatakan bahwa apa yang dicari Amerika Serikat adalah bahwa kedua negara Tiongkok dan Amerika Serikat dibawah prasyarat saling menghargai, “menempuh sebuah jalan yang lebih adil, stabil dan konstruktif”. 

Mike Pence menunjukkan bahwa Amerika Serikat tidak ingin “berkonfrontasi” dengan Tiongkok, tindakan Komunis Tiongkok-lah yang telah menyebabkan Tiongkok terpisah dari dunia.

“Dari network firewall yakni suatu sistem yang dirancang untuk mencegah akses yang tidak diinginkan dari atau ke dalam suatu jaringan internal,  ciptaan Komunis Tiongkok hingga Tembok Besar Pasir di Laut Tiongkok Selatan, dari tidak menaruh kepercayaan pada otonomi Hong Kong hingga menekan warganya sendiri yang memiliki agama dan kepercayaan, semua itu menunjukkan bahwa Komunis Tiongkok telah “memisahkan diri” dari dunia luar selama beberapa dekade ini.”

Penuturan diatas telah mengkonter dengan kuat kritikan dan pendiskreditan dari Komunis Tiongkok belakangan ini terhadap Amerika Serikat. 

Kementerian Luar Negeri  Tiongkok menuduh Amerika Serikatlah yang melancarkan perang dagang. Tiongkok berulang kali menunjuk bahwa Amerika Serikat mencampuri urusan dalam negeri Tiongkok dan merupakan “tangan hitam” atau dalang dalam gerakan anti-ekstradisi di Hong Kong, yang ingin mengacaukan Tiongkok dan lain sebagainya. 

Pence menyangkal berdasarkan prinsip kebenaran, telah  mengungkapkan hakikat konflik antara Amerika Serikat dan Tiongkok, sumber permasalahannya berasal dari Komunis Tiongkok. Itu sejalan dengan kecaman Presiden Trump terhadap komunisme dan tuduhan Sekretaris Negara Pompeo bahwa Komunis Tiongkok tidak menepati janji. Trump telah mewujudkan posisi dan visi pemerintah Amerika periode ini yakni: Tekad serangan balik dan niat baik dari harapan berjalan serempak.

2. Berpegang teguh pada nilai-nilai Amerika Serikat

Dalam pidato itu Pence berulang kali menekankan nilai-nilai Amerika Serikat, penjelasan terkait dengan hal tersebut mendapatkan aplaus berulang kali dari para hadirin.

Mike Pence menunjukkan bahwa hak-hak untuk hidup, kebebasan dan menuntut kebahagiaan, nilai-nilai demokrasi memprakarsai kebebasan individu, agama  dan kebebasan hati nurani serta aturan hukum, yang diberikan oleh Sang Pencipta merupakan karakteristik Amerika Serikat. 

Pence telah pula memberikan kritikan pedas kepada kelompok dan individu seperti perusahaan bisnis multinasional Amerika Serikat yang menyembah Komunis Tiongkok demi uang dan pasar. Pence telah memberikan tanggapan pada gejolak unggahan tweet dari manajer umum Rockets NBA dan mengutuk sensor terhadap kebebasan berpendapat dari Komunis Tiongkok. 

Pence menatakan, “Ketika perusahaan Amerika, badan olahraga profesional dan atlet profesional mendukung sensor, itu bukan hanya suatu kesalahan tetapi juga telah melanggar semangat Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat seharusnya berani tampil di dalam negeri dan di berbagai tempat di dunia untuk membela nilai-nilai Amerika Serikat.”   

Mike Pence menegaskan, “Kami tidak akan mundur, nilai-nilai Amerika Serikat telah berakar dengan mendalam dan kuat, cahaya kebebasan demokrasi Amerika Serikat yang cemerlang  tidak akan padam untuk selamanya.”

Konten bagian ini telah menyentuh sumber perbedaan Amerika dengan Komunis Tiongkok dan bencana yang disebabkan oleh komunisme. 

Seperti diketahui, setelah Komunis Tiongkok mendirikan pemerintahan, mereka telah menghancurkan budaya tradisional dengan gila-gilaan, memerintah negara dengan ateisme, memusnahkan kemanusiaan dengan karakter partai, serta merampas hak dan kebebasan berkeyakinan rakyat. 

Justru politik tirani seperti itulah yang memicu perlawanan rakyat dan juga menyebabkan kontradiksi berlawanan mendasar antara Komunis Tiongkok dengan kubu-kubu kebebasan termasuk Amerika Serikat. 

Di sisi lain, fondasi moral keagamaan dan nilai-nilai tradisional Amerika Serikat telah memberinya daya tarik yang kuat, menjamin kemakmurannya dan membangun contoh bagi dunia.   

3. Memuji prestasi dan strategi Presiden Trump

Mike Pence secara singkat menceritakan prestasi Presiden Trump, secara khusus menunjukkan bahwa Amerika Serikat telah memanen kinerja ekonomi terkuat dalam sejarah. 

Dengan Komunis Tiongkok menginginkan Presiden Amerika Serikat yang lain untuk membuktikan terbalik kebenaran dan efektivitas kebijakan Trump terhadap Tiongkok serta memuji Trump atas perlindungan kebebasan berkeyakinan dan beragama, mengulang kembali sikap Trump dalam masalah Hong Kong menggunakan negosiasi perdagangan untuk menghentikan penindasan kekerasan Komunis Tiongkok.

“Dalam hubungan kita dengan Tiongkok, tidak ada presiden yang mendorong kepentingan Amerika Serikat sekuat dirinya,”  kata Pence.

Menurut Pence dalam waktu kurang dari tiga tahun Presiden Trump telah mengubah strategi pemerintah Amerika sebelumnya terhadap Komunis Tiongkok. 

Amerika Serikat dan para pemimpinnya tidak lagi berharap bahwa dengan hanya mengandalkan kontak ekonomi akan mengubah negara otoriter Komunis Tiongkok menjadi masyarakat yang bebas dan terbuka yang menghormati properti pribadi, aturan hukum dan aturan perdagangan internasional.

Pence memperkenalkan bahwa visi presiden tentang hubungan Amerika dengan Tiongkok telah mendapat tanggapan dari sebagian besar orang Amerika dan dukungan luas dari kedua partai di Kongres. 

Paparan Mike Pence itu datang tepat pada waktunya yang telah mengingatkan semua kalangan untuk melihat kenyataan dengan jelas. Karena di dalam negeri Amerika Serikat ada cukup banyak pengusaha yang meragukan sikap keras Presiden Trump terhadap Komunis Tiongkok. Mereka berusaha keras melobi di Kongres dan mencoba untuk melunakkan pendirian para legislator.

Pertimbangan atas dasar kepentingan itu sebenarnya melemahkan dan mengikis nilai-nilai tradisional Amerika Serikat dan sebaliknya membantu ekspansi Komunis Tiongkok.

4.  Membela kebebasan dan hak asasi manusia

Wapres Pence mengutuk Komunis Tiongkok yang menahan massal orang Uighur, menyebutkan bahwa pemerintah Amerika telah menjatuhkan sanksi kepada institusi resmi, perusahaan dan pejabat Komunis Tiongkok yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia di Uighur-Xinjiang. 

Pence  menyatakan dengan jelas bahwa Amerika Serikat mendukung Taiwan dan berdiri bersama dengan orang Hong Kong yang membela hak dengan cara damai. 

Menurut Pence, Taiwan yang memeluk demokrasi telah menunjukkan sebuah jalan yang lebih baik kepada semua orang Tionghoa.Dalam setahun terakhir, tidak ada yang bisa mencerminkan antipati Partai Komunis Tiongkok terhadap kebebasan lebih dari pergolakan di Hong Kong. 

Dalam masalah Taiwan dan Hong Kong, Komunis Tiongkok selalu menentang pendirian Amerika Serikat dan mengatakan bahwa Amerika Serikat “Mencampuri urusan dalam negeri”, “merusak kedaulatan” dan lain-lain. 

Dewasa ini, Komunis Tiongkok menindas dengan kekerasan pemrotes Hong Kong dan hendak dengan janji palsu “satu negara dengan dua sistem” untuk menguasai Taiwan. Pernyataan sikap Pence pada saat ini telah memberikan dukungan kuat kepada rakyat Hong Kong dan Taiwan, selangkah lebih maju meng-counter Komunis Tiongkok sekaligus juga mengirimkan sinyal solidaritas kebebasan kepada dunia.

Bagi Mike Pence, hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok,  untuk sebagian besarnya menentukan nasib abad ke-21. Karena ini terkait masa depan dari: Amerika Serikat, Tiongkok dan dunia, jalan seperti apakah yang harus dipilih? Merangkul nilai universal, peduli pada rakyat, menjaga kebebasan dan tradisi atau mengkhianati prinsip dan mencampakkan hati nurani?

Pada awal pidato, Mike Pence telah menyebut sebuah kalimat doa yang patut direnungkan: “Pilih jalan lurus yang berat, dan bukannya jalan sesat yang mudah. Pada saat bersejarah yang krusial ini, semua orang menghadapi pilihan moral.” (Lin/WHS)