Tang Hao
Komunis Tiongkok saat ini sedang menerapkan setidaknya enam strategi perang tidak terbatas di Hong Kong. Tujuannya untuk memadamkan aksi protes yang sedang berlangsung.
Peperangan tak terbatas adalah peperangan secara harfiah tanpa batas. Istilah itu dibuat dibuat oleh ahli strategi militer Komunis Tiongkok.
Pada tahun 1999, dua kolonel di Tentara Pembebasan Rakyat menerbitkan sebuah buku yang diterjemahkan dalam bahas Inggris berjudul Unrestricted Warfare: China’s Master Plan to Destroy America atau Perang Tidak Terbatas.
Isi buku itu di mana dibahas berbagai metode membawa bencana secara dahsyat ke pihak lawan yang lebih unggul secara teknologi, seperti Amerika Serikat. Tentunya, tanpa melakukan perang secara terbuka.
Berikut 6 Strategi tersebut :
Strategi Pertama, Meredam Kebebasan
Penulis Tang Hao memperkirakan dua bulan lalu, pihak berwenang Hong Kong akan terus menekan kebebasan berkumpul rakyat Hong Kong. Caranya dengan membatasi parade massa dan aksi unjuk rasa. Itu persis apa yang terjadi sekarang ini di Hong Kong.
Polisi Hong Kong telah menolak untuk memberikan izin unjuk rasa dan parade beberapa kali. Ketika sesekali memberikan izin, polisi mencoba membubarkan kerumunan massa dengan menembakkan gas air mata dan senjata pengendali massa lainnya, bahkan dilakukan sebelum kegiatan itu dimulai.
Seperti ular piton yang menjerat dan kemudian memeras mangsanya, otoritas Komunis Tiongkok dan para pemimpin Hong Kong terus menerus meredam kebebasan berbicara dan kebebasan berkumpul di Hong Kong.
Mereka berharap orang-orang Hong Kong secara bertahap akan terbiasa dengan tindakan seperti itu, sebagai norma dan akhirnya berhenti memperjuangkan demokrasi.
Pada saat yang sama, mereka mempersulit pemrotes Hong Kong untuk mengorganisir demonstrasi atau parade berskala besar. Dikarenakan, takut bahwa pemandangan jutaan peserta akan sangat mengesankan dan menginspirasi orang-orang di daratan Tiongkok dan para pendukungnya di seluruh penjuru dunia.
Strategi kedua, Mengisolasi
Jika kita menyebut gerakan anti-pemerintah Hong Kong sebagai gerakan perorangan, maka Komunis tiongkok dan pemerintah Hong Kong tidak hanya berencana untuk mencekik orang tersebut, tetapi juga membuat banyak luka pada pembuluh darah dan urat nadinya.
Misalnya, ada dua kelompok pengunjuk rasa di Hong Kong, yang satu disetempel sebagai “pemberani dan pemberontak,” yang lain adalah “tanpa kekerasan dan rasional.”
Saat ini, polisi telah melakukan banyak penangkapan yang berani dan pemberontak, yang mana setara dengan menghilangkan penghalang melindungi kelompok non-kekerasan dan rasional.
Pemerintah Hong Kong juga memotong saluran komunikasi pengunjuk rasa dengan memberlakukan pembatasan pada Forum LIHKG dan Telegram, versi Reddit Hong Kong di mana banyak pengunjuk rasa bertukar informasi dan ide.
Selain itu, pemerintah telah membatasi jaringan operasi MTR atau sistem kereta di Hong Kong, sehingga semakin sulit bagi orang-orang untuk mengatur kegiatan berskala besar.
Strategi Ketiga, Hukum Jahat dan Penegak Hukum Jahat
Sudah diketahui secara umum bahwa undang-undang menetapkan standar minimum untuk perilaku publik. Dengan kata lain, dasar-landasan hukum sebenarnya bersumber dari moralitas.
Jika hukum tidak etis, atau jika penegak hukum tidak menunjukkan standar moral minimum, maka hukum semacam itu akan menjadi hukum kejahatan.
Banyak negara memiliki undang-undang keamanan nasional, jadi mengapa Undang-Undang Dasar Hong Kong Pasal 23, yang menyatakan bahwa Hong Kong akan memberlakukan undang-undang sendiri untuk melarang segala tindakan pengkhianatan, memisahkan diri, penghasutan, subversi terhadap Pemerintah Pusat, bersama dengan RUU ekstradisi yang diusulkan, menyebabkan kekhawatiran dan kecemasan yang mendalam bagi jutaan orang Hong Kong?
Itu dikarenakan mereka mengetahui bahwa rezim komunis Tiongkok tidak memiliki garis bawah moralitas yang membatasinya.
Setiap orang khawatir bahwa Komunis tiongkok akan menggunakan undang-undang ini untuk menyalahgunakan kekuasaan dan secara sewenang-wenang menangkap siapa pun yang menentangnya.
Tindakan polisi Hong Kong menunjukkan, bahwa mereka benar-benar telah merosot menjadi hooligan yang melanggar hukum.
Mereka juga telah menginvasi ranah pribadi, melakukan penangkapan secara acak yang tidak beralasan, pengunjuk rasa yang dilecehkan secara verbal menjuluki mereka seperti dengan narasi “kecoak.” Bahkan pengunjuk rasa disiksa dan dilecehkan secara seksual yang berada di tahanan.
Bagi Tang Hao, Undang-undang dan penegak hukum di Hong Kong tidak dapat lagi melayani tujuan mereka yang dinyatakan menegakkan keadilan dan menjaga ketertiban sosial. Sebaliknya, mereka telah menjadi senjata bagi Komunis tiongkok untuk menaklukkan orang-orang dan membungkam semua perbedaan pendapat.
Strategi Keempat : MengIntimidasi, Membatasi, dan Membungkam Jurnalis
Baru-baru ini, polisi Hong Kong melancarkan serangan kekerasan terhadap jurnalis dan bahkan menangkap beberapa dari mereka.
Dilaporkan bahwa pemerintah Hong Kong berencana untuk meninjau kualifikasi setiap jurnalis. Selanjutnya membatasi ruang lingkup pelaporan mereka.
Fakta itu mengindikasikan bahwa para pemimpin Komunis Tiongkok dan Hong Kong sedang berusaha membungkam semua jurnalis. Sehingga masyarakat internasional akan melihat semakin sedikit laporan berita tentang Hong Kong saat aksi protes terjadi.
Pada saat yang sama, penindasan terhadap pengunjuk rasa akan secara bertahap menjadi sebuah rahasia; artinya, perbuatan jahat akan dilakukan dari mata publik.Â
Akhirnya, komunitas internasional dapat berpikir bahwa Komunis tiongkok telah memenangkan pertempuran melawan para pengunjuk rasa.Ini tidak berarti berlebihan.
Di Taiwan, beberapa orang bertanya apakah jumlah pengunjuk rasa di Hong Kong telah menurun secara drastis dan hanya segelintir yang masih memprotes, karena sangat sedikit laporan tentang protes Hong Kong di media Taiwan. Itu sebenarnya adalah tujuan objektif dari Komunis Tiongkok untuk membungkam jurnalis.
Strategi Kelima Perang Teror
Komunis Tiongkok melancarkan perang teror di Hong Kong, terutama melalui kekerasan polisi dalam menangani aksi protes. Polisi dengan beringas menyiksa demonstran yang ditahan. Bahkan, memobilisasi mafia untuk menyerang para demonstran dan anggota parlemen pro-demokrasi.
Misalnya, selama serangan pisau di Kawasan Taikoo Shing akhir pekan lalu, seorang pria melukai banyak pejalan kaki dengan pisau dan menggigit telinga kiri seorang politisi pro-demokrasi.
Insiden kegilaan dan mengejutkan itu dimaksudkan untuk menciptakan teror ketakutan di antara semua orang Hong Kong dan melemahkan keinginan para pemrotes.
Strategi Keenam Menceraiberaikan dan Menaklukkan
“Bersatu dengan musuh sekunder dan bersama-sama kita berperang melawan musuh utama” adalah salah satu pernyataan politik utama mantan pemimpin Komunis Tiongkok Mao Zedong.
Tujuannya adalah untuk memecah belah dan menaklukkan, sebuah strategi yang telah digunakan untuk mengatasi protes Hong Kong sejak awal.
Pemerintah Komunis Tiongkok dan Hong Kong pada awalnya menyebut para pengunjuk rasa sebagai “segelintir perusuh,” mengkritik mereka karena merusak stabilitas dan ekonomi Hong Kong. Cara itu sebagai upaya untuk mendorong mereka yang tidak terlibat dalam protes untuk tidak menyukai para demonstran.
Pada saat yang sama, melalui penindasan dengan kekerasan, menciptakan rasa takut, keresahan sosial, dan mengganggu transportasi umum. Sehingga pihak berwenang mencoba untuk mengintensifkan kesalahpahaman dan permusuhan terhadap para pengunjuk rasa.
Sederhananya, Komunis Tiongkok memegang pisau besar di satu tangan dan membagikan permen dengan yang lain untuk memecahbelah warga Hong Kong. Ketika tujuan memecahbelah masyarakat Hong Kong tercapai, Komunis Tiongkok akan memainkan peran sebagai pembawa damai.
Komunis Tiongkok telah menggunakan strategi ini berulang kali di daratan Tiongkok dengan banyak keberhasilan. Akibatnya, meskipun Komunis Tiongkok sendiri adalah akar penyebab berbagai masalah sosial di Tiongkok, banyak orang-orang di Tiongkok yang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir jernih dan takut akan kerusuhan sosial, akhirnya memilih untuk percaya bahwa Komunis Tiongkok adalah solusi dari masalah. Bahkan mereka membenci sesama warga Tiongkok yang menjadi korban ketidakadilan. Justru, mereka-mereka inilah sebagai korban yang disetempel sebagai pembuat masalah.
Singkatnya, Komunis Tiongkok melancarkan perang komprehensif tanpa batas terhadap rakyat Hong Kong. Strateginya dengan cara militerisasi dan persenjataan semua aspek politik, ekonomi, media, hukum, dan transportasi umum.
Meskipun belum pernah terlihat seorang penyerang tunggal mengenakan seragam militer, tetap saja itu adalah perang dalam arti sebenarnya.
Pendekatan Komunis tiongkok menyampaikan kepada semua orang bahwa di mata Komunis Tiongkok, musuh terbesarnya adalah rakyat.
Slogan Komunis Tiongkok “Melayani Rakyat,” yang didukungnya siang dan malam, hanyalah alat propaganda dan sarana perang psikologis semata.
Ingat, ketika Komunis Tiongkok memamerkan sesuatu, biasanya itulah yang kurang dimiliki Komunis Tiongkok.
Misalnya, ketika Komunis Tiongkok mempromosikan “masyarakat yang harmonis,” itu berarti masyarakat Tiongkok tidak harmonis. Ketika Komunis Tiongkok menekankan “orang,” itu artinya Komunis Tiongkok tidak peduli dengan orang itu.
Oleh karena itu, diharapkan dengan tulus agar rakyat Hong Kong memperhatikan keselamatan mereka di minggu-minggu berikutnya.
Diserukan kepada pendukung dari negara-negara lain untuk memperhatikan situasi di Hong Kong dan membantu warga Hongkong menyebarkan kebenaran tentang perjuangan mereka.
Selain itu, tentang fakta-fakta kebrutalan polisi, sehingga dunia dapat terus mendengar suara rakyat Hong Kong dan mengetahui tentang kejahatan Komunis Tiongkok di Hong Kong. (asr)