Liang Zhen, melaporkan dari Hong Kong
Gerakan anti Undang Undang ekstradisi telah berlangsung lebih dari 5 bulan sampai sekarang. Tindak kekerasan polisi semakin intens, masyarakat Hong Kong menghadapi teror putih, seperti mayat terapung, terjatuh dari gedung tinggi, kasus pembunuhan dan lain sebagainya terus bermunculan.
Kepala Wilayah Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam dituding sebagai dalang dari semua bencana kemanusiaan yang menimpa Hong Kong, sempat mendadak dipanggil menemui Kepala Negara Komunis Tiongkok, Xi Jinping dan dipuji atas hasil kerjanya.
Pada 6 November lalu Carrie kembali dipanggil atasan langsungnya yakni Han Zheng. Han Zheng adalah Anggota Tetap Komisi Politbiro Partai Komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan Hong Kong dan Makau merangkap sebagai Wakil Perdana Menteri dari Kementerian Dalam Negeri.
Han Zheng secara terang-terangan menyatakan dukungannya pada kepolisian Hong Kong dan sekaligus juga meminta agar kepolisian Hong Kong terus “menghentikan kerusuhan dan kekacauan”. Sementara itu, anggota dewan legislatif Hong Kong yang pro- Komunis Tiongkok yakni Junius Ho Kwan-Yiu mendadak “diserang”. Kubu pro- Komunis Tiongkok ramai-ramai mengecam tindakan kerusuhan.
Ada tanda-tanda, bahwa Komunis Tiongkok bersiap meningkatkan intensitas tekanan dengan kekerasan terhadap Hong Kong sebelum senat Amerika Serikat meloloskan “Resolusi Hak Asasi manusia dan Demokrasi Warga Hong Kong”. Harapannya “dengan cepat meredam kerusuhan”, agar dapat lolos dari sanksi resolusi tersebut. Situasi di Hong Kong kembali memasuki keadaan darurat, dan sangat membutuhkan dukungan internasional.
Han Zheng Terang-Terangan Mendukung Kepolisian, Beda Sikap Dengan Xi Jinping
Han Zheng yang berusia 64 tahun adalah Anggota Tetap Komisi Politbiro Partai Komunis Tiongkok urutan terakhir. Sebagai anggota penting dari fraksi Shanghai dari kubu Jiang Zemin, Han Zheng adalah Wakil Perdana Menteri pertama yang merangkap sebagai Kepala Tim Koordinasi Pusat Urusan Hong Kong dan Makau.
Dalam gerakan anti Undang Undang ekstradisi Hong Kong, Han Zheng adalah pejabat tertinggi Partai Komunis Tiongkok yang secara skala tinggi mendukung “Undang Undang ekstradisi” Carrie Lam. Dia sempat beberapa kali diam-diam memberi instruksi untuk masalah Hong Kong. Dia juga, dituding merupakan tokoh yang harus bertanggung jawab atas situasi di Hong Kong, dan berkali-kali beredar kabar posisinya tidak aman.
Itu adalah kali pertama Han Zheng menemui Carrie Lam secara terbuka sejak meletus gejolak amandemen Rancangan undang Undang ekstradisi bulan Juni 2019 lalu.
Sebelum pertemuan resmi dilangsungkan ketika Han Zheng mengijinkan wartawan mengambil foto. Pada sesi itu Han Zheng memberitahu Carrie Lam dan wartawan yang hadir, dirinya sangat puas dengan pekerjaan Carrie sebagai pemerintah wilayah eksekutif, juga kepolisian yang telah mengemban tugas dengan baik. Han Zheng menekankan, pusat akan seperti biasa terus mendukung pemerintah eksekutif dan kepolisian.
Han Zheng secara terang-terangan menyatakan sikap mendukung kepolisian, yang jelas sangat berbeda dengan pernyataan Xi Jinping yang dua hari sebelumnya mendadak mendahului memanggil Carrie Lam yang tidak menyebutkan dukungan kepada kepolisian Hong Kong dalam melakukan penegakan hukum.
Yang patut diperhatikan adalah, orang yang mendampingi Han Zheng menemui Carrie Lam juga termasuk Wakil Sekjend Kementerian Dalam Negeri yakni Ding Xuedong, serta Kepala Kantor Urusan Hong Kong dan Macau yang sudah lama tidak muncul di muka umum yakni Zhang Xiaoming dan Kepala Kantor Penghubung Pusat yakni Wang Zhimin. Pejabat dari Hong Kong yang mendampingi antara lain Kepala Biro Konstitusi dan Urusan Daratan Tiongkok yakni Patrick Nip Tak-Kuen, juga Direktur Kantor Kepala Eksekutif Hong Kong yakni Eric Chan Kwok-Ki.
Perpecahan PKT Makin Terbuka
Menurut analisa komentator Shi Cangshan, Xi Jinping dan Han Zheng berturut-turut memanggil Carrie Lam, itu adalah suatu sinyal yang sangat langka, yakni kedua pihak menempatkan Carrie Lam di atas panggung terbuka, seluruh tanggung jawab dilimpahkan ke Carrie. Maknanya adalah “di bawah satu negara dua sistem, kerusuhan di Hong Kong adalah perbuatan kepala eksekutif, kami tidak bertanggung jawab.”
Dengan kata lain, Carrie telah menjadi zombie politik, apa pun yang dilakukan tetap akan mati, dan “akan dicampakkan begitu selesai digunakan”.
Yang patut diperhatikan adalah, kedua kubu membawa komplotannya masing-masing, menandakan perpecahan di kalangan petinggi Komunis Tiongkok telah terbuka. Di dalamnya, Menteri Keamanan Publik Zhao Kezhi mendampingi Xi menemui Carrie Lam, sangat menarik perhatian kalangan luar.
Menurut analisa mantan wartawan “Wall Street Journal” koresponden Tiongkok Wang Chunhan, Menteri Keamanan Publik Partai Komunis Tiongkok Zhao Kezhi mendampingi Xi Jinping menemui Carrie Lam. Langkah itu menandakan, Zhao telah memainkan peranannya terhadap masalah di Hong Kong, sangat mungkin ia akan menjabat sebagai Wakil Kepala Tim Koordinasi Pusat Urusan Hong Kong dan Macau.
Sejak 12 Februari 2019 setelah pemerintah Hong Kong Carrie Lam mengeluarkan amandemen Undnag Undang ekstradisi, aksi unjuk rasa anti Rancangan undang Undang ekstradisi pun terus berlanjut. Di bawah komando Han Zheng yang secara terbuka mendukung “Undnag undang ekstradisi” dan berkali-kali memberi instruksi langsung.
Carrie Lam berikut Kantor Urusan Hong Kong & Macau juga Kantor Penghubung Pusat berkali-kali bersikap keras, menolak tuntutan warga, dan mendefinisikan aksi unjuk rasa warga Hong Kong sebagai “aksi kerusuhan”. Carrie Lam bahkan diduga mengerahkan kelompok mafia untuk mendukung polisi serta menggunakan tindakan kekerasan dan memicu situasi menjadi semakin menegang.
Di bawah Kementerian Dalam Negeri Partai Komunis Tiongkok, Kantor Urusan Hong Kong & Makau, Kantor Penghubung Pusat Hong Kong, kekuatan mafia Hong Kong, Kepolisian Hong Kong, sampai kekuatan mata-mata dari keamanan publik Komunis Tiongkok, semua itu dikendalikan oleh Zeng Qinghong dan orang kepercayaannya yakni Sekjend Politik Hukum yang bernama Guo Shengkun. Zeng Qinghong adalah tokoh nomor dua dari kubu Jiang Zemin.
Ketua Tim Koordinasi Urusan Hong Kong & Makau Pusat Partai Komunis Tiongkok yang sekarang adalah Han Zheng yang merupakan Anggota Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok dari kubu Jiang, berikut Zhang Xiaoming yang sekarang menjabat Kepala Kantor Urusan Hong Kong & Makau, serta Kepala Kantor Penghubung Pusat Wang Zhimin semuanya adalah orang kepercayaan Zeng Qinghong.
Sebelumnya pada pertengahan Juli lalu ada berita menyebutkan, selain Kantor Penghubung Pusat dan Kantor Urusan Hong Kong & Makau, Xi Jinping juga tidak puas dengan hasil kerja Tim Koordinasi Urusan Hong Kong-Makau yang dipimpin oleh Han Zheng.
Saat ini, berbagai departemen pusat sedang mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, diperkirakan kebijakan terhadap Hong Kong akan ada penyesuaian. Di Kantor Penghubung Pusat juga Kantor Urusan Hong Kong-Makau akan mengalami perubahan personalia.
Komentator bernama Wu Mingde berpendapat, pada permukaannya Xi Jinping dan Han Zheng mendukung Carrie Lam, hanya sebatas seni ungkapan saja.
Sebenarnya sikap Komunis Tiongkok terhadap Kepala Eksekutif Hong Kong sebelum mereka lengser seperti Tung Chee-Hwa dan Leung Chun-Ying, juga melontarkan kata-kata yang sama, “Partai Komunis Tiongkok pusat mengatakan harus mendukung pemerintahan eksekutif Hong Kong, menjalankan pemerintahan sesuai hukum, lalu menjadi otonomi tingkat tinggi, namun begitu mau diganti langsung saja diganti, tinggal disampaikan besok diganti maka Anda besok tidak menjabat lagi. Pada hari itu mereka baru melontarkan kata-kata seperti itu.”
Junius Ho “Ditikam”, Terdapat Lima Kejanggalan
Bertepatan di hari pertemuan Han Zheng dengan Carrie Lam pada pukul 8 pagi, anggota legislatif Hong Kong yang pro- Komunis Tiongkok yakni Junius Ho Kwan-Yiu, ditikam dari jarak dekat di bagian dada saat berada di distrik Tuen Mun. Tapi dia hanya mengalami luka luar, Junius Ho bersama asistennya masih dapat menaklukkan si penyerang.
Warganet mengemukakan lima keanehan, termasuk pengambilan gambar, mulai dari pemberian bunga sampai aksinya semuanya ada yang mendokumentasikan. Reaksi Junius Ho sangat cepat mengelak dari serangan, jauh melampaui manusia biasa. Tim kampanye dengan sigap langsung menaklukkan si penyerang. Refleks yang sangat mengesankan dan penyerang juga tidak melakukan perlawanan yang sengit. Pelaku memilih melakukan tindak kejahatan di tempat ramai sangat tidak masuk akal.
Atas reaksi Junius Ho yang sangat cepat, kakak laki-laki Junius Ho yakni Casey Ho Kwan-Chu menjelaskan, “Peristiwa Junius hari ini semua orang mungkin ada firasat, memperkirakan segala kemungkinan, menyewa pengawal; polisi saya yakin juga ada di tempat, serangan mendadak seperti ini sulit diantisipasi.”
Akan tetapi, bagi orang yang mengenal Junius Ho Kwan-Yiu, Kepala Heung Yee Kuk Research Centre yakni Kingsley Sit Ho-Yin justru meragukan. Reaksi Junius Ho setelah terluka gores sangat berbeda dengan orang pada umumnya, mungkin ada penyebabnya.
“Umumnya apa yang akan dilakukan orang yang terluka, tentunya akan menghindar. Ini adalah reaksi alamiah. Tapi Junius Ho tidak demikian. Ini bukan perilaku orang pada umumnya. Kejadian ini apakah dimanfaatkan oleh orang tertentu, terjadi kondisi seperti ini menjelang pemilu, apakah ada niatan untuk mencari alasan agar dapat menunda pemilihan legislatif wilayah eksekutif?” kata Kingsley Sit Ho-Yin.
Setelah penikaman Junius Ho, anggota legislatif yang pro- Partai Komunis Tiongkok ramai-ramai tampil, “dengan cepat” mengecam tindakan kriminal itu. Ketua Democratik Alliance for the Betterment and Progress of Hong Kong yakni Starry Lee Wai-King mengatakan si penyerang memiliki modus dan berencana menyerang Junius Ho dengan pisau. Dia pun menuntut pemerintah dan juga Komisi Pemilu untuk memastikan keselamatan calon legislatif, menerapkan asas keadilan dan kebenaran dalam pemilu.
Seorang anggota legislatif pro- Partai Komunis Tiongkok lainnya yakni Garry Chan Hak-Kan mengatakan, baru-baru ini kantor, sebanyak hampir 100 orang anggota legislatif telah dirusak. Beberapa hari lalu juga ada anggota legislatif dari kamp pro-demokrasi yang digigit sampai terluka dan terlepas daun telinganya.
Hal itu menjelaskan korban penyerangan bukan hanya anggota legislatif dari kubu pro-Beijing saja. Dan meragukan bagaimana pemilihan legislatif distrik yang akan diadakan pada 24 November 2019 mendatang dapat berlangsung lancar dengan adil.
Sejak aksi menentang Undang Undang ekstradisi, pernyataan kontroversi oleh Junius Ho terus dilontarkan, termasuk ia menyebut para demonstran sebagai kecoak. Junius Ho juga pernah diungkap memiliki status sebagai anggota bawah tanah Partai Komunis Tiongkok, dan sudah menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok sejak 1984.
Pada 21 Juli 2019 malam hari, sekelompok perusuh berpakaian putih mulai memukuli warga tanpa pandang bulu di distrik Yuen Long, Junius Ho bahkan berjabat tangan dan berbasa-basi dengan para perusuh berpakaian putih, dan menyebut mereka sebagai “pahlawan”.
Pada 28 Oktober, Anglia Ruskin University Inggris mencabut gelar doktor dari Junius Ho akibat pernyataannya yang sangat kontroversial.
Junius Ho mencalonkan diri dalam pemilu legislatif untuk konstituen Lok Tsui di distrik Tuen Mun, calon di distrik yang sama dari Democratic Party adalah Cary Lo Chun-Yu, dan calon yang tidak memiliki koneksi partai yakni Jiang Jingwen. Yang berhadapan langsung dengan Junius Ho adalah Cary Lo, yang sebelumnya pernah mendapat ancaman akan dibunuh.
Hong Kong Hadapi Masa Paling Sulit
Pakar permasalahan Tiongkok yakni Shi Cangshan menyebutkan, situasi Hong Kong saat ini sangat krusial, baik Xi Jinping maupun Han Zheng sama-sama menuntut Carrie Lam untuk “meredam kerusuhan”, bahkan juga menyebutnya sebagai misi paling penting di Hong Kong saat ini.
Pernyataan sikap Xi Jinping sebelumnya agak abu-abu, kali ini setelah pembahasan Partai Komunis Tiongkok pasca Empat Sesi Pleno pada akhir Oktober baru lalu, sudah ditetapkan, penggunaan kata-kata Xi Jinping pun menjadi sangat keras.
Dari balik layar Xi Jinping sekarang berjalan ke depan layar, secara terbuka menyatakan dukungannya atas pekerjaan Carrie Lam, menjelaskan situasi di Hong Kong pada masa mendatang, Xi Jinping juga harus mengemban tanggung jawab.
Menggunakan tekanan keras untuk segera menyelesaikan masalah Hong Kong, dan harus diselesaikan sebelum Senat Amerika Serikat meloloskan resolusinya. Dengan demikian bila resolusi telah diloloskan sekali pun, walaupun Partai Komunis Tiongkok sekarang menekan dengan kekerasan, tidak akan terpengaruh oleh sanksi resolusi tersebut, karena tindakan kesalahan yang dilakukan sebelum resolusi itu diloloskan tidak diperkarakan.
Dilihat dari penangkapan semena-mena oleh polisi sebelumnya, khususnya setelah Empat Sesi Pleno, pihak Kepolisian Hong Kong menjadi semakin lepas kendali, menangkap orang dari rumahnya. 12 buah gas air mata ditembakkan dalam 1 menit, hanya akhir pekan lalu saja sudah menangkap 325 orang lagi. Mahasiswa Hong Kong University of Science & Technology bernama Zhou Zile ditemukan jatuh dari gedung parkir dan mengalami luka parah.
Dikabarkan kejadian itu terkait dengan kejar mengejar dengan polisi, kondisinya terluka parah kemudian meninggal dunia di rumah sakit dan kasus penikaman dengan pisau oleh seorang penjahat berlogat Mandarin di Taikoo Shing, bahkan ada anggota legislatif dari Kamp Pro-Democracy yang digigit telinganya hingga putus.
Shi Cangshan memperkirakan, Partai Komunis Tiongkok akan lebih lanjut menebar teror putih di Hong Kong, dengan cara “perang lewat batas” yang akan jauh melampaui batas moralitas, untuk menghadapi warga Hong Kong.
Dikabarkan, kali ini Beijing bersiap-siap menangkap lebih dari 700 orang yang menimbulkan efek penting terhadap gerakan anti Undnag Undnag ekstradisi Hong Kong. Mereka akan ditangkap dari rumahnya atau tempat kerjanya. Padai saat yang sama juga akan menangkap satu persatu pengunjuk rasa yang turun ke jalan. Hanya dengan cara tangan besi tekanan tinggi seperti itu, baru dapat meredam perlawanan warga Hong Kong dengan segera.
Menurut informasi yang diungkapkan oleh Guo Wengui pada 4 November lalu, Carrie Lam bersama banyak konglomerat dari Hong Kong dan Amerika Serikat ramai-ramai menumpang pesawat pribadinya datang ke Beijing. Guo Wengui adalah konglomerat dari daratan Tiongkok yang berpihak ke demokrasi dan melarikan diri ke Amerika Serikat.
Sebelum menempuh cara keras “meredam kerusuhan”, Partai Komunis Tiongkok berniat memberi informasi bagi para konglomerat, agar mereka tahu cara-cara berdarah yang akan dilakukan oleh keamanan publik Tiongkok, yakni “meredam kerusuhan” dengan represif. (SUD/WHS)
FOTO : Carrie Lam secara bersamaan dijadikan “Zombie Politik” oleh Xi Jinping dan Han Zheng (kanan, salah 1 Anggota Tetap Komisi Politbiro Partai Komunis Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan Hong Kong dan Makau merangkap Wakil PM dari Kementerian Dalam Negeri). (the Epoch Times)