Li Xinru – Epochtimes.com
Pada Selasa (12/11/2019) Rumah Sakit Distrik Chaoyang Beijing mengonfirmasikan, dua pasien dari Mongolia Dalam terinfeksi “wabah pneumonia” atau black death atau maut hitam yang sangat menular. Angka kematian akibat wabah ini sangat tinggi. Akan tetapi informasi yang dibocorkan dokter ini telah dihapus.
Sumber penyakit menjadi misteri, komunis Tiongkok kemudian memerintahkan diskusi skrining (deteksi dini dari suatu penyakit) dan pengendalian terkait plague/pes/sampar dan masyarakat dilanda kekhawatiran dengan wabah mematikan ini.
Kasus di Beijing Tersebar Luas di WeChat
Pada selasa 12 November lalu, kabar tentang kasus wabah di Rumah Sakit Chaoyang Beijing tersebar luas di WeChat.
Kepala keluarga seorang siswa bermarga Li mengatakan di komunitas WeChat, agar tidak membawa anak-anak ke Rumah Sakit Chaoyang.
Seluruh departemen darurat telah diisolasi dan ditutup. Li mengatakan bahwa dampak dari wabah itu setara dengan wabah SARS di masa lalu, ia menghimbau sebaiknya waspada.
Polisi Bersenjata Blokir Ruang Gawat Darurat dan Area sekitar
Sekitar jam 4 sore pada hari itu, reporter dari media Caixin Beijing mendapati pasien di bagian gawat darurat Rumah Sakit Chaoyang sangat jarang. Hanya ada 1 atau 2 pasien. Sementara di apotik rumah sakit, dan ruang laboratorium tidak ada seorang pun yang lewat.
Area infus juga tertutup sepenuhnya, dan semua kursi tampaknya telah diganti dengan yang baru, ini bisa dilihat dari penutup plastiknya yang belum sempat dilepas.
Pemilik toko peralatan medis di seberang gedung rumah sakit mengatakan bahwa malam sebelumnya (11/11/2019), pintu ruang gawat darurat dijaga ketat.
Seorang lelaki tua yang tinggal di sekitar mengatakan, dia melihat polisi bersenjata memblokade area dekat ruang gawat darurat dan membuat garis polisi.
Pada 12 November 2019, dua pasien dari Mongol yang didiagnosis terinfeksi wabah pneumonia oleh dokter di Beijing sedang mendapatkan perawatan intensif di distrik Chaoyang Beijing.
Dokter juga mengatakan bahwa pneumonia yang diderita oleh kedua pasien ini cukup fatal dan dapat mengancam jiwa.
Meskipun Rumah Sakit Chaoyang Beijing mengatakan: “Tidak perlu panik, semuanya terkendali.” Tetapi ketika ditanya reporter “The Economic Observer”, semuanya terkendali, apakah itu berarti “dua pasien tersebut telah melewati masa kritis”, namun, petugas rumah sakit itu mengatakan : Pasien sudah dipindahkan ke rumah sakit lain.
Tak lama kemudian, Sina Weibo melaporkan bahwa pasien telah dipindahkan ke Rumah Sakit Ditan Beijing. Rumah Sakit Ditan adalah salah satu rumah sakit yang ditunjuk untuk perawatan pasien SARS selama periode wabah SARS di Beijing.
Informasi yang dibocorkan dokter Rumah Sakit Chaoyang Dihapus
Menurut laman The New York Times, dokter Li Jifeng yang menangani dua pasien dengan pes di Rumah Sakit Chaoyang Beijing sempat menuliskan di platfrom media sosial WeChat tentang pasien yang dirawat sejak 3 November 2019.
Dia menuliskan bahwa salah satu pasien adalah pria setengah baya yang mengalami demam dan merasa kesulitan bernapas selama 10 hari. Sementara pasien lainnya adalah istri si pasien yang juga mengalami demam dan masalah pernapasan.
“Selama saya menjadi dokter spesialis, saya menemukan gejala familiar atas berbagai penyakit. Namun kali ini saya memeriksa dan memeriksa lagi, saya tak bisa menebak patogen pneumonia ini, saya merasa jarang menemui penyakit seperti ini,” tulis dokter Li.
Namun tak lama kemudian Li Jifeng menghapus tulisannya di WeChat tentang pasien dari Provinsi Mongolia Dalam itu. Sementara pihak Rumah Sakit Chaoyang Beijing juga menolak memberikan komentar.
Skrining Diskusi dan Pengendalian Terkait Plague/Pes/Sampar
Menurut instruksi yang dilihat the New York Times, badan peninjau komunis Tiongkok menginstruksikan agregator berita online domestik Tiongkok untuk “menyaring dan mengendalikan” diskusi online berita terkait wabah.
Komunis Tiongkok memiliki sejarah menutup-nutupi dan menunda pengumuman tentang wabah penyakit menular, yang menyebabkan banyak orang menjadi panik. Beberapa netizen menulis di Weibo: “Wabah pes itu bukan yang paling menakutkan, tapi yang mengerikan adalah menutupi informasi.”
Sumber Penyakit Menjadi Misteri
Bulan lalu, pihak berwenang mengatakan mereka akan meningkatkan tindakan karantina untuk mencegah wabah memasuki Tiongkok. Sebelumnya dilaporkan Madagaskar pernah dilanda penyebaran wabah yang cepat.
Masih belum jelas kapan kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Tiongkok. Akan tetapi netizen bertanya mengapa butuh waktu lama bagi pihak berwenang untuk mendiagnosis dan mengungkap kasus penyakit ini.
Netizen lain juga meminta pemerintah untuk mengumumkan bagaimana prosesnya pasien-pasien ini tiba di Beijing dari Mongolia Dalam. Jika pasien datang dengan transportasi umum, “Berapa banyak orang yang terkontak dengannya ?”
Netizen itu menulis: “Saya yang tinggal sekitar 2 km dari Rumah Sakit Chaoyang merasa menggigil mendengar wabah mematikan itu.”
“Sungguh menakutkan, wabah menyebar melalui saluran pernapasan!” “Saya tidak bisa tidak menjadi panik sekarang …harus memakai masker saat keluar!”
Penggembala: Pemerintah daerah setempat tidak menginformasikan tentang wabah
Sejumlah penggembala di Mongolia Dalam mengatakan kepada Radio Free Asia, bahwa pemerintah setempat tidak memberi tahu mereka tentang wabah tersebut. “Tidak pernah diberitahu, kami juga belum pernah mendengarnya,” kata pengembala itu.
Penggembala lain mengatakan, dia tahu wabah bisa menyebar dengan cepat, dan bisa berakibat fatal. Tapi dia tidak pernah mendengar ada wabah di daerahnya.
Wabah dikategorikan sebagai salah satu wabah maut hitam ini memang merupakan salah satu penyakit yang paling ditakutkan. Wabah pes tersebar akibat infeksi bakteri ini ditularkan melalui gigitan dari kutu dan hewan lain yang terinfeksi.
Infeksi bakteri ini dapat berkembang menjadi tiga bentuk wabah dengan gejala yang berbeda, yaitu wabah pes berupa pembengkakan kelenjar getah bening, wabah septikemia yang menginfeksi darah, serta wabah pneumoia yang menginfeksi paru-paru. angka kematian hampir 100%.
Wabah yang paling mematikan dan pernah beberapa kali tercatat dalam sejarah semuanya terkait erat dengan wabah pes yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis. Sebanyak tiga wabah epidemi dalam sejarah manusia
Wabah pertama, wabah Justinianus menghilang dari pertengahan abad ke-6 hingga abad ke-8, menewaskan ratusan juta jiwa di Eropa dan Asia.
Wabah kedua, dari pertengahan abad ke-14, wabah maut hitam merenggut korban sekitar 25 juta jiwa atau lebih dari sepertiga populasi Eropa pada masa 1347 hingga 1351.
Wabah ketiga, yang dimulai pada paruh kedua abad ke-19, bermula di provinsi Yunnan, Tiongkok kemudian menyebar ke India. Berbeda dengan wabah lainnya yang hanya terjadi di satu benua, wabah pes ketiga menyebar hingga hampir ke seluruh dunia karena mobilitas penduduk saat itu sudah cukup tinggi.
Tidak hanya manusia, tikus-tikus yang membawa bakteri penyebab penyakit pun ikut melanglang buana dengan menumpang kapal uap dan menularkan penyakitnya pada manusia.
Setelah itu, ada wabah pes Shanxi, dan wabah pes kedua di Tiongkok Timur Laut, lalu wabah pes di bagian lain Eropa dan Asia. Hingga setelah tahun 1930-an abad ke-20, wabah baru menghilang. Puluhan juta orang tewas akibat wabah di seluruh dunia. (jon/asr)
FOTO : Rumah Sakit di Distrik Chaoyang Beijing mengonfirmasi bahwa dua pasien dari Mongolia Dalam terinfeksi “wabah pneumonia” atau wabah yang dikenal dengan Black Death-wabah Maut Hitam yang sangat menular. Komunis Tiongkok memerintahkan diskusi skrining (deteksi dini dari suatu penyakit) dan pengendalian terkait plague/pes/ sampar. Orang-orang dilanda kepanikan tentang kemungkinan penyebaran wabah maut hitam ini. (JAY DIRECTO / AFP melalui Getty Images)