Yuan Bin
Di kalangan media massa Hong Kong, surat kabar “The Epoch Times” adalah sebuah surat kabar berbahasa Mandarin yang independen dengan jumlah oplahnya tidak banyak namun sangat berpengaruh dan tingkat pindah tangan sangat tinggi.
Sesuai kebiasaan, percetakan New Era yang mencetak surat kabar “The Epoch Times”, setiap hari sekitar pukul 3 dinihari, surat kabar yang telah dicetak pun dikirimkan dan diedarkan ke berbagai daerah. Akan tetapi, pada Selasa 19 November 2019 dini hari, telah terjadi suatu peristiwa yang sangat tidak lazim!
Menurut penjelasan penanggung jawab percetakan, waktu itu mereka tengah mempersiapkan surat kabar yang telah dicetak untuk diantarkan ke lapak Koran. Saat pintu percetakan dibuka, dan tumpukan koran baru dikeluarkan, tiba-tiba 4 orang ber-masker menerjang masuk. Orang-orang ber- masker itu menghampiri para pekerja, dengan pentungan di tangan mereka berteriak, “Jangan bergerak!”
Rekaman CCTV percetakan menunjukkan, 2 orang penjahat berpakaian hitam mirip demonstran kelompok “Valiant Frontier yakni kelompok Berani Melawan/Yong-Wu Pai.” Setiap orang memegang tongkat pemukul sedangkan tangan lainnya membawa dua kaleng bensin, yang kemudian disiramkan ke mesin cetak dan tumpukan Koran.
Seorang penjahat berbaju hitam lainnya membawa alat pemantik api dan menyalakan api dimana-mana. Pabrik mulai terbakar.
Keseluruhan kejadian berlangsung sekitar 2 menit, sampai kemudian 4 orang penjahat ber- masker itu melarikan diri. Walaupun api segera dapat dipadamkan, tapi 4 unit mesin cetak dari percetakan mengalami kerusakan. Sejumlah koran dan kertas musnah terbakar, banyak kertas lainnya rusak akibat basah terguyur air.
Lalu, siapa gerangan keempat orang penjahat yang melakukan pembakaran itu?
Sekilas, mereka mengenakan pakaian hitam dan memakai masker. Penampilan yang mirip dengan para demonstran. Tapi apakah mungkin demonstran melakukan pembakaran? Jelas tidak mungkin.
Surat kabar “The Epoch Times” mendukung warga Hong Kong menentang tirani Partai Komunis Tiongkok, para demonstran baik dari kelompok “Peace Movement (Kelompok Damai-Rasional-Tanpa Kekerasan/He-Li-Fei)” maupun dari kelompok “Yong-Wu Pai”, tidak mungkin memusuhi pendukungnya sendiri.
Penjahat yang telah melakukan pembakaran itu hanya mungkin berasal dari Komunis Tiongkok yang sedang menindas protes anti Undang Undang ekstradisi dan para antek tukang pukulnya. Mereka merekayasa para pelaku menyamar sebagai pengunjuk rasa, tujuannya untuk mengelabuhi publik, agar menimpakan kejahatan itu pada demonstran. Namun orang yang cerdas langsung bisa mengenali trik usang itu!
Yang patut dicatat adalah, tak lama berselang setelah penjahat melakukan pembakaran tempat percetakan surat kabar “The Epoch Times”, seorang polisi yang mengenakan masker mengatakan pada wartawan yang meliput, “Percuma kalian merekam disini, seharusnya fotolah mereka (demonstran). Sebentar lagi mungkin akan dibuat hilang!”
Setelah rekaman video dari “Beauties of Life” tentang intimidasi itu beredar, warganet mengutuk: “Polisi Hong Kong sudah gila!” “Dasar pembunuh!” “Rahasia yang harus diungkap, sepertinya polisi dan mafia bekerjasama, hanya selama ini tidak pernah diungkapkan.”
Bicara dari permukaan, penjahat membakar percetakan “The Epoch Times” dan ancaman polisi melalui wartawan bahwa para pendemo akan dihilangkan. Kedua kejadian itu sepertinya tidak ada kaitannya, tapi logika di dalamnya adalah sejalan.
Pikirkan mengapa Komunis Tiongkok mau membakar percetakan “The Epoch Times”? Mengapa polisi mengancam akan dihilangkan? Bukankah semua itu bertujuan untuk menindas media massa dan pendemo pendukung anti Undnag Undnag ekstradisi, agar dapat menutupi fakta penindasan Komunis Tiongkok terhadap aksi perlawanan tersebut?
Seperti diketahui, selama bertahun-tahun Komunis Tiongkok terus mengendalikan opini publik Hong Kong yakni dengan cara langsung membentuk perusahaan media massa atau secara tidak langsung membeli media massa Hong Kong. Itu membuat hampir semua media massa di Hong Kong melakukan sensor sendiri akibat adanya tekanan, dengan sengaja menghindari memuat berita yang sensitif bagi Komunis Tiongkok.
Surat kabar “The Epoch Times” Hong Kong sejak didirikan pada 2001, tetap bertahan meliput berita yang justru diblokir oleh Komunis Tiongkok. Berita itu seperti wabah SARS tahun 2003, penindasan Falun Gong, aksi perjuangan HAM di Tiongkok, konflik internal rezim Komunis Tiongkok dan lain sebagainya. The Epoch Times, menyajikan berita penting dan analisa situasi politik bagi pembacanya.
Di saat yang sama, media ini sangat menyoroti kondisi masyarakat Hong Kong, secara aktif memberitakan aksi demokrasi warga Hong Kong yang memperjuangkan pemilu, menuntut otonomi, dan menentang Komunis Tiongkok. Khususnya dalam gejolak aksi menentang Undang Undang ekstradisi kali ini, surat kabar “The Epoch Times” Hong Kong bersama dengan seluruh warga Hong Kong berjuang bersama melindungi Hong Kong.
Secara menyeluruh memberitakan perlawanan warga Hong Kong yang memperjuangkan demokrasi dan anti pemerintahan tirani. Menampilkan foto perlawanan yang nyata, kaya, mendalam dan rinci, termasuk rekaman video dan berita, sehingga sangat membantu warga Hong Kong mendapat simpati dan dukungan internasional. Dalam hal itu sangat dipuji oleh pembacanya.
Terhadap media massa berhati nurani yang tidak takut pada kekuasaan, berani memberitakan fakta seperti itu, dengan sendirinya sangat dibenci oleh Komunis Tiongkok, yang akan melakukan apa saja untuk merusaknya.
Sebenarnya, sebelum ada kejadian pembakaran itu, surat kabar “The Epoch Times” telah berkali-kali diintimidasi oleh Komunis Tiongkok. Pelanggan iklan pada surat kabar “The Epoch Times” juga pernah diganggu dan diancam, bahkan ada mata-mata dan gangster suruhan Komunis Tiongkok mencuri koran yang sudah dicetak.
Tentu, selain “The Epoch Times”, media massa berhati nurani di seluruh dunia bisa dibilang juga fokus pada situasi di Hong Kong. Menyiarkan secara langsung adegan hebat perlawanan demonstran Hong Kong dalam menentang Komunis Tiongkok dan para anteknya. Bagaimana mungkin Komunis Tiongkok tidak berang dan mengerahkan polisi jahatnya untuk mengancam?
Akan tetapi, entah yang dihilangkan adalah pembakar percetakan atau wartawan yang diancam, tindakan Komunis Tiongkok menginjak-injak kebebasan pers di Hong Kong secara terang-terangan itu tidak akan pernah bisa menakuti surat kabar “The Epoch Times”, juga tidak akan pernah bisa menakuti media massa yang berhati nurani.
Pasca terjadinya pembakaran itu, penanggung jawab “The Epoch Times” secara tegas menyatakan bahwa kantor surat kabar The Epoch Times sama seperti warga Hong Kong, akan tetap mempertahankan fakta dan kebebasan. Tidak ada jalan mundur, mereka akan tetap bertahan mengungkap kejahatan Komunis Tiongkok. (SUD/whs)