ETIndonesia- Pejabat militer Korea Selatan menyatakan, Korea Utara kembali menembakkan dua proyektil jarak pendek pada Kamis 28 November. Kejadian itu dilaporkan oleh Yonhap News Agency yang dilansir oleh Associated Press, mengutip pernyataan Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Laporan menyebutkan, Militer Korsel mengatakan proyektil itu ditembakkan dari Yeonpo di provinsi Hamgyong Selatan, Korea Utara. Proyektil tersebut mendarat di lepas pantai timur sekitar pukul 5 sore waktu setempat.
Ditembakkan dalam interval 30 detik, kedua proyektil tak dikenal tersebut menempuh jarak hingga 380 km dan mencapai ketinggian 97 km.
Menanggapi peluncuran proyektil tesebut, Menteri Pertahanan AS Mark Esper menggambarkan pengujian rudal Korea Utara sebagai “mengecewakan.”
Esper mengatakan, dia tidak “menyesal mencoba mengambil jalan besar, jika Anda mau, dan menjaga pintu terbuka untuk perdamaian dan diplomasi.” Seperti dilaporkan oleh CNN.
Militer Korea Selatan seperti dilaporkan kantor berita Yonhap, otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat, sedang menganalisis fitur tambahan. Pihak Korsel menyatakan sedang memantau situasi jika ada peluncuran tambahan.
Para pejabat militer mengatakan pengujian rudal tidak akan meredakan ketegangan di Semenanjung Korea.
Mayor Jenderal Jeon Dong-jin mengatakan kepada Yonhap mengatakan, Militer korsel menyatakan penyesalan atas tindakan tersebut dan mendesak Korea Utara untuk segera menghentikan tindakan seperti itu.
Meskipun proyektil tidak mendarat di perairan teritorial Jepang, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengutuk peluncuran sebagai “tantangan serius” bagi Jepang dan masyarakat internasional.
Dia mengatakan pemerintahnya akan “melakukan yang terbaik” untuk melindungi kehidupan dan aset rakyat Jepang.
Abe menyebut proyektil “rudal balistik.” Beberapa ahli mengatakan bahwa proyektil yang ditembakkan dari peluncur roket multipel “super-besar” sebenarnya adalah rudal atau senjata kelas rudal.
Menurut Yonhap, peluncuran itu akan menjadi yang keempat kalinya, ketika Korea Utara menggunakan sistem peluncuran roket super besar, yang diperkirakan berdiameter sekitar 24 inci.
Chang Young-keun, seorang ahli rudal di Korea Aerospace University, mengatakan uji coba Korea Utara berulang kali bertujuan untuk lebih meningkatkan senjata sebelum mengerahkannya untuk operasi.
Menurut dia, Korea Utara tampaknya meningkatkan sistemnya untuk penembakan yang berurutan, di antara kemampuan lainnya.
Negara komunis yang miskin itu dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB dari uji coba rudal balistik.
Awal bulan ini, seorang pejabat Korea Utara mengatakan Amerika Serikat harus terlebih dahulu menghentikan “kebijakan bermusuhan” untuk memulai kembali perundingan denuklirisasi yang macet. (asr)