3. Kerusakan Sosialisme di Dunia Berkembang
a. Sosialisme Terus Menghantui Eropa Timur
Dunia saat ini, negara maju di Barat terlibat dalam sosialisme tersembunyi, dan Partai Komunis Tiongkok telah memaksakan keburukan sosialis otoriter. Di Eropa Timur, komunisme terus menghantui wilayah ini, karena belum ada perhitungan penuh atas kejahatan yang dilakukan oleh bekas rezim blok Soviet.
Kehadiran komunisme yang masih ada dapat dilihat dalam berbagai aspek politik dan ekonomi Eropa Timur. Misalnya, Rusia dan Belarus mempertahankan perusahaan milik negara yang kuat, kesejahteraan yang tinggi, dan kebijakan intervensionis yang agresif. Selama masa transisi dari komunisme, negara-negara Eropa Timur mengalami krisis pertumbuhan ekonomi yang lambat dan pengangguran yang tinggi.
Semua ini mendorong kekambuhan komunisme dan sosialisme, dalam bentuk-bentuk baru. Roh komunisme belum dienyahkan. Partai-partai sayap kiri dihidupkan dengan semangat baru, mengembalikan masa lalu sosialis. [28]
b. Ekonomi Sosialis Membuat Gagal Negara Berkembang
Negara berkembang di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, banyak negara baru yang merdeka telah menyatakan kesetiaannya pada sosialisme pada 1960-an. Buntutnya adalah kekacauan. Kasus-kasus yang lebih baru termasuk Venezuela dan Zimbabwe.
Venezuela pernah menjadi negara terkaya di Amerika Latin. Sejak sosialisme mendorong ekonominya runtuh, Venezuela dipenuhi dengan kemiskinan, kejahatan, dan kelaparan.
Zimbabwe dulunya adalah negara terkaya di Afrika. Kini, Zimbabwe telah tenggelam dalam bencana total, karena inflasi telah berputar di luar imajinasi.
Venezuela: Bagaimana Sosialisme Membangkrutkan Negara yang Sejahtera
Venezuela diberkati dengan cadangan minyak yang cukup besar. Pada tahun 1970-an, Venezuela adalah negara dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Latin, menikmati tingkat ketimpangan pendapatan terendah dan Produk Domestik Bruto per kapita tertinggi di kawasan Amerika Latin. [29] Ekonomi Venezuela yang relatif bebas menarik imigran terampil dari Italia, Portugal, dan Spanyol. Bersama dengan perlindungan hak-hak properti, faktor-faktor ini memungkinkan ekonomi negara untuk tumbuh pesat dari tahun 1940 hingga 1970. [30]
Setelah presiden baru Venezuela mulai menjabat pada tahun 1999, ia memulai program nasionalisasi yang bernasib buruk yang pada akhirnya membuat ekonomi Venezuela menjadi kacau balau. Presiden secara terbuka menyatakan bahwa ia akan terlibat dalam “sosialisme abad ke-21.” [31]
Untuk membangun sosialisme, pemerintah Venezuela meminta atau menasionalisasi banyak perusahaan swasta, lintas industri termasuk minyak, pertanian, keuangan, industri berat, baja, telekomunikasi, energi, transportasi, dan perusahaan wisata. Proses ini meningkat setelah pemilihan presiden tahun 2007. Pemerintahnya mengambil alih 1.147 perusahaan swasta antara tahun 2007 dan 2012, dengan efek bencana.
Perusahaan industri yang dulunya produktif ditutup dan digantikan oleh perusahaan milik negara yang tidak efisien, sehingga menakuti para investor. Ketika produksi merosot, Venezuela beralih ke ketergantungan pada impor. Ditambah dengan serangkaian intervensi pemerintah yang melibatkan cadangan devisa dan kendali harga, bencana tak terhindarkan melanda ketika harga minyak turun.
Beberapa menghubungkan tragedi ini dengan krisis minyak, tetapi alasan kegagalan dramatis Venezuela tidak ditemukan di sana. Menurut data yang diberikan oleh Bank Dunia, tujuh negara yang lebih bergantung pada ekspor minyak dibandingkan Venezuela masih mengalami pertumbuhan ekonomi dari tahun 2013 hingga 2017. [32]
Akar masalah Venezuela terletak pada sistem ekonomi sosialis. Kebijakan ekonomi Venezuela pada dasarnya mengikuti sepuluh tuntutan revolusioner yang diusulkan Karl Marx dalam “Manifesto Komunis.” [33] Ekonomi Venezuela mati di tangan hantu komunisme.
Zimbabwe: Dari Keranjang Roti Afrika Hingga Menjadi Tanah Kelaparan
Setelah deklarasi kemerdekaan Zimbabwe pada tahun 1980, Zimbabwe berusaha membangun negara sosialis sesuai dengan prinsip Marxis-Leninis. Presiden pertama Zimbabwe adalah seorang penganut Marxis di masa mudanya. Gerilyawan Zimbabwe, yang dipandu oleh Pemikiran Mao Zedong, menerima bantuan tanpa syarat dari Partai Komunis Tiongkok dan mempertahankan hubungan dengan Tiongkok. Tidak seperti negara Afrika lainnya yang menerapkan sosialisme, Zimbabwe tidak segera memaksakan kebijakan nasionalisasi.
Kesulitan ekonomi Zimbabwe dimulai pada tahun 2000 setelah dimulainya reformasi tanah. Di bawah program reformasi, tanah milik petani kulit putih disita dan didistribusikan kembali di antara orang kulit hitam yang tidak memiliki tanah, serta orang-orang dari latar belakang politik yang disetujui. Hasilnya adalah penurunan produktivitas pertanian yang tajam. Dalam upaya untuk menghindari krisis, Bank Sentral Zimbabwe mencetak lebih banyak uang, yang mengarah ke hiperinflasi yang tiada akhir.
Angka-angka dari Bank Sentral Zimbabwe menunjukkan bahwa pada bulan Juni 2008, inflasi tahunan Zimbabwe mencapai 231 juta persen. Pada pertengahan November 2008, inflasi telah mencapai puncaknya hampir 80 miliar persen, setelah itu pihak berwenang menyerah pada penerbitan statistik bulanan. Setahun kemudian, nilai tukar dolar Zimbabwe terhadap dolar Amerika Serikat mencapai 35 triliun banding satu. Akhirnya mata uang Zimbabwe tidak berlaku lagi dan Zimbabwe terpaksa menerbitkan mata uang yang baru. [34]
Pada tahun 2008, kelaparan hebat melanda Zimbabwe. Dari 16 juta orang di negara itu, sebanyak 3,5 juta orang kelaparan. Saat ini, gizi buruk sudah kronis dan tersebar luas.
Komunisme mengganggu dunia dengan cara yang dapat diamati atau diramalkan di semua negara. Negara maju di Barat mulai mengalami krisis. Sementara itu, tragedi sosialisme sudah menjadi kenyataan di negara berkembang. Inilah prinsipnya: roh komunisme menggunakan ekonomi untuk menjanjikan kenyamanan dan kepuasan sesaat, memikat manusia untuk menurunkan moralnya dan menarik manusia ke dalam jurang.
Lanjut Baca Bagian II.
Daftar Pustaka:
[1] Karl Marx and Friedrich Engels, “Manifesto of the Communist Party,” Marx/Engels Selected Works, Vol. One (Moscow: Progress Publishers, 1969), 98-137.
[2] Max Galka, “The History of U.S. Government Spending, Revenue, and Debt (1790-2015),” Metrocosm, February 16, 2016, http://metrocosm.com/history-of-us-taxes/.
[3] “OECD Tax Rates on Labour Income Continued Decreasing Slowly in 2016,” OCED Report, http://www.oecd.org/newsroom/oecd-tax-rates-on-labour-income-continued-decreasing-slowly-in-2016.htm.
[4] Kenneth Scheve and David Stasavage, Taxing the Rich: A History of Fiscal Fairness in the United States and Europe (Kindle Locations 930-931) (Princeton: Princeton University Press, Kindle Edition).
[5] Rachel Sheffield and Robert Rector, “The War on Poverty after 50 Years,” Heritage Foundation Report, September 15, 2014, https://www.heritage.org/poverty-and-inequality/report/the-war-poverty-after-50-years.
[6] Ibid.
[7] Nima Sanandaji, Scandinavian Unexceptionalism: Culture, Markets, and the Failure of Third-Way Socialism (London: Institute for Economic Affairs, 2015), 132.
[8] Alexis de Tocqueville, Memoir on Pauperism, trans. Seymour Drescher (Lancing, West Sussex, UK: Hartington Fine Arts Ltd, 1997).
[9] Ibid.
[10] “A National Sport No More,” The Economist, November 3rd, 2012, https://www.economist.com/europe/2012/11/03/a-national-sport-no-more.
[11] Martin Halla, Mario Lackner, and Friedrich G. Schneider, “An Empirical Analysis of the Dynamics of the Welfare State: The Case of Benefit Morale,” Kyklos, 63:1 (2010), 55-74.
[12] Nicholas Kristof, “Profiting from a Child’s Illiteracy,” New York Times, December 7, 2012, https://www.nytimes.com/2012/12/09/opinion/sunday/kristof-profiting-from-a-childs-illiteracy.html.
[13] Ibid.
[14]Alexis de Tocqueville, Memoir on Pauperism, trans. Seymour Drescher (Lancing, West Sussex, UK: Hartington Fine Arts Ltd, 1997).
[15] Nicholas Kristof, “Profiting from a Child’s Illiteracy,” New York Times, December 7, 2012, https://www.nytimes.com/2012/12/09/opinion/sunday/kristof-profiting-from-a-childs-illiteracy.html.
[16] Robert Rector, “The War on Poverty: 50 Years of Failure,” Heritage Foundation Report, September 23, 2014, https://www.heritage.org/marriage-and-family/commentary/the-war-poverty-50-years-failure.
[17] U.S. Census Bureau, “Annual Social and Economic Supplements,” Current Population Survey, 1960 to 2016.
[18] Niskanen, A., “Welfare and the Culture of Poverty,” The Cato Journal, 16:1(1996).
[19] Walter E. Williams, “The True Black Tragedy: Illegitimacy Rate of Nearly 75%,” cnsnews.com, May 19, 2015, https://www.cnsnews.com/commentary/walter-e-williams/true-black-tragedy-illegitimacy-rate-nearly-75.
[20] “OECD Data,” https://data.oecd.org/gga/general-government-debt.htm.
[21] Thomas Winslow Hazlett, “Looking for Results: An Interview with Ronald Coase,” Reason, (January 1997), https://reason.com/archives/1997/01/01/looking-for-results.
[22] F. A. Hayek, The Road to Serfdom (London: Routledge Press, 1944).
[23] “Direct Investment Position of the United States in China from 2000 to 2016” , Statistica.com, https://www.statista.com/statistics/188629/united-states-direct-investments-in-china-since-2000/.
[24]“Report on Foreign Investments in China, 2016,” A Chronicle of Direct Foreign Investments in China, The Ministry of Commerce of China [〈中国外商投资报告 2016〉, 《中国外商直接投资历年概况》,中國商務部]
[25] Liz Peek, “Finally, a President Willing to Combat Chinese Theft,” The Hill, March 26, 2018, http://thehill.com/opinion/finance/380252-finally-a-president-willing-to-combat-chinese-theft.
[26] The Commission on the Theft of American Intellectual Property, Update to the IP Commission Report, 2017, http://www.ipcommission.org/report/IP_Commission_Report_Update_2017.pdf.
[27] Chris Strohm, “No Sign China Has Stopped Hacking U.S. Companies, Official Says,” Bloomberg News, November 18, 2015, https://www.bloomberg.com/news/articles/2015-11-18/no-sign-china-has-stopped-hacking-u-s-companies-official-says.
[28] Kurt Biray, “Communist Nostalgia in Eastern Europe: Longing for the Past,” November 10, 2015, https://www.opendemocracy.net/can-europe-make-it/kurt-biray/communist-nostalgia-in-eastern-europe-longing-for-past.
[29] John Polga-Hecimovich, “The Roots of Venezuela’s Failing State,” Origins, 10:9 (June 2017), http://origins.osu.edu/article/roots-venezuelas-failing-state.
[30] José Niño, “Venezuela Before Chavez: A Prelude to Socialist Failure,” Mises Wire, May 04, 2017, https://mises.org/wire/venezuela-chavez-prelude-socialist-failure.
[31] John Bissett, “Hugo Chavez: Revolutionary Socialist or Leftwing Reformist?” Socialist Standard No. 1366 (June 2018) https://www.worldsocialism.org/spgb/hugo-chavez-revolutionary-socialist-or-leftwing-reformist.
[32] Julian Adorney, “Socialism Set Fire to Venezuela’s Oil Crisis,” Real Clear World, August 29, 2017, https://www.realclearworld.com/articles/2017/08/29/socialism_set_fire_to_venezuelas_oil_crisis_112520.html.
[33] José Niño, “John Oliver is Wrong About Venezuela – It’s a Socialist Country,” Mises Wire May 30, 2018, https://mises.org/wire/john-oliver-wrong-about-venezuela-%E2%80%94-its-socialist-country.
[34] “10 Numbers Tell You What Is Going On in Zimbabwe”, BBC Chinese edition (November 11, 2017), http://www.bbc.com/zhongwen/trad/world-42077093
BACA SEBELUMNYA
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Pengantar
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita: Pendahuluan
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab II – Awal Komunisme Eropa
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab III – Pembunuhan Massal di Timur
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab IV – Mengekspor Revolusi
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian I)
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab V – Infiltrasi ke Barat (Bagian II)
Bagaimana Roh Jahat Komunisme Sedang Menguasai Dunia Kita : Bab VI – Pemberontakan Terhadap Tuhan