Wang Youqun
Pada 22 Desember lalu, sebuah foto close-up AFP beredar luas di media sosial. Foto itu menampilkan seorang wanita Hong Kong memegang poster “Langit Memusnahkan Partai Komunis Tiongkok – Tian Mie Zhong Gong (dibaca: tièn miè cung kung)” yang dibuat oleh The Epoch Times Hong Kong diusung di atas kepalanya untuk memrotes.
Seorang polisi bermasker dengan senjata lengkap, dengan teganya mengarahkan pistolnya yang berpeluru tajam ke kepala wanita itu yang secara langsung membuat jiwanya menjadi terancam.
Foto itu secara hidup dan nyata telah mengungkapkan konfrontasi yang tajam antara sejumlah oknum polisi jahat di Hong Kong dengan pengunjuk rasa Hong Kong dalam Gerakan Anti-Undang Undang Ekstradisi ke Tiongkok di Hong Kong.
Gerakan Anti-Undang Undang Ekstradisi ke Tiongkok pada awalnya dipicu oleh warga Hong Kong yang tidak percaya pada peradilan Tiongkok. Warga hongkong tidak rela setelah ditangkap oleh polisi Hong Kong yang telah dikuasai oleh pemerintah pusat Beijing tanpa dasar hukum yang jelas, lalu dikirim ke Tiongkok untuk diadili.
Namun, Partai Komunis Tiongkok mengabaikan opini publik arus utama di Hong Kong, dan terus meningkatkan penindasan brutal terhadap warga Hong Kong. Sistem pemisahan tiga kekuasaan (Trias politika) di Hong Kong kini telah menjadi monopoli kekuasaan pihak kepolisian yang seolah tiada batas.
Sejumlah polisi preman di Hong Kong, secara sembarangan menangkap dan menggunakan kekerasan. Fenomena itu sudah merajalela, dan hanya dalam tempo singkat, sekitar enam bulan, Hong Kong telah berubah menjadi sebuah masyarakat dimana kekerasan dan kesewenang-wenangan polisi telah menjadi pemandangan sehari-hari.
Meskipun sekarang Pemerintah Hong Kong telah mencabut Rancangan Undang Undang Ekstradisi tersebut, warga Hong Kong tidak perlu lagi dikirim ke daratan Tiongkok untuk diadili. Beberapa polisi jahat di Hong Kong menindas orang-orang Hong Kong langsung di tempat. Keganasan, kekejaman dan tindakan mereka yang tak tahu malu, sama persis dengan perilaku polisi di Tiongkok.
Banyak tindakan keji mereka dilakukan di depan kamera wartawan media dari seluruh dunia. Tindakan represif polisi telah menjadi bencana terbesar bagi warga Hong Kong.
Justru itulah penyebab dari wanita Hong Kong di foto itu memrotes keras si polisi. Warga Hong Kong dalam foto tersebut, dia adalah seorang wanita; dia tidak memegang senjata apapun; dan satu-satunya yang dibawanya adalah poster yang bertuliskan empat kata: “Langit Memusnahkan Partai Komunis Tiongkok”.
Wanita itu tidak menimbulkan ancaman apapun terhadap keselamatan polisi tersebut. Citra wanita itu adalah perwujudan seorang pemrotes Hong Kong yang menjunjung tinggi konsep damai, rasionalitas dan anti kekerasan dalam enam bulan terakhir aksi perlawanan mereka terhadap tirani Partai Komunis Tiongkok.
Dalam kehidupan sehari-hari, sangat memalukan bagi seorang pria sejati untuk menzalimi seorang perempuan. Polisi dalam foto itu bersenjata lengkap dari kepala hingga kaki, dengan perawakan tinggi besar. Jangankan dengan senjata, hanya dengan mengayunkan kepalan tangannya saja, sekali tonjok sudah cukup membuat wanita itu terjengkang.
Namun, polisi itu menodongkan pistol berpeluru tajam ke arah kepala si wanita, begitu pelatuk pistol ditarik, wanita itu pasti tewas di tempat. Terutama yang sangat meresahkan adalah bahwa terdapat banyak wartawan di sekeliling mereka. Ada yang memikul kamera shooting, ada yang menjepret gambar dengan kamera, namun petugas polisi ini sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
Polisi itu sama sekali tidak takut terekspos ke seluruh dunia. Tindakan polisi itu adalah perwujudan citra sejumlah petugas polisi di Hong Kong yang menyalahgunakan kekuasaan dan secara brutal menindas para warga Hong Kong dalam enam bulan terakhir.
Dalam beberapa tahun terakhir, reputasi Komunis Tiongkok dengan cepat terjun bebas menjadi partai paling korup di dunia. Memasuki tahun 2019, berbagai gejala “Partai Komunis Tiongkok Musnah” telah bermunculan. “Langit Memusnahkan Partai Komunis Tiongkok” telah menjadi progres historis yang dapat dilihat dan dirasakan oleh masyarakat.
Sejak pecahnya Gerakan Anti Undang Undang Ekstradisi di Hong Kong, slogan “Tian Mie Zhong Gong” bergema dahsyat di dua tepian Sungai Hong Kong. Tulisan seperti itu memenuhi jalan-jalan di Hong Kong.
Di zaman kuno orang Tiongkok sering berkata, “Manusia sedang berbuat dan Langit menyaksikan”, “Langit” bermakna Tuhan. Slogan ini sangat menginspirasi para pemrotes Hong Kong untuk menggunakan keberanian mereka dalam melawan tirani Komunis Tiongkok. Mungkin slogan inilah yang telah memberi semangat keberanian pada wanita Hong Kong itu dalam menghadapi polisi kejam.
Poster di tangan wanita Hong Kong itu berlabelkan The Epoch Times dan NTD di bagian bawahnya.
The Epoch Times dan New Tang Dinasty adalah dua media independen yang melaporkan penganiayaan Komunis Tiongkok terhadap rakyat Tiongkok secara objektif, akurat dan tepat waktu. Dipandu dengan nilai-nilai tradisional universal serta tidak terpengaruh oleh pemerintah, konsorsium atau partai politik manapun.
Di bawah merembesnya pengaruh Komunis Tiongkok terhadap media di Hong Kong dan media luar negeri berbahasa mandarin, ada sejumlah besar media berbahasa mandarin tercemari dan berubah menjadi media merah. Wartawan dari The Epoch Times dan NTDTV tidak takut akan penindasan Komunis Tiongkok. Berani mempertaruhkan nyawa mereka dalam melakukan sejumlah besar laporan independen yang objektif mendalam terhadap orang-orang Hong Kong yang protes. Memberikan informasi yang benar dan dapat diandalkan kepada khalayak luas sehingga memenangkan pujian luas dari semua kalangan.
The Epoch Times dan NTD mengiringi orang-orang yang Anti Undang Undang Ekstradisi di Hong Kong melalui masa-masa paling sulit. Namun fajar harapan sudah nampak di kejauhan.
Berharap ada lebih banyak media lain yang kembali ke nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai universal, memberikan kontribusi yang seharusnya dalam proses historis “Langit Memusnahkan Partai Komunis Tiongkok”. (LIN/WHS)
FOTO : Di suatu aksi damai pada 22 Desember 2019 lalu, seorang polisi Hong Kong dengan sewenang-wenang menodongkan pistol berpeluru tajam ke arah kepala seorang demontrans wanita. (Anthony Wallace/AFP/Getty Images)