Nicole Hao
Sebanyak Lima asrama kampus di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok disulap menjadi pusat karantina untuk pasien suspek coronavirus. Di tengah kota itu masih terus berjibaku untuk mengatasi penyakit itu.
Selama akhir pekan, kota-kota besar seperti Guangzhou, Shenzhen, dan Tianjin masuk dalam daftar lebih dari 80 kota di Tiongkok yang memberlakukan isolasi untuk mencegah meluasnya penyebaran virus itu.
Asrama Kampus Jadi Pusat Isolasi
Pada Tanggal 7 Februari 2020, Hu Yabo, wakil walikota Wuhan, tempat pertama kali virus itu muncul, pada konferensi pers harian mengatakan bahwa pemerintah kota dan provinsi akan mengubah asrama mahasiswa di empat universitas dan kampus baru Partai Komunis Provinsi Hubei yakni sekolah pelatihan, yang mana semuanya berlokasi di Kota Wuhan.
Secara total, perguruan tinggi ini akan menyediakan sebanyak 5.400 tempat tidur bagi pasien yang dikarantina akibat coronavirus dengan gejala ringan.
Hu juga mengatakan, pemkot Wuhan sangat membutuhkan pasokan medis, termasuk 41.400 pakaian pelindung hazmat, 56.800 masker N95, dan 19.200 kacamata pelindung.
Netizen yang mengatakan bahwa mereka adalah mahasiswa di kampus-kampus itu mulai berbagi foto di media sosial, di mana sejumlah pekerja dapat terlihat menarik alas plastik di atas tempat tidur mahasiswa dan memindahkan barang-barang mahasiswa.
Mahasiswa dari Universitas Hanjiang mengeluh di media sosial, karena tidak dikabari oleh pihak kampus tentang asrama mereka yang akan disulap menjadi pusat karantina.
Pada pukul 8:41 waktu setempat tanggal 8 Februari 2020, pihak kampus mengumumkan kabar itu di akun media sosial resminya. Banyak mahasiswa berkomentar dalam pengumuman itu yang mengeluhkan tentang keputusan itu.
“Kenapa menggunakan asrama kami? Mengapa Anda tidak menggunakan stadion sebagai gantinya ?,” kata seorang netizen.
“Siapa yang bisa melindungi barang-barang saya ?,” tanya yang lain.
“Bagaimana kamu mendesinfeksi asrama kami sebelum semester baru dimulai?” tambah yang lainnya.
Suasana Isolasi
Netizen daratan Tiongkok juga berbagi video konflik antara warga dan petugas keamanan, karena banyak warga Tiongkok di kota-kota yang dikurung mulai merasa frustrasi karena mereka tidak dapat bergerak dengan leluasa.
Lebih dari 80 pemerintah kota Tiongkok kini meluncurkan beberapa bentuk tindakan karantina. Yang paling ketat adalah di Kota Huanggang, yang masih terletak di Provinsi Hubei. Kota itu menutup semua transportasi umum dan perjalanan kendaraan pribadi di jalanan. Peraturan di Kota itu juga mengharuskan bahwa hanya satu warga dari setiap rumah tangga yang dapat pergi keluar untuk berbelanja kebutuhan pokok. Selain itu, orang yang ditunjuk hanya bisa keluar sebanyak sekali setiap dua hari.
Aturan paling umum yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah menutup daerah pemukiman dan desa, tetapi meninggalkan jalan darurat bagi penduduk untuk masuk dan meninggalkan tempat itu. Lorong itu dijaga oleh petugas keamanan, siapa pun yang meninggalkan atau memasuki kawasan tersebut harus mengisi formulir dan suhu tubuhnya harus dipindai.
Pada tanggal 5 dan 6 Februari 2020, provinsi di timur laut Tiongkok, Liaoning dan Provinsi Jiangxi juga mengumumkan karantina — yang berarti penduduk tidak akan diizinkan untuk menghadiri pertemuan sosial. Selain itu, hanya satu warga per rumah tangga yang diperbolehkan keluar rumah untuk setiap dua hari sekali.
Penyebaran Virus dengan Cepat
Tianjin, adalah salah satu dari empat kota yang diperintahkan secara langsung di Tiongkok untuk menerbitkan tindakan isolasi pada tanggal 6 Februari 2020, setelah seorang wanita berusia 66 tahun yang berbelanja di sebuah toserba setempat meninggal dunia akibat virus korona.
Mao Jinsong, direktur pemerintah kabupaten Baodi di Tianjin, pada konferensi pers tanggal 7 Februari 2020 mengatakan bahwa sebanyak 23 warga di kabupaten tersebut telah didiagnosis atau sebagai suspek coronavirus. Mereka semua mengunjungi department store yang sama.
Mao menambahkan bahwa sekitar 9.200 warga yang mengunjungi toserba itu antara tanggal 19 Januari dan 25 Januari, ketika wanita itu sedang berbelanja. Sebanyak 194 staf toko sedang diisolasi di pusat karantina, sedangkan 9.200 pelanggan toko lainnya diminta untuk mengisolasi secara mandiri di rumah.
Di Kota Jinjiang, Provinsi Fujian, lebih dari 4.000 orang dikarantina setelah mereka melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi.
Menurut media pemerintahan Tiongkok, seorang pria kembali ke Fujian pada tanggal 20 Januari 2020 setelah mengunjungi Wuhan. Akan tetapi ia berbohong. Ia mengatakan bahwa dirinya baru saja kembali dari Filipina. Dia sudah menghadiri beberapa pesta.
Pada tanggal 23 Januari 2020, pria itu mulai merasa sakit. Dia didiagnosis dengan virus korona pada tanggal 27 Januari 2020. Tujuh orang yang melakukan kontak dengannya juga didiagnosis.
Putra seorang mantan pejabat tinggi di Tiongkok mengatakan kepada Epoch Times berbahasa Tionghoa, bahwa pada tanggal 5 Februari 2020 terdapat beberapa anggota keluarga pejabat senior Partai Komunis Tiongkok juga telah terinfeksi virus corona. Mereka kini telah menerima perawatan di Rumah Sakit Persahabatan Tiongkok-Jepang di Beijing.
Novel Coronavirus pertama kali muncul di Wuhan pada awal Desember 2019. Puluhan ribu warga telah terinfeksi di Tiongkok, sementara sejumlah negara juga melaporkan terjadi kasus tertular virus itu. (asr)
Artikel Ini sudah Terbit di The Epochtimes
FOTO : Seorang wanita mengenakan makser saat mengendarai sepeda listrik di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 22 Januari 2020. (Getty Images)
Video Rekomendasi :