Tiongkok Melaporkan Kasus Flu Burung H5N6 Pertama di Peternakan Unggas di Sichuan

Jack Phillips

Wabah flu burung H5N6 dilaporkan oleh pejabat rezim Tiongkok di Provinsi Sichuan dan wabah tersebut terpisah dari wabah Coronavirus yang telah memicu karantina  di daerah lain di Tiongkok.

Ini adalah flu burung H5N6 pertama yang terdeteksi di peternakan unggas setelah empat kasus ditemukan pada angsa awal tahun ini di Xinjiang, sebagaimana dilaporkan oleh Reuters.

Kementerian Pertanian Tiongkok mengatakan pada Minggu malam bahwa sebanyak 1.840 dari 2.497 unggas mati di peternakan, seperti ditulis Reuters. Sisa unggas dimusnahkan untuk mencegah penyebaran virus.

Tidak ada kasus infeksi pada manusia yang dilaporkan oleh Kementerian Pertanian Tiongkok, menurut Taiwan News.

Pada Januari, Kementerian Pertanian Tiongkok mengatakan 19 angsa mati akibat penyakit di reservoir yang dihuni sekitar 150 unggas, menurut Reuters.

H5N6 dapat menyebabkan penyakit parah pada orang, tetapi kasus jarang terjadi bahkan di Daratan Tiongkok. Rezim Tiongkok melaporkan total 24 kasus yang dipastikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia sejak tahun 2014, mencakup tujuh orang meninggal dunia, demikian laporan Taiwan News yang mengutip data Organisasi Kesehatan Dunia.

Awal bulan ini, Provinsi Hunan, Tiongkok melaporkan wabah flu burung H5N1, yang juga menyebabkan ribuan unggas mati atau dimusnahkan, di sebuah peternakan.

Pada 2 Februari 2020, Kementerian Pertanian Tiongkok mengatakan bahwa 18.000 ayam dimusnahkan di Shaoyang, Provinsi Hunan. Tetapi itu terjadi setelah sekitar 4.500 ayam jatuh sakit dan mati, yang berjumlah lebih dari setengah kawanan di pertanian di sumber wabah.

Strain influenza adalah “subtipe H5N1 unggas” dari “flu burung yang sangat patogen,” bunyi pernyataan itu.

Flu burung H5N1 telah menewaskan ratusan orang di seluruh dunia sejak tahun 2003, menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (pdf).

Itu terjadi saat pemerintah kota di Shanghai mengumumkan pada tanggal 10 Februari bahwa 13.000 distrik perumahan di Shanghai kini berada dalam “penatalaksanaan karantina” karena ancaman Coronavirus, menurut akun Weibo pemerintah. Kini pendaftaran diperlukan untuk setiap orang yang masuk dan meninggalkan Shanghai.

Orang-orang yang kembali dari daerah Tiongkok yang terkena Coronavirus diharuskan untuk diisolasi selama 14 hari.

Pejabat di Beijing mengumumkan langkah serupa untuk mencegah penyebaran Coronavirus. Salah satu tindakan melibatkan “penatalaksanaan karantina” kabupaten dan perumahan. Penduduk setempat dan kendaraan yang terdaftar secara setempat hanya dapat memasuki area perumahan dengan identifikasi yang tepat. Yang bukan penduduk dan kendaraan setempat dilarang masuk.

Manajemen “Isolasi terpusat yang ketat” akan ditegakkan dan biro keamanan publik setempat akan bertindak untuk menegakkan tindakan isolasi bagi orang-orang yang tidak mematuhi,” kata pemberitahuan pengumuman. (vv)

FOTO : Ilustrasi tak berkaitan dengan berita : Ayam di sebuah peternakan dekat Jamasa, Mesir. (KHALED DESOUKI / AFP / Getty Images)