Bagian 3: Coronavirus Memicu Ketakutan Ekonomi Global
Narasi: Tiongkok kembali beraktivitas dari liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang menghadapi kerugian ekonomi yang curam.
Saat bursa saham Shanghai dibuka kembali pada tanggal 3 Februari, indeks saham acuan Tiongkok turun 9% pada hari pertama perdagangan, pembukaan terburuk dalam hampir 13 tahun.
Yuan Tiongkok jatuh terhadap sebagian besar mata uang saingan utamanya.
Bank Rakyat Tiongkok baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya akan menyuntikkan usd 174 miliar ke dalam ekonomi Tiongkok untuk melindungi ekonomi Tiongkok dari dampak wabah Coronavirus.
Besarnya suntikan dana dari Bank Rakyat Tiongkok, disertai langkah-langkah lain, menandakan ketakutan para pembuat kebijakan terhadap jatuhnya pasar.
Para analis mengatakan dampak Coronavirus – yang telah membuat kota-kota besar dikarantina secara sempurna atau sebagian – dapat membahayakan pertumbuhan jika berlangsung dalam waktu lama.
Sektor perjalanan dan pariwisata Tiongkok terpukul karena liburan Festival Musim Semi yang luar biasa sepi, sementara bioskop terpaksa tutup untuk berusaha mengendalikan Coronavirus.
Sementara itu, banyak pabrik menangguhkan produksi dan banyak perusahaan menginstruksikan karyawan untuk bekerja dari rumah.
Foxconn, Toyota, Starbucks, McDonald, Tesla, dan Volkswagen hanyalah beberapa dari perusahaan raksasa yang menghentikan operasi atau menutup outlet di seluruh Tiongkok.
Pada tanggal 4 Februari, Hyundai, pembuat mobil terbesar kelima di dunia, mengatakan bahwa pihaknya menghentikan sementara jalur produksi di pabrik-pabriknya di Korea Selatan karena kekurangan suku cadang dari Tiongkok.
Berhentinya operasi Hyundai dapat menandakan gangguan yang jauh lebih serius dalam rantai pasokan mobil yang kompleks.
Harga minyak global mulai runtuh karena permintaan dari Tiongkok menyusut. Tiongkok mengonsumsi 13 barel minyak dari setiap 100 barel minyak yang diproduksi dunia. Saat permintaan minyak harian Tiongkok turun 20 persen karena berkurangnya transportasi dan manufaktur, dampaknya dirasakan oleh seluruh industri minyak.
Para ahli mengatakan, begitu Coronavirus Wuhan reda, dibutuhkan waktu hingga 19 bulan bagi banyak industri untuk pulih. Diperkirakan bahwa ekonomi global akan mengalami kerugian setidaknya usd 40 hingga usd 60 miliar.
Host: Seberapa dalamkah luka-luka yang akan dialami ekonomi Tiongkok? Ekonom dan pakar Tiongkok Frank Qin mengatakan hal ini kepada saya.
Frank Qin: Dampak Coronavirus Wuhan terhadap ekonomi Tiongkok akan lebih besar daripada tahun 2003. Pada tahun 2003, ekonomi Tiongkok sedang meningkat, Tiongkok menjadi pabrik dunia dan “Made In China” mulai terbentuk. E-commerce di Tiongkok masih baru. Kini, ekonomi Tiongkok mengalami kesulitan. Tiongkok tersangkut perang dagang dengan Amerika Serikat, dan dinamika ekonomi Tiongkok di mana ekonomi negara berkembang tetapi ekonomi individu tidak berkembang.
Investasi perusahaan swasta menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir, dan rantai pasokan juga telah bergeser. Semua unsur ini diperhitungkan bersama-sama akan menciptakan dampak yang luas pada ekonomi Tiongkok.
Sejauh mana epidemi mempengaruhi perekonomian tergantung pada beberapa hal:
Yang pertama adalah durasi epidemi. Liang Zhuowei, Dekan Kedokteran di Universitas Hong Kong menyatakan dalam laporan tanggal 27 Januari bahwa ia percaya epidemi Wuhan akan memuncak pada bulan April dan Mei, dan akan mulai mereda pada bulan Juni dan Juli. Ini berarti dampak negatif terhadap ekonomi akan ada untuk kuartal pertama dan kedua. Dampak negatif terhadap ekonomi akan berlanjut hingga bulan Mei dan bulan Juni dan ekonomi akan mulai pulih setelah bulan Juni.
Kedua, apakah Coronavirus akan berkembang menjadi epidemi nasional? Saat ini, diduga bahwa jumlah orang yang terinfeksi dan jumlah kematian di Tiongkok adalah puluhan kali lebih tinggi daripada yang diumumkan secara resmi. Sudah ada 36 kota yang dikarantina secara sempurna atau dikarantina sebagian. 5 Juta orang melarikan diri dari Wuhan sebelum Wuhan dikarantina pada tanggal 22 Januari. Tujuan utama 5 juta orang yang melarikan diri ini adalah Beijing, Shanghai, dan Guangzhou.
Kini Partai Komunis Tiongkok menghadapi dilema antara pekerjaan dan pengendalian epidemi. Karena alasan ekonomi, maka Tiongkok tidak dapat memperpanjang liburan Tahun Baru Imlek setelah tanggal 10 Februari. Tetapi ini juga berarti epidemi Coronaviru di kota-kota besar ini akan memburuk setelah liburan berakhir saat orang-orang mulai beraktivitas. Oleh karena itu, saya memperkirakan bahwa pada bulan April hingga bulan Mei, kota-kota besar dan bahkan sebagian besar kota di Tiongkok akan dipaksa untuk dikarantina secara sempurna atau sebagian. Hal ini pasti akan mempengaruhi ekonomi, mengurangi konsumsi dan mendorong migrasi rantai pasokan.
Seberapa besar dampaknya? Reuters melaporkan bahwa Standard & Poor memperkirakan Produk Domestik Bruto Tiongkok akan turun 1,2% untuk tahun 2020. Organisasi lain telah membuat perkiraan serupa. Tetapi saya percaya Produk Domestik Bruto Tiongkok akan turun lebih jauh. Saya percaya tingkat pertumbuhan untuk kuartal pertama hanya akan 2% atau lebih rendah.
Pertumbuhan selanjutnya akan lebih kecil lagi. Penurunan pertumbuhan sepanjang tahun akan menjadi sekitar 1,5%. Mempertimbangkan bahwa tahun lalu Tiongkok memalsukan angka Produk Domestik Bruto Tiongkok, saya mengatakan dampak wabah terhadap ekonomi Tiongkok akan lebih serius daripada yang dibayangkan dunia luar.
Host: Dan saat Tiongkok terluka, dunia mengalami perdarahan. Kekhawatiran yang berlebihan atas keadaan ekonomi global dapat membuktikan satu hal: Perdagangan dan pasar keuangan internasional menjadi jauh lebih bergantung pada Tiongkok daripada yang disadari orang.
Dan akibat sangat meremehkan jumlah orang yang terinfeksi Coronavirus, orang tidak tahu apa yang diharapkan. Tetapi satu hal yang pasti, jika epidemi ini berlanjut, Tiongkok akan dipaksa untuk mengasingkan diri dari dunia selama suatu periode saat Tiongkok sangat membutuhkan investasi Barat. Tetap menyimak kebenaran mengenai epidemi Coronavirus di Tiongkok. Terima kasih telah menonton Zooming In.