Virus Corona ‘Menghantam’ Mesin Sensor Internet di Tiongkok

Eva Fu – The Epochtimes

Coronavirus atau Virus Corona yang menyebar cepat mencapai puncak agen sensor internet Tiongkok dan 10 karyawan menderita sakit. Itu juga merupakan contoh penularan masyarakat yang berkelanjutan, yang berarti orang-orang menularkan Coronavirus satu sama lain saat bergaul.

Menurut konferensi pers mengenai wabah Coronavirus pada tanggal 27 Februari 2020 di Beijing, infeksi Coronavirus  dimulai saat seorang petugas kebersihan yang sakit mulai batuk pada tanggal 18 Februari namun harus tetap bekerja. 

Petugas kebersihan tersebut, bermarga Sun, dinyatakan positif terinfeksi Coronavirus pada tanggal 24 Februari. Pada tanggal 26 Februari, para pejabat memastikan di antara 10 rekan kerja Sun terinfeksi Coronavirus.

10 Kasus ini mencakup 9 pekerja dari perusahaan manajemen properti yang bertugas sebagai pekerja alih daya, sedangkan satu kasus adalah pekerja layanan katering pihak ketiga. Para pejabat mengkarantina 178 kontak dekat dan sudah melakukan desinfeksi unit kerja.

Para pejabat mengindikasikan perusahaan yang terkena dampak sebagai lembaga milik negara tetapi tidak menyebutkan namanya. Namun alamat yang diberikan pada pemberitahuan tanggal 25 Februari dari Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Beijing mengungkapkan lembaga itu adalah Pusat Tim Koordinasi Teknis Tanggap Darurat Jaringan Komputer Nasional Tiongkok, yakni sebuah badan di bawah kendali Administrasi Ruang Dunia Maya Tiongkok, kantor pengatur internet yang top di Tiongkok.

Ada sukacita di antara netizen dan pembangkang Tiongkok, yang menyaksikan lembaga yang berfungsi sebagai alat pengawasan bagi rezim Tiongkok untuk menindak kebebasan berbicara mereka. Di Twitter, yang hanya dapat diakses melalui VPN di Tiongkok, sebuah postingan mengomentari “kejatuhan” lembaga tersebut, menerima lebih dari 1.800 suka. 

Lembaga itu berperan penting dalam mengendalikan informasi di ruang internet Tiongkok, termasuk memberlakukan pendaftaran nama asli pada platform media sosial utama, seperti Weibo yang mirip-Twitter, dan menghapus akun pengguna vokal atau komentar yang dianggap tidak selaras.

“Dengan Great Fire Wall, Partai Komunis Tiongkok menempatkan lebih dari 1 miliar penduduk Tiongkok seperti ‘katak di bawah tempurung. Mata dan telinga kami ditutup, dan mulut kami dijahit rapat…kami terputus dari dunia luar,’” kata Hu Jia, seorang aktivis hak asasi manusia yang terkemuka yang berbasis di Beijing.  Hu Jia menyebut berita itu sebagai pertunjukan “retribusi.”

Wakil Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Beijing, mengatakan dalam konferensi itu, bahwa Sun baru saja kembali dari kota lain. Sebelum kembali bekerja, ia menjalani masa karantina karena ia sering kontak dengan rekan kerja lain dari Handan, sebuah kota di dekat Provinsi Hebei, Pang Xinghuo.  

Para pejabat menemukan antibodi untuk Coronavirus dalam tubuh pekerja itu, menunjukkan bahwa rekan kerja itu sebelumnya sudah pernah terinfeksi Coronavirus. Para pejabat percaya Sun tertular Coronavirus dari rekan kerja itu selama periode tersebut. Itu yang disebut Pang Xinghuo sebagai “kasus impor,” di mana Coronavirus “diimpor” dari daerah lain.

Para pekerja lainnya yang terinfeksi Coronavirus berbagi asrama yang sama atau bekerja di kantor yang sama yang berdekatan dengan asrama, artinya itu juga merupakan kasus penyebaran masyarakat.

Zhu Sheng, Wakil Direktur Distrik Chaoyang, tempat infeksi terjadi, mengatakan pihaknya menutup fasilitas tersebut dan membatasi pergerakan kendaraan dan personel. Zhu Sheng mengatakan pihaknya telah menguji semua karyawan dan tidak menemukan adanya infeksi tambahan.

Dalam kasus lain yang diimpor baru-baru ini, Huang, seorang wanita tahanan yang baru dibebaskan dari Wuhan, melakukan perjalanan kembali ke Beijing dan kemudian dipastikan terinfeksi Coronavirus. Beijing meluncurkan sebuah penyelidikan bagaimana Huang berhasil melanggar larangan transportasi dan meninggalkan Wuhan.

Tiongkok melaporkan total hampir 79.000 kasus, dimana 400 kasus berada di Beijing, meskipun analis dan penduduk Tiongkok menduga bahwa angka-angka yang dilaporkan itu adalah jauh lebih rendah.

Pejabat Beijing mencatat lebih dari 200 kasus penularan masyarakat selama beberapa minggu terakhir. Dalam pidato yang disiarkan televisi pada tanggal 23 Februari di hadapan 170.000 pejabat dan personil militer, pemimpin Tiongkok Xi Jinping menjadikan Beijing sebagai salah satu daerah yang dikarantina sebagai upaya pengendalian wabah Coronavirus.

Pada tanggal 20 Februari, Rumah Sakit Fuxing, sebuah rumah sakit terkemuka di Beijing, melaporkan 34 kasus infeksi yang didapat dari masyarakat, mencakup delapan pekerja medis serta sembilan perawat dan petugas kebersihan. Rumah sakit sementara menutup dua bangunan untuk menempatkan 668 orang di bawah pengawasan medis.

Pada hari yang sama, Rumah Sakit Rakyat Universitas Peking juga mengumumkan infeksi yang didapat dari rumah sakit yang melibatkan seorang pasien yang menjalani dialisis ginjal, putrinya, dan menantunya. Masih belum jelas apakah pasien dialisis ginjal itu menularkan Coronavirus kepada anak dan menantunya itu atau sebaliknya.

Seruan Beijing meminta pabrik untuk melanjutkan produksi telah memicu lebih banyak kecemasan terjadinya infeksi-silang.

Pada tanggal 18 Februari, seorang petugas di lembaga pemerintah di distrik Xicheng terinfeksi Coronavirus, yang menyebabkan 69 orang yang kontak dekat dengannya dikarantina.

Dangdang.com, sebuah perusahaan e-commerce Tiongkok, meminta semua karyawannya untuk bekerja dari rumah setelah satu pekerja didiagnosis terinfeksi Coronavirus.

Pada tanggal 21 Februari, seorang pekerja bermarga Wang di China Paper Corporation, perusahaan pembuat kertas milik negara, melaporkan infeksi di keluarganya. Istri Wang, yang terinfeksi Coronavirus, baru-baru ini bepergian ke Hubei. Satu gedung kantor yang berbagi ruang dengan tujuh perusahaan kini ditut up.

Keakuratan uji asam nukleat, yang merupakan metode standar untuk menyaring Coronavirus, juga masih dipertanyakan. Wang Chen, ahli paru dan Direktur Akademi Ilmu Kedokteran Tiongkok, lembaga medis top di Tiongkok, mengatakan kepada penyiar negara CCTV pada tanggal 6 Februari bahwa sejauh ini uji ini hanya memiliki tingkat deteksi 30 hingga 50 persen.

Istri Wang, misalnya, batuk-batuk sejak tanggal 7 Februari tetapi pada tanggal 12 Februari hasil uji asam nukleat adalah negatif.

Hasil usap tenggorokan pasien lain adalah negatif tiga kali, tetapi kemudian sampel saluran pernapasan bagian bawahnya memastikan orang tersebut terinfeksi Coronavirus. (vv)

FOTO : Seorang anggota staf supermarket yang mengenakan pakaian pelindung menggunakan termometer untuk memeriksa suhu tubuh pelanggan di pintu masuk supermarket di Beijing pada 29 Februari 2020. (STR / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :