The Associated Press/The Epochtimes
Pemerintah Iran mengumumkan 92 orang tewas di tengah 2.922 kasus dikonfirmasi virus corona baru di Islam. Laporan itu disampaikan oleh Kantor Berita Associated Press, Rabu 4 Maret 2020.
Sebelumnya, seorang anggota dewan penasihat pemimpin tertinggi Iran meninggal dunia pada hari Senin 2 Maret 2020 setelah jatuh sakit akibat terinfeksi jenis virus corona baru, sebagaimana dilaporkan radio pemerintah Iran. Ia adalah pejabat tinggi pertama yang menyerah pada penyakit yang menyerang warganegara dan para pemimpin Iran.
Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus yang dipastikan menjadi berlipat ganda, menunjukkan krisis wabah virus corona yang meningkat dengan cepat. Iran bersiap untuk memobilisasi 300.000 tentara dan sukarelawan untuk menghadapi virus corona. Kendaraan pasukan garda Revolusi sudah menyemprotkan disinfektan di jalan-jalan di kota-kota besar.
Iran memiliki jumlah kematian tertinggi akibat virus corona di dunia setelah Tiongkok, pusat wabah virus corona yang menyebabkan penyakit itu disebut COVID-19.
Di seluruh Timur Tengah, sebagian besar kasus di kawasan Timur Tengah terkait kembali ke Iran.
Para ahli khawatir persentase kematian akibat infeksi virus corona di Iran, sekarang sekitar 4,4 persen, adalah jauh lebih tinggi daripada negara lain, menunjukkan jumlah kasus infeksi virus corona di Iran mungkin jauh lebih tinggi dari angka kasus infeksi Coronavirus yang ditunjukkan saat ini.
Anggota dewan penasihat pemimpin tertinggi Iran, Mohammad Mirmohammadi meninggal di rumah sakit di utara Teheran. Ia sebelumnya bertugas sebagai kepala kepresidenan di bawah mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani dan Ali Khamenei, yang kini menjadi pemimpin tertinggi Iran. Ibunda Mohammad Mirmohammadi juga meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona dalam beberapa hari terakhir seperti dilaporkan media Iran.
Dewan Kemanfaatan Iran bertugas menasehati pemimpin tertinggi Iran, serta menyelesaikan perselisihan antara parlemen dengan Dewan Wali Iran, pengawas konstitusi Iran yang juga mengawasi pemilihan umum Iran. Dewan beranggotakan 45 orang, yang juga termasuk mantan Presiden garis keras Mahmoud Ahmadinejad dan pejabat dekat Khamenei, terakhir bertemu Mohammad Mirmohammadi pada bulan Februari 2020.
Kematian Mohammad Mirmohammadi terjadi seiring pejabat tinggi lainnya di Iran tertular Coronavirus.
Mereka yang sakit termasuk Wakil Presiden Masoumeh Ebtekar, yang lebih dikenal sebagai “Sister Mary,” juru bicara berbahasa Inggris untuk mahasiswa yang menduduki Kedutaan Besar Amerika Serikat di Teheran pada tahun 1979 dan memicu krisis sandera selama 444 hari. Sebelumnya juga menulari Iraj Harirchi, selaku kepala Satgas pengendalian Virus Corona di Iran.
Juru bicara pemerintah Iran Ali Rabiei berbicara kepada wartawan melalui teleconference atas kekhawatiran mengenai virus corona, mengakui tantangan tersisa untuk Iran.
Dalam usaha membendung wabah jenis Coronavirus baru, pada hari Senin Iran juga mengadakan briefing khusus online oleh Kementerian Luar Negara Iran. Tiongkok juga mengadakan briefing teleconference yang serupa.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengawali berita online
konferensi untuk mengatasi wabah, dengan menolak tawaran bantuan untuk Iran dari
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo.
Iran dan Amerika Serikat mengalami beberapa ketegangan terburuk sejak tahun 1979. Dalam beberapa bulan terakhir, berpuncak pada drone Amerika Serikat menghantam dan menewaskan seorang jenderal top Iran di Baghdad dan serangan balik rudal balistik Iran berikutnya melawan pasukan Amerika Serikat.
“Kami tidak mengandalkan bantuan seperti itu dan juga tidak siap untuk menerima bantuan verbal,” kata Abbas Mousavi.
Ia menambahkan Iran selalu “curiga” akan niat Amerika Serikat dan menuduh pemerintah Amerika Serikat berusaha melemahkan spirit Iran dalam menghadapi wabah cirus corona.
Kepala Kehakiman Ebrahim Raisi mengakui beberapa orang memulai menimbun pasokan medis untuk keuntungan, mendesak jaksa untuk perlihatkan “tidak ada ampun bagi para penimbun.”
“Menimbun barang sanitasi berarti bermain dengan nyawa orang dan ternyata
tidak dapat diabaikan,” kata Ebrahim Raisi.
Ebrahim Raisi juga mendesak para pejabat untuk memberikan cuti “maksimum” kepada tahanan. Aktivis khawatir akan penularan viru corona baru di penjara Iran.
Sementara itu, Kedutaan Besar Inggris memulai evakuasi karena wabah virus corona.
“Staf penting yang diperlukan untuk melanjutkan pekerjaan penting akan tetap berada di Iran. Jika situasinya semakin memburuk, maka kemampuan Kedutaan Besar Inggris untuk memberi bantuan kepada warganegara Inggris di Iran mungkin terbatas,” kata Kantor Luar Negeri Inggris.
Sementara Iran telah menutup sekolah dan universitas untuk menghentikan penyebaran virus corona. Sedangkan tempat-tempat suci utama Syiah tetap terbuka meskipun pemerintah sipil menyerukan untuk ditutup.
Kota-kota suci Syiah seperti Masyhad dan Qom khususnya, keduanya adalah rumah bagi tempat-tempat suci syiah, telah terpukul oleh virus corona. Penganut Syiah sering menyentuh dan mencium kuil sebagai tanda imannya. Pihak berwenang membersihkan kuil dengan desinfektan.
Polisi menangkap seorang pria yang memposting video yang menunjukkan dirinya menjilati logam yang melapisi kuil Imam Reza di Masyhad, pemimpin suci Syiah paling utama yang dimakamkan di Iran, menurut laporan media setempat.
Dalam video itu, pria itu mengatakan ia menjilat logam itu untuk “mengizinkan orang lain mengunjungi kuil tersebut dengan pikiran yang tenang.” (Vivi/asr)
Video Rekomendasi :