Ivan Pentchoukov – The Epochtimes
Pada bulan Februari 2020, FBI sedang melakukan sekitar 1.000 penyelidikan mengenai usaha komunis Tiongkok mencuri rahasia dagang, hanyalah satu dari banyak front kampanye luas milik rezim komunis Tiongkok melawan Amerika Serikat.
Setiap kantor lapangan FBI sedang menangani kasus pencurian rahasia dagang yang melibatkan Tiongkok, di mana calon korban mencakup hampir setiap sektor dan industri, menurut Direktur FBI Christopher Wray.
Seiring dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan FBI di bawah tekanan partisan tanpa henti atas beban penyelidikan domestik secara politik sejak pemilihan umum presiden Amerika Serikat tahun 2016, inisiatif untuk menangkal serangan Komunis Tiongkok telah meningkat. Perlawanan itu hingga skala bersejarah, saat sebagian besar serangan berlangsung tanpa disadari.
Meninjau rilis pers Departemen Kehakiman Amerika Serikat, Departemen Kehakiman Amerika Serikat membawa lebih banyak dakwaan terkait dengan penyusupan Tiongkok sejak tahun 2019 dibandingkan selama delapan tahun pemerintahan Obama.
“Kami percaya bahwa tidak ada negara yang memiliki ancaman lebih besar daripada komunis Tiongkok. Dari sudut pandang kami, Amerika Serikat belum menghadapi ancaman serupa seperti ini sejak berurusan dengan Uni Soviet dan Perang Dingin. Saat ini, investigasi terkait dengan pemerintah Tiongkok merupakan persentase beban kerja kontra-intelijen Amerika Serikat yang lebih besar daripada waktu yang lain dalam sejarah FBI,” kata John Brown, asisten direktur di FBI, mengatakan pada konferensi tanggal 6 Februari 2020.
Pada bulan November 2018, Jaksa Agung Amerika Serikat saat itu Jeff Sessions meluncurkan upaya — secara resmi dikenal sebagai Prakarsa Tiongkok — tidak lama sebelum ia mengajukan pengunduran dirinya.
Pemerintahan Donald Trump sudah berupaya menggenjot materi tersebut sebelum pengunduran diri Jeff Sessions secara resmi. Jeff Sessions mencatat, bahwa tidak ada seorang pun yang dituduh memata-matai Tiongkok selama empat tahun terakhir pemerintahan Obama dan pemerintahan Donald Trump mendakwa empat mata-mata pada tahun 2017 saja.
Jeff Sessions mengarahkan Departemen Kehakiman Amerika Serikat untuk fokus pada serangkaian prioritas terkait penyusupan Tiongkok, termasuk mengidentifikasi kasus pencurian rahasia dagang utama. Yang mana, mengembangkan strategi untuk mengejar pengumpul intelijen non-tradisional yang diadopsi oleh rezim komunis Tiongkok. Selain itu, untuk menerapkan Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing untuk menindak agen tidak terdaftar yang memajukan kepentingan rezim komunis Tiongkok.
Sejak itu, pihak penegak hukum federal yang berwenang mengajukan tuntutan sejumlah kasus utama. Dakwaan terbaru sebagai bagian inisiatif memberikan sorotan sekilas ke dalam berbagai metode rezim komunis Tiongkok yang digunakan untuk mencuri dari Amerika Serikat.
Pada tanggal 28 Januari, Departemen Kehakiman Amerika Serikat menuduh seorang profesor senior Harvard, seorang mahasiswa Tiongkok di Universitas Boston, dan seorang peneliti Tiongkok yang bekerja di sebuah pusat medis di
Boston. Dakwaan tersebut mencontohkan bagaimana rezim Komunis Tiongkok menggunakan berbagai pendekatan untuk menargetkan fasilitas akademik dan penelitian Amerika Serikat.
Profesor Charles Lieber dari Harvard didakwa berbohong kepada pihak berwenang federal mengenai ia dibayar usd 50.000 sebulan melalui Program Seribu Talenta Tiongkok. Mahasiswa Universitas Boston itu diduga berbohong mengenai menjadi anggota Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok. Peneliti tersebut diduga mencuri botol-botol berisi penelitian kanker dari Pusat Medis Diakon Israel Beth. Ia kemudian berusaha menyelundupkan botol-botol tersebut ke Tiongkok.
“Pemerintah Tiongkok mengambil semua alat dan semua sektor pendekatan — dan hal tersebut menuntut pendekatan semua alat dan semua sektor Amerika Serikat sebagai tanggapan. Agar lebih jelas: Ancaman ini bukanlah mengenai rakyat Tiongkok secara keseluruhan, dan tentu saja bukan mengenai orang Tiongkok-Amerika sebagai suatu kelompok. Tetapi ini adalah mengenai pemerintah Tiongkok dan Partai Komunis Tiongkok,” kata Direktur FBI Christopher Wray pada tanggal 6 Februari.
Pemerintahan Komunis Tiongkok mengumumkan ambisinya lima tahun yang lalu setelah pengumuman rencana “Made in China 2025”, sebuah dorongan bagi masyarakat Tiongkok secara menyeluruh untuk menjadikan Tiongkok sebagai pemimpin dunia dalam bidang teknologi informasi, robotika, energi ramah lingkungan, dirgantara, dan industri lainnya. Menurut pejabat senior Amerika Serikat, kemajuan Tiongkok menuju tujuan terutama
mengandalkan pencurian inovasi dari Amerika Serikat.
“Pemerintah Tiongkok sedang memperjuangkan suatu generasi untuk melampaui Amerika Serikat dalam kepemimpinan ekonomi dan teknologi. Tetapi tidak melalui inovasi yang sah, tidak melalui kompetisi yang adil dan sah, dan tidak memberikan rakyat Tiongkok kebebasan berpikir, berbicara, dan kreativitas, yang sangat dihargai di Amerika Serikat. Sebaliknya, pemerintah Tiongkok sudah menunjukkan niatnya untuk mencuri dengan biaya yang ditanggung Amerika Serikat,” kata Christopher Wray.
Sejak pengumuman rencana Made in China 2025 pada tahun 2015, Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah membawa kasus pencurian rahasia dagang di 8 dari 10 sektor teknologi Tiongkok bercita-cita untuk mendominasi.
Perencanaan pusat di bawah rezim komunis Tiongkok melumpuhkan inovasi, membuat kemajuan pesat untuk mewujudkan rencana Tiongkok di tahun 2025 yang tidak mungkin tercapai tanpa adanya pencurian sistematis rahasia dagang. Fokus Departemen Kehakiman Amerika Serikat pada masalah ini dengan demikian memotong ke inti rencana pusat rezim Tiongkok untuk menguasai dunia.
Sementara jumlah kasus pencurian teknologi yang melibatkan Tiongkok oleh FBI meningkat sejak tahun 2003, di mana penyelidikan hanya menghasilkan sembilan penuntutan selama delapan tahun pemerintahan Obama, menurut ulasan dakwaan Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, pemerintahan Donald Trump telah membawa dakwaan 12 kasus pencurian rahasia dagang.
“Di masa lalu, pemerintahan sebelumnya dan banyak di sektor swasta harus terlalu sering bersedia menyetujui siasat bola keras Tiongkok. Akhirnya, pemerintahan Donald Trump berkonfrontasi dan menangkal buku strategi Tiongkok,” kata Jaksa Amerika Serikat William Barr pada tanggal 6 Februari.
Tiongkok terlibat dalam sekitar 80 persen dari semua dakwaan spionase ekonomi yang dibawa oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Bahkan, terhubung dengan 60 persen dari semua kasus pencurian rahasia dagang.
Sementara itu, jumlah total penuntutan relatif kecil, FBI dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat melihat kasus tersebut sebagai alat untuk memotivasi sektor swasta untuk mengambil tindakan.
Menurut Jaksa Amerika Serikat Andrew Lelling, salah satu dari lima Jaksa Amerika Serikat ditugaskan untuk Inisiatif Tiongkok, penuntutan baru-baru ini di bidang akademik dimaksudkan untuk menyentak universitas sektor swasta, tak lain agar sadar akan ancaman Tiongkok dan memperketat langkah-langkah internal.
Inisiatif Tiongkok meningkat seiring upaya lainnya oleh pemerintahan Donald Trump untuk menangkal Tiongkok, termasuk perang dagang dan meningkatkan perjuangan melawan pemalsuan oleh Tiongkok.
Banyak kasus yang diselidiki FBI didasarkan pada petunjuk dari
perusahaan di sektor swasta. Menurut pejabat penegak hukum senior, perusahaan swasta enggan menyatakan secara umum bahwa pihaknya pernah
menjadi korban rezim Tiongkok, karena takut berdampak pada bisnisnya di Tiongkok. Siasat pembalasan termasuk tuntutan palsu terhadap perusahaan Amerika Serikat di Tiongkok.
Menurut Trevor Loudon, seorang ahli dalam bidang penyusupan komunis
Amerika Serikat, bahwa kampanye Departemen Kehakiman Amerika Serikat untuk menangkal ancaman Komunis Tiongkok adalah belum pernah terjadi sebelumnya, bahkan dibandingkan dengan aktivitas investigasi selama Perang Dingin dengan Uni Soviet. Trevor Loudon mengatakan FBI melakukan kasus melawan agen Soviet dan apa yang disebut sesama wisatawan tersebar selama bertahun-tahun, sebagian besar terdiri dari pengawasan yang jarang memerlukan biaya formal.
“Hal ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya. Bahkan di puncak Perang Dingin, tidak pernah lebih dari beberapa lusin kasus,” ujarnya.
Marc Ruskin, mantan agen khusus FBI, menunjukkan bahwa 1.000 kasus
tersebar di 56 kantor lapangan FBI bukanlah angka yang mengejutkan. Tetapi ia menyatakan bahwa jumlah total mungkin lebih tinggi, mengingat FBI
perlu untuk melindungi integritas penyelidikan dan untuk menghindari pemberian informasi tersangka.
“Mungkin ada 5.000 kasus. Pernyataan umum [oleh Christopher Wray] akan dipengaruhi oleh pertimbangan keamanan dan strategis,” kata Marc Ruskin.
Penuntutan sejak tahun 2018 menunjukkan, bahwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat telah memperluas berbagai biaya yang bersedia dibawa dalam kasus yang terkait dengan penyusupan Tiongkok. Kasus spionase dan rahasia dagang relatif sulit dibuktikan, dan pemerintah Amerika Serikat menunjukkan kesediaannya untuk mengatasi masalah dengan membiayai profesional.
Profesor Charles Lieber dari Harvard didakwa berbohong mengenai afiliasinya dengan universitas Tiongkok.
Tahun lalu, seorang associate professor di Universitas Kansas, didakwa dengan penipuan kawat dan penipuan program karena diduga menyembunyikan fakta bahwa ia sedang bekerja untuk universitas Tiongkok.
“Biro telah bergeser menggunakan alat non-tradisional dalam menyelidiki
dan mengurangi kegiatan layanan intelijen yang bermusuhan,” kata Marc Ruskin.
Diana West, seorang ahli sabotase komunis Amerika Serikat, mengatakan
bahwa sementara peningkatan dalam investigasi dan penuntutan itu adalah besar, masih banyak yang harus dilakukan untuk menangkal perspektif
kebijakan Tiongkok.
“Saya pikir buktinya selalu dalam dakwaan, penangkapan, yang tidak pernah benar-benar bertujuan mengatasi masalah pada skala yang sedang berlangsung. Saat anda benar-benar melihat perubahan kebijakan pemerintah atau kasus akan dibawa ke pengadilan, hal ini menjadi lebih dari langkah pemerintah menangani sesuatu yang serius,” kata Diana West, merujuk pada banyak investigasi penanggalan spionase atom beberapa dekade yang lalu yang tidak dituntaskan.
Menurut Jaksa Amerika Serikat Jay Town, manfaat yang dapat diambil bagi Departemen Kehakiman Amerika Serikat dari perubahan salah satu legislatif adalah suatu amandemen Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing, yang mana akan memperluas definisi agen asing di luar kegiatan politik untuk memasukkan penelitian atas nama pemerintah asing.
“Saya pikir itu adalah penting untuk setidaknya memiliki semacam poin satu,
di mana Undang-Undang Pendaftaran Agen Asing berlaku tidak hanya untuk kegiatan politik tetapi mungkin juga berlaku untuk kegiatan penelitian dan beberapa hal lainnya dan memberikan beberapa kekuasaan untuk apa yang Presiden Donald Trump dan apa yang Departemen Kehakiman Amerika Serikat berupaya capai dengan menuntut para individu yang mengambil uang dan mungkin menggunakannya untuk tujuan jahat,” kata Jay Town pada tanggal 6 Februari. (Vv)
FOTO : Jaksa Agung William Barr (kiri) dan direktur FBI Christopher Wray di Pentagon di Arlington, Va., Pada 11 September 2019. (Mark Wilson / Getty Images)