Bowen Xiao- Jan Jekielek
Rezim Komunis Tiongkok mendorong narasi baru mengenai pandemi global, mengklaim selama beberapa hari terakhir tidak ada infeksi baru virus Komunis Tiongkok setempat, yang umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, dalam sebuah kampanye informasi sesat yang semakin agresif.
Sebagai bagian dorongan propaganda ini, Komunis Tiongkok juga menuduh bahwa saat ini Tiongkok menghadapi ancaman yang lebih besar — infeksi yang diimpor dari luar negeri.
Sejumlah media yang dikelola pemerintah Tiongkok, banyak di antaranya memiliki situs web versi bahasa Inggris, mendorong kisah-kisah ini, dan beberapa media Amerika Serikat mengulangi kisah-kisah tersebut.
Sebuah berita utama tanggal 19 Maret 2020 yang diterbitkan Xinhua, corong Komunis Tiongkok, memuat “tidak ada infeksi baru novel Coronavirus baru” di Wuhan, asal Coronavirus, menambahkan bahwa berita tersebut mengirimkan “pesan harapan kepada dunia yang sedang bergulat melawan pandemi.”
Artikel tanggal 18 Maret di New York Times melaporkan narasi yang sama, dengan judul “Tiongkok Mencapai Tonggak Sejarah Coronavirus: Tidak Ada Kasus Infeksi Baru di Tiongkok.”
Para ahli mengatakan masyarakat internasional tidak boleh mempercayai angka apa pun yang dikeluar oleh rezim Tiongkok. Dikarenakan upaya rezim Tiongkok merahasiakan wabah. Dokumen internal pemerintahan komunis Tiongkok yang diperoleh The Epoch Times menyoroti bagaimana rezim Tiongkok sengaja tidak melaporkan kasus-kasus virus Komunis Tiongkok yang sebenarnya. Selain itu, menyensor diskusi yang terkait dengan wabah, sehingga mempercepat penyebaran wabah.
“Mesin propaganda Tiongkok akan memberitahu kita apa yang Tiongkok inginkan dunia dengar dan belum tentu hal itu adalah fakta,” kata Senator Amerika Serikat dari Partai Republik Jim Banks (R-Ind.) kepada The Epoch Times.
Baru-baru imi, Komunis Tiongkok mengatur untuk mengusir jurnalis Amerika Serikat yang berbasis di Tiongkok yang bekerja untuk New York Times, Wall Street Journal, dan Washington Post.
“Itu adalah tindakan untuk memberitahukan kepada seluruh dunia bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak berniat untuk transparan. Statistik apa pun atau apa pun yang anda baca berasal dari Tiongkok harus segera diberhentikan hanya karena Partai Komunis Tiongkok tidak berniat untuk transparan. Partai Komunis Tiongkok tidak ingin kisah nyata itu diceritakan, karena Partai Komunis Tiongkok tahu bahwa Partai Komunis Tiongkok adalah bersalah dan Partai Komunis Tiongkok tahu bahwa Coronavirus ini akan selalu dikaitkan dengan rezim Tiongkok saat ini dan kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok saat ini,” demikian pernyataan senator Jim Banks.
Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Robert O’Brien, selama pidatonya di The Heritage Foundation, lembaga pemikir yang berbasis di Washington, pada tanggal 11 Maret, mengatakan bahwa rezim Tiongkok awalnya berusaha menyensor dokter yang berupaya memberitahu adanya wabah, “jadi kata virus ini tidak dapat disiarkan keluar.” Robert O’Brien mengatakan itu mungkin “masyarakat dunia telah kehilangan waktu selama dua bulan untuk merespons wabah tersebut.”
Li Wenliang, salah satu dari delapan whistleblower yang pertama kali mempublikasikan informasi mengenai wabah “mirip-SARS” pada bulan Desember 2019. Ia ditegur oleh pihak berwenang Tiongkok karena “menyebarkan desas-desus.”
Li Wenliang dipaksa menandatangani “surat pernyataan pengakuan” bahwa ia berjanji tidak akan “melanggar tindakan hukum” lebih lanjut. Pada bulan Februari, Li Wenliang meninggal akibat terinfeksi virus Komunis Tiongkok.
“Rekam jejak Tiongkok dalam menindas berita atau percakapan mengenai topik-topik yang menyangkut rezim Tiongkok adalah praktik yang sudah lama,” kata John Schaus, rekan di Program Keamanan Internasional di Center for Strategic and International Studies, kepada The Epoch Times melalui email.
“Respons awal oleh pihak berwenang Tiongkok setempat dan online adalah sejalan dengan konsekuensi praktik [menyensor].”
Mengenai klaim Tiongkok bahwa tidak ada kasus infeksi baru Coronavirus, John Schaus mengatakan, “Di negara dengan 1,3 miliar jiwa, adalah luar biasa jika ada kepastian 100 persen pada suatu jumlah.”
Dalam contoh lain dari menutupi rahasia oleh rezim Tiongkok, direktur rumah duka di kota Jining di Tiongkok menemukan bahwa beberapa rumah sakit setempat mengisi surat kematian dengan menandai “pneumonia yang tidak diketahui sebabnya” sebagai penyebab kematian.
Minggu lalu, seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memanggil Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat, itu setelah seorang pejabat tinggi Beijing mendesak klaim konspirasi bahwa virus Komunis Tiongkok berasal dari Angkatan Darat Amerika Serikat.
“Ini bukan masalah partisan. Ini adalah upaya Tiongkok untuk menghentikan Amerika Serikat dan [untuk] mencegah Amerika Serikat mempersiapkan hal ini — dan akhirnya bagaimana Tiongkok harus bertanggung jawab atas perilaku semacam itu,” kata Jim Banks.
Kampanye informasi sesat ini bertujuan untuk membelokkan kesalahan dari rezim komunis Tiongkok, yang mana gagal menangani virus Komunis Tiongkok. Lebih paraha lagi, memerankan citra bahwa rezim Komunis Tiongkok mampu mengendalikan wabah.
Awal bulan ini, tim pejabat Tiongkok, termasuk Wakil Perdana Menteri Tiongkok Sun Chunlan, mengunjungi kompleks perumahan di Wuhan. Mereka disambut oleh penduduk setempat yang telah disegel dari dalam selama lebih dari sebulan. Sambutan itu dengan teriakan dari dalam gedungnya, di mana seorang wanita berteriak ke luar jendelanya, “Ini palsu, semuanya palsu!”
“Amerika Serikat harus membalas pesan [propaganda] itu dengan tekad kampanye informasi,” kata Gordon Chang, sorang penulis dan ahli Tiongkok kepada TheEpoch Times.
The Epoch Times merujuk Novel Coronavirus, yang menyebabkan penyakit COVID-19, sebagai virus Komunis Tiongkok karena ditutup-tutupi oleh rezim Komunis Tiongkok. Selain itu, akibat kesalahan penanganan oleh Komunis Tiongkok. Sehingga memungkinkan virus Komunis Tiongkok menyebar ke seluruh Tiongkok dan mengakibatkan pandemi global. (vv)
Ikuti Bowen di Twitter: @BowenXiao_
FOTO : Petugas polisi Tiongkok mengenakan masker saat mereka berpatroli di Stasiun Beijing sebelum Festival Musim Semi tahunan pada 22 Januari 2020, di Beijing. (Kevin Frayer / Getty Images)
Video Rekomendasi :