Chriss Street
Gabungan pasokan daging babi, daging sapi, dan daging unggas di Amerika Serikat adalah jauh lebih tinggi daripada setahun yang lalu. Ini dikarenakan pertanian Amerika Serikat menanggapi peningkatan permintaan yang pesat di dalam negeri dan Tiongkok.
Laporan Peternakan Harian Amerika Serikat memperkirakan inventaris akhir tahun 2019 mencakup:
Pertama, 77,3 juta babi hidup, 3 persen lebih tinggi daripada tahun sebelumnya dan 5,8 persen lebih tinggi daripada dua tahun lalu;
Kedua, 94,413 juta sapi hidup, sedikit lebih rendah daripada tahun lalu, tetapi sekitar 5,2 juta sapi hidup lebih banyak daripada tahun 2015;
Ketiga, 61.124 juta ayam petelor, 3,2 persen lebih tinggi daripada tahun lalu dan jumlah ayam hidup terbanyak dalam catatan.
Peternak dan petani Amerika Serikat mulai meningkatkan produksi pada musim panas tahun lalu. Tak lain, untuk mengantisipasi kesepakatan dagang Fase pertama Tiongkok-Amerika Serikat yang ditandatangani pada tanggal 15 Januari. Yang mana, meminta komitmen Tiongkok untuk membeli hasil pertanian Amerika Serikat hampir tiga kali lipat sebesar 50 miliar dolar AS.
Penulis laporan Len Steiner mengatakan kepada Farm Journal bahwa permintaan/penawaran fundamental yang kuat itu, mendorong harga daging lebih tinggi pada awal dua bulan tahun 2020. Angka ini menjadi runtuh dalam dua minggu pertama bulan Maret karena dampak Coronavirus pada likuiditas pasar keuangan.
Len Steiner memperingatkan: “Data ekonomi belum mengejar ketinggalan dengan apa yang terjadi, tetapi crash dalam pasar ekuitas adalah indikator yang jelas bahwa pasar berpikir kita sedang menuju kontraksi utama dalam output.”
Tetapi karena konsumen Amerika Serikat menimbun persediaan makanan untuk bertahan hidup selama pandemi Coronavirus, harga berjangka untuk pengiriman daging Amerika Serikat pada bulan April melonjak lebih tinggi pada tanggal 17 Maret di mana harga babi hidup naik 8 persen; sapi hidup naik 5 persen; dan ayam hidup naik 4,9 persen.
Ukuran pergerakan harga juga dapat mencerminkan laporan kemajuan dari asosiasi pelabuhan Tiongkok untuk Shanghai dan Tianjin bahwa penumpukan kontainer laut berpendingin ukuran 20-kaki yang sebagian besar memuat daging babi beku, daging sapi beku dan daging ayam beku. Jumlah ini menyusut dari 27.000 unit pada pertengahan bulan Februari menjadi 18.000 unit pada minggu pertama bulan Maret.
Asosiasi pelabuhan Tiongkok juga memasang 7.000 koneksi listrik tambahan untuk “plug in reefers” untuk memperbesar kapasitas gudang penyimpanan berpendingin gabungan sebesar 40 persen.
Pejabat Komunis Tiongkok berharap untuk menjinakkan inflasi makanan yang naik pada bulan Februari sebesar 21,9 persen, angka ini dibanding tahun sebelumnya. Yang mana, sebagian besar karena lonjakan harga 135 persen untuk daging babi setelah kematian babi akibat Flu Babi Afrika dan tindakan pencegahan Flu Babi Afrika. Yang mana, memusnahkan separuh dari 440 juta babi di dalam negeri Tiongkok sejak tahun 2018. Baru-baru ini Tiongkok melaporkan adanya wabah Flu Babi Afrika baru. Itu setelah penyakit tersebut terdeteksi dalam tujuh babi hutan yang mati di Provinsi Hubei.
Menghadapi lonjakan harga pangan lainnya, Komite Sentral Komunis Partai Tiongkok Tiongkok dan Dewan Negara Tiongkok mengeluarkan Dokumen Pusat No. 1 pada tanggal 17 Maret. Dokumen itu mengatakan bahwa selama enam belas berturut-turut memprioritaskan pertanian Tiongkok.
Dokumen tersebut menekankan bahwa “memastikan output dan pasokan babi hidup yang stabil adalah tugas penting dalam bidang ekonomi jika produksi babi hidup adalah mendekati level normal pada akhir tahun 2020.”
Namun demikian, mengacu pada wabah Flu Babi Afrika baru, kebijakan tersebut menyatakan: “Namun, peningkatan produksi ini harus dikombinasikan dengan pencegahan dan pengendalian epidemi.” (vv)
Video Rekomendasi :