Eropa dan Amerika Sibuk Perangi ‘Virus Komunis Tiongkok’, Kolumnis, Pakar dan Laporan Host Ini Mengingatkan Musuh yang Sesungguhnya

Epoch Times,oleh Wu Ying

Pekan lalu, Presiden AS Trump berbicara dengan Xi Jinping. Menurut laporan, Trump dan Xi setuju untuk menghentikan perang antara kedua belah pihak mengenai virus Komunis Tiongkok atau pneumonia Wuhan. 

Kolumnis “Washington Post” Josh Rogin percaya bahwa gencatan senjata hanya untuk sementara. Dikarenakan, rezim Komunis Tiongkok akan melanjutkan kebohongannya yang sombong dan fakta-fakta yang menyimpang. Amerika Serikat dan sekutunya diserukan harus segera bersatu untuk merespons Perang informasi baru.

Pakar : Komunis Tiongkok tidak akan dengan mudah menghentikan perang propaganda

Luo Jin dikutip dalam opini  yang berjudul The U.S.-China propaganda war is on hold, but not for long atau “Perang propaganda AS-Tiongkok sedang ditahan, tetapi waktunya tidak lama” diterbitkan di pada 2 April 2020. 

Beberapa pejabat pemerintah Trump menyebutkan bahwa dalam jangka pendek, akan bermanfaat bagi kedua pihak untuk menghentikan perang kata-kata terbuka antara Amerika Serikat dan Tiongkok. 

Namun demikian, Komunis Tiongkok didesak untuk tidak menyebutkan kebohongan bahwa virus yang dihasilkannya berasal dari Amerika Serikat. Meskipun itu “perlu,” tapi harus dibayar dengan “sangat mahal.”

“Jika para pemimpin Komunis Tiongkok mau berhenti menghitamkan kami, kami dapat menunda menuduh mereka atas fakta yang paling memalukan,” tulis Luo Jin. “Namun demikian, gencatan senjata tidak akan bertahan lama.”

Menurut analisis Luo Jin, Beijing telah meluncurkan propaganda baru dan strategi intervensi politik dalam krisis pandemi global ini. Institusi diplomatik, perusahaan besar, dan media resmi Komunis Tiongkok, serta robot media sosial  dan pasukan buzzer bekerja sama secara global. Karena itu, Komunis Tiongkok tidak akan dengan mudah menghentikan pertempuran itu.

Beberapa Media AS Sudah Menjadi “Juru Bicara” Komunis Tiongkok

Host Fox News, Tucker Carlson, mempublikasikannya pada 2 April 2020 dalam laporan berjudul The propaganda war with China over coronavirus has long-term consequences. We’re losing badly atau “Perang propaganda dengan Tiongkok  tentang coronavirus memiliki konsekuensi jangka panjang dan kami telah menderita kerugian besar.” 

Laporan dari TV AS itu, menunjukkan bahwa rezim Komunis Tiongkok menganggap epidemi sebagai perang untuk mengendalikan dunia. Disebutkan juga ini adalah perang propaganda dengan konsekuensi jangka panjang. Sejauh ini, AS telah menderita kerugian besar. “

Host Carlson mengatakan bahwa baru-baru ini media AS hampir menjadi “juru bicara” Komunis Tiongkok. Ia membandingkan data epidemi kedua negara, dan menggunakan ini untuk “memuji” Komunis Tiongkok dan mengejek pemerintahan Trump.

Selain tidak memverifikasi keaslian data dan informasi dari Komunis Tiongkok, tetapi juga sepenuhnya melupakan situasi Komunis Tiongkok yang menyembunyikan kasus epidemi.

Bahkan, pemberitahuan yang terlambat dan kebohongan yang  ditambah gema WHO di bawah kendalinya, adalah penyebab sesungguhnya dari pandemi global itu. Sehingga menyebabkan puluhan ribu kematian.

Penasihat Keamanan Amerika: Tidak dapat mengonfirmasi angka-angka dari Komunis Tiongkok

Penasihat keamanan nasional AS Robert C. O’Brien mengatakan dalam briefing di Gedung Putih pada tanggal 1 April, bahwa mereka saat ini tidak dapat mengonfirmasi jumlah kasus Virus Komunis Tiongkok yang dilaporkan oleh rezim Komunis Tiongkok.

“Kami tidak dapat mengonfirmasi angka-angka dari Komunis Tiongkok, kami tidak dapat mengkonfirmasi angka-angka ini,” katanya.

Deborah Birx, koordinator Tim Anti-epidemi Gedung Putih, mengatakan pada 31 Maret, bahwa manipulasi Beijing terhadap angka-angka ini menyebabkan lambannya penanganan dan hilangnya nyawa banyak orang.

Fakta-fakta yang menggambarkan skala penipuan Komunis Tiongkok

Host Carlson dalam programnya berkata bahwa tidak ada keraguan bahwa data dan informasi Komunis Tiongkok adalah palsu. 

Pertanyaannya adalah, seberapa besar kepalsuan komunis Tiongkok?  Beberapa fakta dapat menjelaskan beberapa hal, misalnya, sejak Januari 2020, Komunis Tiongkok telah mengendalikan media dengan lebih ketat, banyak wartawan ditangkap, dan banyak platform media sosial telah dibersihkan. Akibatnya, dunia luar tidak memiliki cara untuk memahami apa yang terjadi di Tiongkok.

“Baru-baru ini, jumlah kasus baru yang didiagnosis Komunis Tiongkok sangat rendah. Kamis lalu yakni 26 Maret, media resmi Komunis Tiongkok melaporkan bahwa hanya ada satu kasus baru di Beijing, dan pasiennya dari Amerika Serikat,” demikian kata Carlson.Ia kemudian melanjutkan :  ⋯⋯ Hanya 1 dari 1 juta orang di Beijing yang terinfeksi. Apakah ini mungkin? “

Carlson mempertanyakan, jika Komunis Tiongkok benar-benar mengendalikan epidemi, mengapa Komunis Tiongkok mengumumkan penutupan semua bioskop di seluruh negeri pada 27 Maret? Pada 30 Maret, mengapa otoritas Shanghai menutup Menara Shanghai dan Oriental Pearl Tower, sebagai dua tempat wisata paling populer, tanpa batas waktu?

“Sebuah pemerintah yang mengaku menanggulangi epidemi seharusnya tidak memiliki perilaku seperti ini. Perilaku seperti itu merupakan manifestasi dari rasa takut,” ungkap host itu.

Pekerjaan Laporan Online Komunis Tiongkok menjadi Lebih Luas dan Rumit 

Pekan lalu, ProPublica mengeluarkan laporan yang mengatakan, bahwa ia melacak lebih dari 10.000 akun Twitter palsu atau yang dibajak terkait dengan rezim Komunis Tiongkok. Isinya cuitan akun itu lebih banyak telah terlibat dalam publisitas terkait virus Komunis Tiongkok di seluruh dunia. Selain itu, Twitter membekukan sebanyak 200.000 akun-akun ini, yang kemudian diaktifkan kembali.

Alliance for Securing Democracy, yang dapat melacak operasi informasi Komunis TIongkok dan Rusia secara real time, menerbitkan laporan penelitian. Kelompok itu mengatakan bahwa pekerjaan publikasi online Komunis Tiongkok saat ini, lebih luas dan rumit daripada sebelumnya.

 “Generous Politics” dari Komunis Tiongkok adalah bagian dari strategi propagandanya

Kembali lagi kepada artikel di Washington post tadi, Luo Jin menunjukkan bahwa Beijing mengintegrasikan propaganda tentang virus Komunis Tiongkok dan kegiatan pengiriman bahan bantuan ke berbagai negara. 

Namun demikian, bantuan Komunis Tiongkok ke negara-negara lain itu bersyarat. Misalnya, “sumbangan” Huawei ke negara-negara Eropa terkonsentrasi di negara-negara yang belum mendapatkan kontrak 5G. 

Setelah Josep Borrell, kepala Badan Aksi Eksternal Uni Eropa, menunjukkan bahwa Komunis Tiongkok terlibat dalam “politik dermawan”, Huawei mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi bantuan ke negara-negara Eropa.

Tingginya tingkat pasokan medis yang rusak yang dikirim oleh Komunis Tiongkok ke berbagai negara telah menyebabkan banyak masalah bagi Belanda, Republik Ceko, Spanyol dan Turki. Negara-negara itu harus mengembalikan barang-barang untuk memastikan keselamatan personel medis.

Atas segala macam kondisi terkini yang dimunculkan oleh rezim komunis Tiongkok, setelah memahami perbuatan jahat Komunis Tiongkok kaum elit di Inggris menjadi berang. 

Para pemimpin Inggris “sangat marah” pada perilaku jahat Komunis Tiongkok yang menyembunyikan data epidemi. Pejabat-pejabat itu percaya bahwa membiarkan Huawei memasuki jaringan 5G akan menghadapi risiko kegagalan.

Anggota Parlemen Inggris Tom Tugendhat mengatakan kepada Luo Jin bahwa: “Sikap Parlemen harus menjadi keras. Tom Tugendhat  mengatakan, banyak dari anggota parlemen sudah mengetahui bahwa  Komunis Tiongkok sangat bersedia untuk menempatkan kelangsungan hidupnya sendiri demi kepentingan siapa pun.”

Pada Minggu ini, Senator Republik Tom Cotton dan Josh Hawley memperkenal kan rancangan undang-undang yang memerlukan sanksi terhadap pejabat asing yang menekan atau mengubah informasi krisis kesehatan masyarakat. Hal ini menegaskan bahwa politik AS harus menghindari terjerambab ke dalam perangkap Komunis Tiongkok. 

Ketika Jim Banks memperkenalkan RUU yang sama bulan lalu, beberapa anggota partai Demokrat menuduhnya berkontribusi terhadap rasisme, yang menghasilkan satu-satunya partai Demokrat yaitu Seth Moulton yang mendukung RUU tersebut. Dia menarik dukungannya di bawah tekanan dan bahkan menyalahkan Trump.

Luo Jin menunjukkan bahwa salah satu strategi Komunis Tiongkok adalah memperburuk perpecahan internal di Amerika Serikat. Selain itu, melemahkan sistem politik Amerika, dan menggambarkan setiap kritik terhadap Beijing sebagai rasisme.

“Partai Republik harus lebih berhati-hati dalam menangani masalah rasis nyata yang dihadapi oleh orang Asia-Amerika, dan partai Demokrat tidak dapat menyalahkan siapapun yang mengkritik Komunis Tiongkok sebagai rasis,” tulisnya.

Atas kondisi tersebut, administrasi Trump harus memimpin strategi global melawan Komunis Tiongkok

“Kita harus takut, Ketika Komunis Tiongkok mendistorsi data penting (seperti berapa banyak orang yang terinfeksi atau berapa banyak orang yang meninggal), itu secara langsung mempengaruhi respons negara lain terhadap penyakit ini,” demikian tulisan Lou Jin. 

Host Carlson dalam programnya, menunjukkan bahwa karena ditutup-tutupi oleh Komunis Tiongkok, negara-negara di seluruh dunia telah menyia-nyiakan beberapa bulan dan membayar harga yang mahal. Namun demikian, semua warga dunia  harus lebih khawatir tentang apa yang akan terjadi di masa depan.

Luo Jin percaya bahwa selain mengekspos propaganda Komunis Tiongkok, administrasi Trump perlu mengkoordinasikan dan memimpin strategi global melawan Komunis Tiongkok. Sedangkan anggota Kongres AS, dari kedua  pihak perlu bekerja sama untuk mendidik masyarakat dan memperkuat sistem AS untuk menanggapi strategi Komunis Tiongkok.

Menurut rekomendasinya, pemerintahan Trump harus mengembangkan strategi anti-propaganda jangka panjang, termasuk reformasi dan investasi dalam alat kompetitif seperti penyiar internasional yang dimiliki oleh Amerika Serikat. Media Amerika harus waspada terhadap kredibilitas kata dan angka dari Komunis Tiongkok.

Terhadap Komunis Tiongkok, perang propaganda hanyalah kompetisi yang lebih besar dalam nilai dan pemerintahan dengan Amerika Serikat sera mitranya. 

Luo Jin berkata : “Namun, sebenarnya, ini lebih penting bagi kesehatan kita secara keseluruhan. Ini adalah nilai-nilai kebenaran, transparansi, dan pertanggungjawaban. Itulah pertempuran terbesar yang kami hadapi. Pertempuran ini baru saja dimulai.” (hui/asr)

Keterangan Gambar:Para ahli mengingatkan bahwa musuh sesungguhnya adalah Komunis Tiongkok, dan Amerika Serikat harus mendominasi strategi global melawan Komunis Tiongkok. Gambar itu memperlihatkan penjaga kantor polisi di dekat Lapangan Tiananmen di Beijing pada 5 Februari. (Getty Images)

Editor yang bertanggung jawab: Li Yuan

Video Rekomendasi

FOKUS DUNIA

NEWS