epochtimes, oleh Zhang Yujing
Jurnal mingguan ‘Barron’s’ melaporkan pada 10 April bahwa perusahaan penelitian ‘Space Know Research’ yang berbasis di San Francisco, AS memperoleh salinan data inframerah dengan menggunakan satelit.
Data ini merekam situasi di lebih dari 5.000 lokasi rantai pasokan yang berada di daratan Tiongkok. Data-data itu kemudian dirangkum menjadi data ‘Broad Activity Index’.
Berdasarkan rangkuman tersebut dapat disimpulkan bahwa rantai pasokan daratan Tiongkok terus menyusut secara signifikan.
Di antaranya, data mingguan yang dirilis pada 5 April menunjukkan bahwa indeks aktivitas secara makro di daratan Tiongkok adalah minus 0,2%, menjadi rekor terendah baru sejak meletusnya epidemi.
Selain itu, dengan mempelajari tingkat polusi udara di daratan Tiongkok, Space Know juga mencapai kesimpulan yang sama. Yakni jumlah kadar metana dan ozon di udara daratan Tiongkok mencerminkan bahwa aktivitas ekonominya masih rendah.
Jeremy Fand, CEO Space Know Research mengatakan bahwa, data menunjukkan ekonomi Tiongkok tetap lambat. Hal ini berbeda dengan data resmi yang dipublikasikan komunis Tiongkok. Sebenarnya ekonomi Tiongkok belum mulai rebound.
Mengenai situasi epidemi di daratan Tiongkok, masyarakat masih menyatakan keprihatinan.
Seorang warga Wuhan melalui media sosial menyebutkan bahwa, yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam seminggu setelah instruksi kembali beraktivitas adalah soal keamanan kesehatan.
Dia menyebutkan bahwa menurut pengakuan sekuriti suatu komunitas bahwa seorang penduduk mengalami gejala demam tinggi setelah kembali bekerja. Ia kemudian dilarang masuk ke dalam komunitas.
Perusahaan dan masyarakat saling menyalahkan, meskipun akhirnya ia dibawa pergi oleh perusahaan. Warga Wuhan tersebut juga melihat seorang warga lain yang “tertangkap” memiliki suhu badan tinggi saat diuji di depan gerbang.
Ada juga sebuah perusahaan yang puluhan orang karyawannya semua dinyatakan negatif terinfeksi melalui uji COVID-19, tetapi belasan orang di antaranya yang asimtomatik ternyata mengalami pertumbuhan antibodi yang dapat diartikan telah terinfeksi.
Warga tersebut mengatakan : “Terlalu mengerikan ! Baru seminggu kembali bekerja sudah membuat nyali semakin menciut. Sekarang lebih baik tidak keluar rumah”.
Namun, hingga saat ini komunis Tiongkok masih mengklaim bahwa tidak ada lagi warga yang terinfeksi. Terutama Wuhan paling sering mendapat “pujian” nol pasien infeksi berturut-turut selama beberapa hari.
Pemilik usaha kecil dan mikro lainnya di kota Wuhan juga menyampaikan pendapatnya melalui media sosial, ia mengatakan bahwa pada hari keempat setelah Wuhan membebaskan lockdown, masih terdapat sejumlah kompleks perumahan yang enggan membebaskan larangan keluar masuk warga. Jalan-jalan di kota Wuhan sepi, 80% hingga 90% toko-toko masih ditutup. Dia memperkirakan bahwa sekitar 80% toko bisa langsung mengumumkan pailit. Ia sendiri juga terpaksa menutup usahanya karena tagihan uang sewa sudah di depan mata.
Catatan reporter Caixin.com, Xiao Hui pada 12 April 2020, menunjukkan bahwa Wang Xinghuan, dekan Rumah Sakit Zhongnan Universitas Wuhan sejak awal bulan Januari tahun ini terus mengingatkan para pejabat bahwa situasinya sangat serius. Akan tetapi ia berulang kali dikritik karena “kesadaran politiknya tidak tinggi.” Catatan reporter Xiao Hui di Weibo dan WeChat akhirnya dihapus pihak berwenang.
Setelah epidemi menyebar luas, perusahaan-perusahaan di daratan Tiongkok menghentikan kegiatan produksi dan karyawannya berhenti bekerja. Masyarakat tidak mau keluar rumah karena khawatir terinfeksi.
Aktivitas bisnis kemudian sulit berlanjut. Setelah menjadi pandemi global, banyak pesanan luar negeri dibatalkan, yang secara langsung menyebabkan lebih banyak perusahaan bangkrut dan menambah angka pengangguran.
Keteangan Gambar: Pihak berwenang Tiongkok mengklaim aktivitas bisnis di kota Wuhan sudah berangsur-angsur pulih, namun kenyataan menunjukkan banyak toko masih tutup, jalanan sepi. Gambar menunjukkan suasana di salah satu jalan di kota Wuhan pada 11 April. (Getty Images)
(Sin/asr)
Video Rekomendasi