theepochtimes.com
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan tanggal 7 April 2020 lalu, cabang eksekutif pemerintah Taiwan mengatakan bahwa jika agensi harus mengadakan konferensi video jarak jauh untuk kebutuhan bisnis, maka tidak boleh menggunakan produk dengan masalah keamanan seperti Zoom,” dan “harus menggunakan perangkat lunak video non-Tiongkok.”
“Saat ini, semua penyedia layanan informasi internasional utama menyediakan perangkat lunak bebas selama epidemi, seperti Google atau Microsoft. Di bawah penilaian risiko keamanan, Google atau Microsoft dapat dipertimbangkan untuk digunakan,” lanjut isi pernyataan tersebut.
Popularitas Zoom telah meroket dalam beberapa pekan terakhir karena adanya tindakan jaga jarak sosial yang ketat dan perintah agar tetap berada di rumah telah diluncurkan di negara-negara di seluruh dunia. Pemerintah, bisnis, dan bahkan sekolah dipaksa untuk bekerja dari rumah di tengah pandemi virus Komunis Tiongkok dan menggunakan layanan konferensi video untuk memelihara komunikasi.
Sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh CEO Zoom Eric Yuan pada tanggal 1 April mengatakan Zoom, yang berkantor pusat di San Jose, California, Amerika Serikat melihat bertambahnya pengguna harian Zoom dari 10 juta pada bulan Desember tahun lalu menjadi lebih dari 200 juta pengguna bulan lalu, termasuk lebih dari 90.000 sekolah di 20 negara. Hal itu jauh melebihi harapan awal Zoom.
Namun, Zoom juga berada dalam pengawasan dalam beberapa bulan terakhir karena Zoom berbagi masalah keamanan dan privasi. Itu setelah CEO Zoom, Eric Yuan mengakui kunci enkripsi sedang dikirim ke server di Tiongkok dalam beberapa kasus.
Baru-baru ini, fitur privasi dan keamanan Zoom sedang diperiksa dengan cermat setelah para peretas mengeksploitasi fitur berbagi layar dengan membajak pertemuan dan ruang kelas online dengan pesan dalam fenomena yang muncul yang dikenal sebagai “pemboman Zoom.”
Eric Yuan sejak itu meminta maaf karena secara tidak sengaja merutekan panggilan melalui Tiongkok, menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi karena Zoom sedang berurusan dengan permintaan yang “meningkat secara besar-besaran.”
Eric Yuan mengatakan Zoom telah mengoreksi hal ini dan berhenti menggunakan kapasitas tersebut sebagai cadangan untuk klien non-Tiongkok.
“Kami juga berupaya meningkatkan enkripsi kami dan bekerja dengan para ahli untuk memastikan kami mengikuti praktik terbaik, “tambah Eric Yuan, tetapi tidak mengatakan berapa banyak pengguna yang terpengaruh oleh masalah ini.
Karena Tiongkok menolak mengakui Taiwan sebagai negara merdeka, sekalipun Taiwan memiliki pemerintahan sendiri, mata uang sendiri, militer sendiri, dan pemerintah demokratis terpilih, data resmi yang dikirimkan melalui Tiongkok dapat dianggap sebagai ancaman privasi bagi Taiwan.
Tidak lama setelah pengumuman Taiwan melarang Zoom, Kementerian Luar Negeri Jerman juga membatasi penggunaan Zoom, karena kurangnya enkripsi yang memadai dan kelemahan yang “kritis” dalam perangkat lunak. Hal itu diinformasikan oleh surat kabar Jerman Handelsblatt.
Di Amerika Serikat, sejumlah sekolah melarang penggunaan Zoom untuk kelas jarak jauh dan beralih ke Microsoft Team. Pengacara New York City Jenderal Letitia James juga telah memulai investigasi terhadap praktik privasi dan keamanan data Zoom, sedangkan di California salah satu pemegang saham Zoom mengajukan gugatan terhadap Zoom yang menuduh Zoom melebih-lebihkan standar privasinya dan gagal mengungkapkan bahwa layanannya tidak terenkripsi ujung ke ujung.
Pemegang saham Zoom, Michael Drieu, mengklaim dalam pengajuan pengadilan bahwa serangkaian laporan media terkini menyoroti kelemahan privasi dalam aplikasi Zoom telah menyebabkan saham Zoom anjlok.
Baru-baru ini, SpaceX milik Elon Musk melarang karyawan menggunakan Zoom karena “masalah privasi dan keamanan yang bermakna.” Sementara badan ruang angkasa NASA telah melakukan hal yang sama. Awal minggu ini, Google juga melarang menggunakan Zoom pada komputer karyawan karena Zoom “tidak memenuhi standar keamanan.”
Keterangan foto: Pendiri Zoom Eric Yuan berbicara sebelum upacara pembukaan Nasdaq di New York City pada 18 April 2019. (Kena Betancur / Getty Images)
vivi/rp
Video Rekomendasi