Epochtimes.com
Beberapa hari yang lalu, seorang netizen di Thailand mengunggah video ke dunia maya. Namun demikian, ia mendapati thermometer gun atau alat pengukur suhu model tembak itu yang dibelinya di pasar agak janggal. Pasalnya tidak peduli bagaimana pun diukur, suhu yang ditampilkan tidak akan lebih dari 37 derajat Celcius.
Netizen itu kemudian membongkar alat pengukur suhu. Ia melihat tidak ada komponen apa pun di dalamnya. Ia hanya menemukan ada sekeping papan sirkuit elektronik berwarna hijau di balik penutupnya.
Anehnya, meski setelah dibongkar juga alat pengukur suhu itu masih bisa mengukur suhu tubuh seperti biasa.
Video ini diposting di Twitter oleh netizen Thailand dan menjadi viral. Meskipun kotak pengemasannya tidak mencantumkan tempat produksi yang jelas. Namun demikian, netizen Thailand menduga alat pengukur suhu itu adalah produk Tiongkok.
“Tidak mengherankan jika itu adalah kualitas produk Tongkok”, dan “Layak dibahas jika Anda membeli produk Made in Tiongkok.” Demikian respon netizen.
Selain itu, pihak berwenang Thailand juga telah menggerebek gudang beberapa kelompok penyelundupan selama beberapa hari terakhir. Polisi menemukan sejumlah besar masker, pakaian pelindung, dan alat pengukur suhu.
Diantara itu, polisi Thailand juga menggerebek sebuah gudang penyelundupan seorang pengusaha Tiongkok pada 8 April lalu. Polisi menemukan peralatan untuk pencegahan wabah senilai lebih dari 33 juta baht Thailand atau sekitar Rp 15.8 miliar, termasuk 45.000 set reagen virus corona palsu, 350.000 masker dan 1.200 alat pengukur suhu. Dua warga Tiongkok ditangkap dalam operasi itu.
Sebenarnya, beberapa hari yang lalu, bos industri elektronik di Tiongkok pernah mengatakan bahwa alat pengukur suhu palsu seperti itu disarankan dijual ke Amerika Serikat.
Meskipun bos itu mengatakan “hanya lelucon.” Akan tetapi, pada kenyataannya, barang-barang serupa memang ada di pasaran. Para korbannya juga termasuk warga Tiongkok sendiri.
Wartawan The Beijing News baru-baru ini berhasil menyusup ke komunitas perdagangan alat pengukur suhu. Ia mendapati beberapa pedagang yang tidak bermoral mendapat untung dengan memproduksi dan menjual alat pengukur suhu palsu. Beberapa diantaranya bahkan melakukan penipuan hingga jutaan yuan atau miliaran rupiah melalui internet.
Laporan itu mengatakan bahwa karena tidak bisa mendapatkan sertifikasi kualitas secara resmi dari otoritas setempat, mereka lalu membelinya melalui perantara.
Seorang perantara sertifikasi mengatakan bahwa, pasar untuk alat pengukur suhu baru-baru ini banyak dicari konsumen. Sedangkan para produsen curang rela merogoh kantong 20.000 yuan atau sekitar 44 juta rupiah. Tujuannya, untuk mendapatkan sertifikat palsu yang bisa didapatkan paling cepat 3 hari.
Biro Keamanan Umum Kota Guangzhou melaporkan pada 2 April, bahwa seorang penipu bermarga Wu telah menipu RMB 6,12 juta yuan atau sekitar Rp.13.4 miliar. Namun, setelah diselidiki, ternyata Wu tidak punya usaha sebagai pemasok peralatan medis. Ia juga tidak punya alat pengukur suhu untuk dijual.
Selain penipuan seperti tersebut di atas, pasar alat pengukur suhu juga dibanjiri dengan produk yang tidak jelas. Seperti misalnya tidak memiliki standar kualitas, tanggal produksi, dan nama produsen/pabrik.
Liu Sheng, seorang agen alat pengukur suhu resmi yang akrab dengan pasar, mengatakan kepada the Beijing News, bahwa sekarang banyak alat pengukur suhu dengan aneka merek atau tanpa merek di pasar. Selain itu, diantara barang-barang yang dikirim penjual, setengahnya asli dan separohnya palsu. Karean itu, tidak perlu heran dengan pasar Tiongkok.
Biro Pengawasan Pasar Kota Dongguan menyita sejumlah alat pengukur suhu yang diproduksi secara ilegal pada 3 Maret 2020 lalu.
Menurut laporan biro terkait, tempat produksi adalah sebuah pabrik elektronik dengan luas kurang dari 100 meter persegi. Pabrik itu tampak berantakan dengan segala macam benda seperti baterai, papan kawat, plastik dan benda-benda lainnya ditumpuk jadi satu. Sementara itu, beberapa pekerja tampak sedang merakit alat pengukur suhu di dalam lingkungan pabrik yang berantakan itu.
Ditemukan di lokasi, ada 30 produk jadi yang dirakit. Akan tetapi pembuatan alat pengukur suhu itu tampak kasar, juga tidak ada nama produk, pabrik, dan informasi lokasi pada kemasan.
Sementara pemiliknya tidak bisa menunjukkan sertifikasi produksi. Alat pengukur suhu abal-abal ini dijual 320 yuan atau sekitar Rp.700 ribu per unit.
Agen resmi tersebut di atas mengatakan bahwa alat pengukur suhu seperti itu sangat buruk dari sisi kualitas. Akan tetapi untuk menghilangkan keraguan pembeli, pedagang rela merogoh mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli sertifikat pasar, kemudian menjualnya secara online.
Beberapa produsen dan pedagang juga rela mengeluarkan uang untuk membeli laporan inspeksi kualitas. Beberapa diantaranya bahkan menghindari standar kualitas nasional. Mereka juga mencari beberapa perusahaan sertifikasi untuk membeli “sertifikasi CE”, dengan harga berkisar dari ribuan hingga puluhan ribu yuan.
Dalam beberapa kelompok perdagangan alat pengukur suhu itu, banyak pedagang yang bisa menyediakan inspeksi dan sertifikasi produk. Mereka mengatakan bahwa dengan biaya antara 8.000 hingga 15.000 yuan, mereka dapat membantu perusahaan menyelesaikan inspeksi standar nasional.
Seorang perantara yang mengurus sertifikasi produk mengatakan, “Paling cepat 3 hari kerja untuk mendapatkan sertifikat, atau paling lambat 3 minggu, tidak peduli dengan kualitas produk, dijamin bisa mendapatkan sertifikat. ”
Keterangan gambar: Netizen Thailand membongkar salah satu model “Thermometer Gun atau Alat Pengukur Suhu” di pasar. (Tangkapan layar video)
Editor : Gao Jing
Johny/asr
Videi Rekomendasi