Theepochtimes.com-Lebih dari 9.000 kasus infeksi virus Komunis Tiongkok, yang umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, dan hampir 200 kasus kematian di seluruh Jepang. Pemerintah Jepang mengumumkan keadaan darurat di Tokyo dan enam daerah termasuk barat Osaka, tetapi daerah lain berusaha untuk ditambahkan di tengah kekhawatiran akan penyebaran virus tersebut.
Sementara karantina yang singkat, keadaan darurat diberlakukan selama sebulan terhitung mulai dari tanggal 7 April memberi pihak berwenang Jepang lebih banyak kekuatan untuk mendorong rakyat Jepang agar berada di rumah dan bisnis ditutup. Hal ini mencakup sekitar 44 persen populasi sampai sekarang.
Shinzo Abe mengatakan keadaan darurat akan berlangsung sampai tanggal 6 Mei dan bertujuan untuk mengurangi lalu lintas selama musim liburan Minggu Emas sekitar awal bulan Mei.
“Kita benar-benar harus menghindari orang-orang bergerak melintasi prefektur guna mencegah penyebaran virus menjelang Minggu Emas,” kata Shinzo Abe, setelah pertemuan dengan para penasihat.
Shinzo Abe berada di bawah tekanan untuk berbuat lebih banyak guna mengendalikan virus di tengah-tengah persepsi bahwa tanggapannya terlalu sedikit, terlalu terlambat, yang meredam dukungannya di antara para pemilih, dan Japan Inc.
Jepang menghadapi pertempuran panjang dan para gubernur Jepang perlu menyesuaikan tanggapannya terhadap kebutuhan setempat. Koji Wada, seorang ahli penasihat kebijakan, mengatakan kepada Reuters.
“Kita masih berada di ambang perang COVID-19. Kita baru saja mulai perang melawan COVID-19,” tambah Koji Wada, seorang profesor di Universitas Internasional Kesehatan dan Kesejahteraan di Tokyo.
Menteri Kesehatan Jepang Katsunobu Kato mengatakan para pejabat khawatir akan cepatnya penyebaran infeksi virus, yang telah meningkat 2,2 kali dari tanggal 7 April hingga hari Rabu 15 April lalu.
Secara khusus, para pejabat Jepang khawatir para wisatawan selama liburan Minggu Emas dapat membawa virus ke tempat-tempat di mana infeksi sejauh ini adalah rendah.
Cengkeraman Ekonomi Yang Makin Terpuruk
Menurut Shinzo Abe pemerintah Jepang sedang mempertimbangkan pembayaran tunai 100.000 yen (usd 930) untuk setiap orang. Itu upaya untuk meredam pukulan ke negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.
Rencana anggaran tambahan pemerintah Jepang menyisihkan dana uang tunai 300.000 yen untuk rumah tangga yang pendapatannya terkena dampak virus. Akan tetapi hal itu akan diubah menjadi pembayaran individu.
Perubahan tersebut mengikuti seruan yang meningkat dari anggota parlemen yang berkuasa dan anggota parlemen oposisi untuk langkah berani Shinzo Abe dalam membantu rakyat Jepang mengatasi pandemi.
Dana Moneter Internasional, yang mengharapkan ekonomi Jepang
kontrak sebesar 5,2 persen tahun ini, mendesak Jepang untuk meningkatkan pengeluaran fiskal dan fokus pada pelonggaran pertumbuhan.
Sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Bank of Japan cenderung memproyeksikan kontraksi ekonomi untuk tahun fiskal ini dan membahas langkah-langkah selanjutnya untuk memudahkan pendanaan perusahaan yang stres pada tingkat penilaiannya pada tanggal 27-28 April.
Sebelum hal tersebut diberlakukan, parlemen Jepang harus menyetujui rancangan tambahan anggaran, yang disusun untuk mendanai paket stimulus pemerintahan Shinzo Abe yang mendekati usd 1 triliun yang diluncurkan minggu lalu.
Adalah jarang bagi pemerintah Jepang untuk membuat perubahan rancangan anggaran, yang disiapkan dengan hati-hati oleh Kementerian Keuangan Jepang untuk menjelaskan pandangan politisi.
Setiap perubahan akan menggarisbawahi tantangan yang dihadapi Shinzo Abe dalam menangani masalah meningkatnya korban ekonomi akibat pandemi tanpa terlalu membebani keuangan Jepang yang sudah morat-marit.
Sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan sebagian besar perusahaan Jepang kecewa dengan rencana stimulus pemerintah Jepang.
Survei menunjukkan Shinzo Abe kehilangan dukungan atas apa yang oleh para kritikus disebut seorang yang takut dan lamban dalam menanggapi pandemi, dan penampilan Shinzo Abe yang menjadi tuli terhadap keparahan krisis di pos media sosialnya sendiri.
Dukungan untuk kabinet Shinzo Abe turun empat poin menjadi 39 persen dalam survei NHK yang diterbitkan pada minggu lalu, di mana 75 persen mengatakan deklarasi Shinzo Abe datang terlambat.
Keterangan Gambar: Seorang pejalan kaki yang mengenakan masker berjalan di depan monitor yang menampilkan gambar Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat siaran berita di Tokyo, Jepang, pada tanggal 6 April 2020. (Tomohiro Ohsumi / Getty Images)
vivi/rp
Video Rekomendasi