Nicole Hao – The Epochtimes
Virus Komunis Tiongkok, yang biasa dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, pertama kali muncul di Wuhan. Virus itu menyebar ke seluruh dunia yang berlangsung hingga saat ini.
Para ahli yang melakukan pemodelan statistik, dari saksi mata penduduk setempat, dan dokumen yang sebelumnya disediakan untuk The Epoch Times menunjukkan bahwa pihak berwenang komunis Tiongkok menyembunyikan skala sebenarnya dari wabah di Wuhan dan wilayah lain di Tiongkok.
Dokumen-dokumen terbaru tersebut mengungkapkan bagaimana penipuan dimulai pada tingkat bawah pemerintahan.
Angka yang Sebenarnya?
Ada 13 distrik di Wuhan. Karena distrik Huangpi adalah perumahan di Wuhan, wabah di sana seharusnya tidak separah bagian kota Wuhan yang lebih padat.
Namun dalam 20 dokumen rahasia dari Biro Kesehatan Distrik Huangpi, data mengungkapkan bahwa distrik Huangpi saja memiliki banyak pasien dengan gejala COVID-19 yang dirawat di rumah sakit — membuat data yang diterbitkan oleh Komisi Kesehatan Wuhan kemungkinan salah.
Setiap hari, Biro Kesehatan Distrik Huangpi mengisi formulir statistik yang dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Wuhan untuk melaporkan total kasus virus Komunis Tiongkok dalam wilayah kerjanya.
Angka-angka ini tidak diungkapkan kepada masyarakat; hanya Wuhan saja yang menerbitkan total kasus virus Partai Komunis Tiongkok untuk seluruh Wuhan.
The Epoch Times telah memperoleh salinan formulir-formulir itu untuk tanggal di bulan Januari hingga Februari 2020.
Formulir tersebut berisi informasi terperinci mengenai pasien yang mengunjungi 22 rumah sakit yang berlokasi di distrik Huangpi, termasuk penghubung dan nomor teleponnya.
Pada tanggal 12 Januari, pemerintah Wuhan tidak secara resmi melaporkan kasus infeksi yang baru atau kasus yang diduga. Pada saat itu, Komunis Tiongkok belum mengembangkan kit uji diagnostik untuk mendeteksi virus tersebut dan kriteria resmi untuk kasus infeksi yang dipastikan adalah tidak transparan.
Tetapi formulir statistik menunjukkan bahwa 202 pasien mengunjungi rumah sakit di distrik Huangpi pada tanggal 12 Januari setelah terserang demam — salah satu gejala COVID-19.
Kemudian di bulan Januari, pemerintah Wuhan tampaknya mengubah metode penghitungan. Di bagian bawah formulir untuk tanggal 29 Januari adalah pengingat yang baru ditambahkan untuk pemerintah distrik Huangpi: “Penghitungan harian kasus infeksi baru hanya menghitung pasien yang dirawat di 26 rumah sakit yang ditunjuk hanya untuk merawat pasien COVID-19 di Wuhan.”
Karena hanya ada dua rumah sakit COVID-19 yang ditunjuk di distrik Huangpi, formulir yang diisi untuk distrik Huangpi hanya berisi data dari dua rumah sakit tersebut. Itu berarti pasien COVID-19 yang memeriksakan ke rumah sakit lain di distrik Huangpi tidak dihitung.
Komisi Kesehatan Wuhan secara resmi melaporkan 356 kasus infeksi baru di Wuhan pada tanggal 29 Januari.
Menurut data internal, distrik Huangpi sendiri melaporkan 150 kasus pada hari itu — semua pasien dirawat di rumah sakit di Rumah Sakit Kedokteran Tiongkok di distrik Huangpi.
Di pusat kota Wuhan, rumah sakit lainnya yang ditunjuk untuk merawat pasien COVID-19 seperti Rumah Sakit Paru Wuhan, Rumah Sakit Palang Merah, Rumah Sakit Persatuan Wuhan, Rumah Sakit Tongji Wuhan, dan Rumah Sakit Wuchang, cenderung menerima lebih banyak pasien COVID-19 daripada di distrik Huangpi.
Kemudian, dalam formulir statistik untuk tanggal 11 Februari, kolom untuk kasus infeksi baru menghilang secara misterius. Hanya ada satu kolom untuk melaporkan jumlah pasien COVID-19 yang sedang dirawat karena di kedua rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien COVID-19 di distrik Huangpi.
Dokumen lain, tertanggal 14 Maret, menunjukkan informasi terperinci untuk semua kasus kematian yang dipastikan akibat COVID-19 di distrik Huangpi sampai tanggal tersebut.
The Epoch Times memperoleh bagian dari laporan ini, menampilkan 31 nama pasien dengan nomor kartu identitas dan alamat rumahnya. Xu Gang, 33 tahun, meninggal di Rumah Sakit Kedokteran Tiongkok pada tanggal 19 Februari, dan Peng Xihui yang berusia 90 tahun, yang meninggal di Rumah Sakit Mulan, tidak memiliki tanggal kematian yang ditentukan.
Lokasi kematian untuk 22 pasien berada di rumah sakit yang ditunjuk di distrik Huangpi dan Wuhan yang lebih luas. Delapan dari 22 pasien tersebut tidak mencantumkan lokasi — artinya mereka kemungkinan meninggal di rumah sakit yang tidak ditunjuk atau di rumah.
Ini menunjukkan bahwa mungkin ada lebih banyak pasien tidak berdokumen yang mungkin telah meninggal dunia akibat COVID-19. Akan tetapi tidak dihitung dalam penghitungan karena mereka tidak diperiksa di rumah sakit yang ditunjuk untuk merawat pasien COVID-19.
Staf Medis
Biro distrik Huangpi juga menyimpan catatan staf medis yang menunjukkan gejala COVID-19, dari tanggal 4 Februari hingga 9 Februari.
Misalnya, Biro Kesehatan Distrik Huangpi mencatat bahwa tiga staf medis menunjukkan gejala pada tanggal 4 Februari. Pada hari itu, menurut data internal, distrik Huangpi menunjukkan total 16 kasus infeksi baru.
Catatan itu tidak mengatakan dengan jelas apakah staf medis sudah didiagnosis menderita COVID-19; pada saat itu, pihak berwenang telah mengembangkan kit pengujian.
Tetapi jika staf medis sudah didiagnosis menderita COVID-19, itu berarti staf medis menyumbang 18,75 persen atau tiga dibagi 16 dari total kasus infeksi pada hari itu.
Pada tanggal 7 Februari, lima staf medis mengalami gejala, atau 23,8 persen total (21) yang didiagnosis menderita COVID-19 pada hari itu.
Staf medis termasuk yang paling rentan terhadap infeksi.
Li Wenliang, salah satu dari delapan Whistleblower yang pertama kali mempublikasikan informasi mengenai adanya wabah “mirip-SARS” pada bulan Desember 2019. Ia meninggal akibat virus itu pada tanggal 7 Februari pagi, menurut media pemerintahan komunis Tiongkok. Dokter Li Wenliang berusia 34 tahun.
Pada tanggal 3 Maret, Mei Zhongming, penyelia Li Wenliang, juga meninggal akibat virus tersebut, pada usia 57 tahun, saat dirawat di Rumah Sakit Jinyintan.
Banyak kasus kematian dilaporkan di media setempat.
Anggota keluarga dari seseorang yang tinggal di kampus untuk Rumah Sakit Umum Hubei — kompleks perumahan untuk sekitar 1.500 staf medis Rumah Sakit Umum Hubei dan kerabatnya — sebelumnya memberitahu The Epoch Times bahasa Mandarin bahwa lebih dari 500 orang yang tinggal di sana didiagnosis menderita virus tersebut. (Vv)
FOTO : Seorang pria turun dari pesawat Xiamen Airlines di bandara Tianhe di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, pada 31 Januari 2020. (STR / AFP via Getty Images)