Nicole Hao
Pihak berwenang Komunis Tiongkok melaporkan kasus virus Komunis Tiongkok terbaru di utara Tiongkok dan awal wabah virus Komunis Tiongkok di Provinsi Hubei selama akhir minggu ini.
Secara resmi, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan pada tanggal 10 Mei 2020 bahwa hanya ada 12 kasus infeksi baru di seluruh Tiongkok. Tetapi pemerintah daerah melaporkan lebih banyak kasus infeksi baru.
Beberapa hari sebelumnya, seorang siswa sekolah menengah umum di Hubei dinyatakan positif terinfeksi virus itu setelah ia kembali ke sekolah, meningkatkan kekhawatiran akan pelonggaran lockdown di Tiongkok.
Dokumen yang Bocor
The Epoch Times baru-baru ini memperoleh dokumen internal milik Komisi Kesehatan Provinsi Heilongjiang, di mana staf medis di rumah sakit Rakyat Qitaihe yang terletak di kota Qitaihe melaporkan perilaku buruk pihak berwenang Qitaihe.
Staf medis mengklaim bahwa pihak berwenang Qitaihe sengaja merahasiakan wabah setempat.

Dokumen tersebut, tertanggal 7 April 2020, berisi perincian tuduhan staf medis: “Kini, lebih dari 30 orang yang didiagnosis menderita COVID-19 sedang dirawat di rumah sakit kami. Tetapi pemerintah hanya mengumumkan 16 kasus infeksi.”
Karena pelaporan data yang dipalsukan dan tertunda, orang-orang yang kontak erat dengan orang yang terinfeksi tidak dapat dengan segera diidentifikasi dan diisolasi, sehingga menyebabkan wabah menyebar, demikian pernyataan staf medis.

Staf medis juga mengklaim bahwa istri wakil direktur rumah sakit Rakyat Qitaihe terinfeksi virus. Wakil direktur dan istri tidak memberitahukan
kebenaran, dan tidak menerima pengujian setelah mengunjungi rumah sakit Rakyat Qitaihe, yang menyebabkan sejumlah besar staf medis terinfeksi.
Staf medis itu juga menuduh adanya kasus korupsi. “Para pemimpin di Komisi Kesehatan Qitaihe disuap [oleh produsen], dan membeli baju pelindung berkualitas buruk [untuk rumah sakit setempat]. Baju pelindung itu mudah robek, tetapi kami harus mengenakannya karena kami tidak memiliki baju pelindung yang berkualitas baik.”
Dalam dokumen itu, Komisi Kesehatan Provinsi Heilongjiang memastikan bahwa istri wakil direktur rumah sakit Rakyat Qitaihe terinfeksi virus, tetapi membantah bahwa ada kluster wabah di rumah sakit rumah sakit Rakyat Qitaihe.
Tidak Melaporkan yang Sebenarnya
Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan bahwa ada 12 pasien yang baru didiagnosis terinfeksi virus itu pada tanggal 9 Mei; 11 pasien tersebut berasal dari kota Shulan di Provinsi Jilin, utara Tiongkok dan satu kasus berasal dari kota Wuhan di Provinsi Hubei.
Satu kasus Wuhan itu adalah seorang pria berusia 89 tahun. Setelah ia diuji positif terinfeksi virus itu, istrinya dan lima penghuni lain di kompleks perumahan yang sama juga diuji positif terinfeksi virus itu dan dihitung sebagai pembawa virus tanpa gejala.
Angka nasional tidak mencakup semua pasien yang didiagnosis di Tiongkok.
Shenyang, ibukota Provinsi Liaoning, mengumumkan pada 10 Mei 2020 bahwa seorang pria berusia 23 tahun didiagnosis terinfeksi virus itu pada tanggal 9 Mei. Ia terkait dengan wabah di Shulan, menurut pihak berwenang. Ia melakukan perjalanan ke Shenyang dari Jilin pada tanggal 5 Mei, dan mulai mengalami gejala pada tanggal 8 Mei.
Pada hari yang sama, Komisi Kesehatan Provinsi Heilongjiang juga mengumumkan satu pasien baru yang didiagnosis, yang juga tidak tercakup dalam angka nasional.
Komisi Kesehatan Provinsi Heilongjiang mengatakan pasien itu adalah seorang pria berusia 70 tahun. Ia terinfeksi di rumah sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Harbin, di mana ia dirawat karena kanker usus besar, tekanan darah tinggi, dan keracunan timah hitam.
Menurut dokumen pemerintah yang bocor yang diperoleh The Epoch Times sebelumnya, pemerintah setempat juga secara rutin melaporkan data virus.
Heilongjiang, Jilin, dan Liaoning adalah tiga provinsi yang bertetangga di timur laut Tiongkok.
Wabah gelombang kedua di wilayah tersebut pertama kali merebak di Harbin, ibukota Provinsi Heilongjiang, pada awal bulan April, dan sejak itu menyebar lebih luas.
Shulan
Daerah yang terkena dampak terakhir adalah Shulan di Provinsi Jilin. Pada tanggal 9 Mei 2020, Provinsi Jilin meningkatkan Shulan dari “wilayah berisiko rendah” menjadi “wilayah berisiko menengah” untuk penyebaran virus.
Pada tanggal 10 Mei 2020, pemerintah Provinsi Jilin kembali meningkatkan Shulan menjadi “wilayah berisiko tinggi,” setelah 11 kasus baru dilaporkan dalam satu hari, di mana orang yang kontak erat dengan seseorang yang didiagnosis pada tanggal 8 Mei.

Pemerintah Provinsi Jilin tidak menjelaskan bagaimana wabah itu terjadi. Menurut situs web milik pemerintah China News Net, “pasien pertama” dari wabah Shulan adalah seorang wanita berusia 45 tahun yang bekerja di bagian kebersihan di biro kepolisian Shulan. Ia tidak memiliki riwayat kontak dengan siapa pun dari luar negeri atau provinsi lain. Sejak tanggal 23 April, ia hanya pergi bekerja; pergi ke sebuah supermarket dan apotek untuk berbelanja; dan rumah ibunya tinggal di perumahan lain.
Pada tanggal 6 Mei, ia menderita gejala dan mengunjungi rumah sakit. Pada tanggal 7 Mei, ia didiagnosis terinfeksi virus. Kemudian, suaminya, tiga saudara perempuan, saudara ipar, seorang wanita yang tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan ibunya, dan empat pria yang kontak dekatdengan keluarganya didiagnosis terinfeksi virus pada tanggal 9 Mei, menurut surat kabar pemerintah Beijing Daily.
Namun, portal web Tiongkok Sina mengutip penduduk Shulan pada tanggal 9 Mei dan melaporkan bahwa wanita itu bukanlah “pasien pertama.” Wanita itu terinfeksi dari teman dekatnya, seorang wanita yang bekerja di sebuah pemandian umum, dan teman dekatnya itu terinfeksi dari seseorang yang baru saja kembali dari Rusia, menurut laporan berita Sina.
Pemerintah kota Shulan membantah informasi ini dan mengatakan kasus itu sedang diselidiki.
Pada tanggal 10 Mei, Shulan kembali me-lockdown semua kompleks perumahan dan menutup semua sekolah.Karena pandemi, semua sekolah di Tiongkok ditutup untuk semester baru setelah liburan Tahun Baru Imlek. Tetapi pada bulan April, Shulan mulai melonggarkan lockdown dan membuka kembali sekolah untuk beberapa tingkat.
Pada tanggal 7 kelas dilanjutkan untuk siswa sekolah menengah umum dan pada tanggal 20 April kelas dilanjutkan untuk siswa sekolah menengah pertama, untuk memungkinkan para siswa mempersiapkan ujian masuk. Tetapi kini para siswa itu kembali menghadiri kelas online.
Siswa Terinfeksi
Pada tanggal 8 Mei, kota Ezhou di Provinsi Hubei mengumumkan bahwa seorang siswa sekolah menengah umum diuji positif terinfeksi virus pada uji asam nukleat. Ia dipastikan sebagai pembawa virus tanpa gejala.
Siswa tersebut belum pernah melakukan perjalanan ke kota lain, atau menggunakan ambil transportasi umum, dalam beberapa bulan terakhir. Pihak berwenang mengatakan tidak jelas bagaimana siswa tersebut tertular virus itu.
Sementara itu, portal web Tiongkok Sohu melaporkan pada tanggal 5 Mei bahwa setidaknya ada tiga siswa meninggal mendadak setelah kembali bersekolah dalam 15 hari terakhir. Pihak berwenang tidak menyebutkan penyebab kematian.
Pada tanggal 30 April, seorang siswa berusia 14 tahun meninggal dunia di Sekolah Eksperimen Masa Depan Xiangjun di kota Changsha, Provinsi Hunan. Pada tanggal 24 April, seorang siswa berusia 15 tahun meninggal di kota Dancheng, Provinsi Henan. Kemudian pada tanggal 14 April, seorang siswa berusia 16 tahun meninggal di Sekolah Menengah Eksperimen No. 2 di kota Wenzhou, Provinsi Zhejiang. (Vv/asr)