Theepochtimes- Sejak Kota Vatikan atau Tahta Suci memastikan kasus pertama virus Komunis Tiongkok pada tanggal 5 Maret, total 12 orang telah terjangkit. Mengapa kota kecil itu menjadi mangsa pandemi?
Penyebaran virus ini menyoroti hubungan negara-negara dengan rezim Tiongkok.
Ayo periksa hubungan Vatikan yang berkembang dengan Beijing dalam beberapa tahun terakhir.
Vatikan memiliki populasi sekitar 800 orang. Pada tanggal 6 Mei, kantor pers Takhta Suci mengumumkan bahwa orang ke-12 dinyatakan positif terinfeksi virus Partai Komunis Tiongkok.
Kardinal pertama yang diuji positif terinfeksi virus Komunis Tiongkok adalah Angelo De Donatis, Vikaris Jenderal untuk Keuskupan Roma, pada tanggal 30 Maret.
Pada malam hari tanggal 27 Maret, Paus Fransiskus berdiri sendirian di Lapangan Santo Petrus dan selama kebaktian doa ia berkata, “Kami merasa takut dan tersesat.”
Layanan itu disiarkan langsung ke seluruh dunia.
Mengapa Vatikan, pihak berwenang tertinggi Gereja Katolik, terpengaruh oleh virus Komunis Tiongkok?
Vatikan dan Beijing memutuskan hubungan pada tahun 1951 setelah komunis mengambilalih Tiongkok.
Vatikan tidak mengakui apa yang disebut para uskup Katolik yang ditunjuk oleh Komunis Tiongkok melalui prosedur “pemilihan sendiri” dan “pengudusan diri.”
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, situasinya sudah mulai berubah.
Pada bulan September 2018, Vatikan menandatangani kesepakatan dengan Beijing, memungkinkan pihak berwenang Tiongkok menunjuk uskup Tiongkok. Takhta Suci menyetujui legitimasi para uskup yang ditunjuk Beijing ini.
Kardinal Joseph Zen, seorang mantan uskup Hong Kong, mengkritik Tahta Suci menyerahkan sepenuhnya kepada Partai Komunis Tiongkok dan tetap diam terhadap catatan pelanggaran hak asasi manusia oleh Komunis Tiongkok.
BBC menerbitkan artikel yang menyatakan bahwa Vatikan menandatangani kesepakatan dengan Beijing, tak lain untuk mempromosikan hubungan baik dan menarik lebih banyak orang Tiongkok Daratan bergabung dengan iman Kristiani di masa depan.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan koran Asia Times yang berbasis di Hong Kong pada bulan Februari 2016, Paus Fransiskus mendesak dunia untuk tidak takut akan “pertumbuhan kekuatan” Tiongkok. Ia menyampaikan pesan persahabatan kepada pemimpin Tiongkok Xi Jinping untuk Tahun Baru Imlek. Paus Fransiskus menghindari berbicara mengenai hak asasi manusia dan penganiayaan Komunis Tiongkok terhadap umat Katolik di Tiongkok.
Selama unjuk rasa Hong Kong atas RUU ekstradisi sejak tahun lalu, Vatikan memilih untuk diam mengenai masalah ini.
Dalam sebuah blogpost, Kardinal Joseph Zen menulis bahwa ia terbang ke Roma untuk menemui Paus Fransiskus pada bulan Juni tahun lalu, untuk memohon secara pribadi kepada Paus Fransiskus untuk mengambil sikap terhadap erosi otonomi Hong Kong oleh Beijing. Tetapi lima bulan kemudian, Vatikan tidak membuat pernyataan mengenai unjuk rasa Hong Kong.
Kompromi Vatikan dengan Partai Komunis Tiongkok tidak terbatas pada yang hal yang tersebut di atas.
Pada bulan Februari 2017, the World Organization to Investigate the Persecution of Falun Gong (WOIPFG) atau Organisasi Dunia untuk Menyelidiki Penganiayaan terhadap Falun Gong menulis surat kepada Paus Fransiskus, mendesak Paus Fransiskus untuk mencegah dua pejabat Tiongkok menghadiri Konferensi Akademi Kepausan Vatikan mengenai Perdagangan Organ dan Pariwisata Transplantasi.
Dr. Huang Jiefu dan Dr. Wang Haibo telah banyak terlibat dalam panen organ dari tahanan hati nurani di Tiongkok, menurut penelitian oleh Organisasi Dunia untuk Menyelidiki Penganiayaan terhadap Falun Gong.
Dr. Huang Jiefu adalah seorang mantan wakil menteri yang bertanggung jawab atas transplantasi organ di Kementerian Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional Partai Komunis Tiongkok. Dr. Wang Haibo bertanggung jawab untuk membuat basis data transplantasi organ Tiongkok.
Dr. Huang Jiefu sendiri kemudian mengungkapkan dalam sebuah wawancara dengan Phoenix TV bahwa undangan untuknya ke Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan Vatikan dikutuk oleh 12 ahli etika medis dari berbagai negara yang menyampaikan keprihatinan atas panen organ secara paksa di Tiongkok.
Dr. Huang Jiefu juga menyombongkan diri kepada wartawan atas dukungan yang diterimanya dari Uskup Marcelo Sanchez Sorondo, Presiden Akademi Kepausan untuk Ilmu Pengetahuan, dan dari Paus Fransiskus, atas partisipasinya dalam konferensi tersebut.
Uskup Sanchez Sorondo tidak hanya menyambut Dr. Huang Jiefu di Vatikan, tetapi juga berharap diundang ke Tiongkok. Keinginannya dengan cepat terpenuhi, dalam wawancara berikutnya dengan media, Uskup Sanchez Sorondo memuji Komunis Tiongkok dan meremehkan penyalahgunaan transplantasi organ oleh Partai Komunis Tiongkok.
Dalam beberapa tahun terakhir, Paus Fransiskus telah berulang kali memperpanjang perdamaian ke Beijing, menyatakan kesediaannya untuk mengunjungi Tiongkok. Mungkin ini adalah tujuan Takhta Suci yang berikutnya setelah menandatangani kesepakatan penunjukan untuk para uskup antara Tiongkok dengan Vatikan pada tahun 2018.
South China Morning Post melaporkan pada bulan Agustus 2014 bahwa Paus Fransiskus memberitahu sekelompok wartawan yang bepergian dengannya ke Korea Selatan dan terbang kembali dengannya ke Eropa: “Apakah saya ingin pergi ke Tiongkok? Tentu saja, bahkan besok.”
Kerahasiaan dan respons tertunda oleh Komunis Tiongkok terhadap wabah virus Komunis Tiongkok menyebabkan pandemi dan kini dunia menderita akibatnya.
Namun, Paus Fransiskus secara terbuka memuji Pemerintahan Komunis Tiongkok atas upayanya dalam mengendalikan virus Komunis Tiongkok di dalam negerinya.
Keterangan Gambar: Orang-orang memakai masker wajah pelindung di Lapangan Santo Petrus setelah Vatikan melaporkan kasus pertama coronavirus, di Vatikan, pada 6 Maret 2020. (Remo Casilli / Reuters)
(Vivi/asr)
Video Rekomendasi