Theepochtimes- Rezim Komunis Tiongkok mengumumkan merebaknya kluster baru virus Komunis Tiongkok di Wuhan pada tanggal 11 Mei, indikasi resmi pertama mengenai wabah parah di pusat wabah karena pihak berwenang mengakhiri tindakan lockdown pada awal bulan April 2020.
Warga setempat melaporkan bahwa wabah saat ini di Wuhan lebih parah daripada yang dikatakan pihak berwenang.
Seorang ibu juga mulai mengajukan petisi kepada pihak berwenang, berharap untuk mencari keadilan bagi kematian putrinya karena virus itu.
Virus Komunis Tiongkok, umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, pertama kali terjadi di kota Wuhan, ibukota Provinsi Hubei pada akhir tahun 2019.
Karena pihak berwenang Tiongkok memiliki data virus yang tidak dilaporkan, sulit untuk mengetahui skala wabah yang sebenarnya di Wuhan.
Tetapi pada tanggal 11 Mei, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok mengumumkan 10 kasus diagnostik domestik baru di Tiongkok, di mana lima kasus di antaranya berada di Wuhan, dan kasus yang lain berada di provinsi timur laut Tiongkok.
Lingkungan Tempat Tinggal
Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan menerbitkan perincian kelima kasus baru. Lima kasus itu semuanya didiagnosis pada tanggal 10 Mei, dan tinggal di kompleks perumahan Sanmin di distrik Dongxihu, Wuhan
Sebelumnya, seorang pria berusia 89 tahun bermarga Gao yang tinggal di kompleks itu didiagnosis pada tanggal 9 Mei 2020.
Pasien-pasien baru adalah istri Gao yang berusia 81 tahun, Li yang berusia 46 tahun, Chen yang berusia 29 tahun, dan sepasang suami istri, Zhang yang berusia 76 tahun dan Yuan yang berusia 72 tahun.
Chen mulai menderita gejala pada tanggal 2 Mei dan diuji positif terinfeksi virus pada tanggal 5 Mei. Tetapi ia baru didiagnosis pada tanggal 10 Mei setelah gejalanya memburuk.
Zhang merasa tidak nyaman pada tanggal 5 Mei dan mengunjungi rumah sakit setempat. Ia diuji positif terinfeksi pada tanggal 6 Mei, dan akhirnya didiagnosis pada tanggal 10 Mei.
Pada tanggal 10 Mei, distrik Dongxihu ditingkatkan dari risiko “rendah” menjadi “sedang” untuk wilayah penyebaran virus.
Pada tanggal 11 Mei, Zhang Yuxin, ketua Partai distrik Dongxihu, dipecat dan dihukum karena gagal mencegah kluster wabah. Sementara itu, kompleks perumahan Sanmin ditempatkan di bawah karantina
Media pemerintah Tiongkok, Hongxing News melaporkan pada tanggal 11 Mei bahwa kompleks perumahan Sanmin terletak di lingkungan lama, di mana lebih dari 4.900 orang di 1.943 rumah tangga tinggal di sana. Sekitar setengah dari mereka adalah migran dari kota lain.
Sejak tanggal 10 Mei, warga yang memasuki atau meninggalkan kompleks perumahan Sanmin harus diperiksa suhu tubuhnya dan kode kesehatan yang dihasilkan telepon selulernya dipindai.
Hongxing News melaporkan bahwa semua penghuni dipaksa untuk diuji asam nukleat dan kompleks perumahan Sanmin cenderung akan segera dikarantina total — di mana penghuni tidak diizinkan masuk atau meninggalkan daerah itu.
Pusat Karantina
Pada tanggal 10 Mei, warga Wuhan memposting di beberapa rekaman platform media sosial lebih dari sepuluh orang mengenakan pakaian pelindung, masker, dan kacamata, menempatkan brankar ke bagian belakang kendaraan.
Orang yang mengambil video tersebut mengatakan staf yang mengenakan pakaian pelindung memindahkan sekitar 20 orang dari sebuah pusat karantina untuk tiga ambulans yang dimodifikasi dari truk.
Dari video tersebut, sebagian besar pasien yang dipindahkan tampaknya adalah orang lanjut usia.
Beberapa pasien duduk di kursi roda. Video itu juga merekam obrolan orang-orang. Mereka berkata: “Ini adalah hotel Lavande [yang dimodifikasi menjadi pusat karantina] di lingkungan Liuduqiao…Kami lebih baik mengenakan masker dengan benar [untuk melindungi diri].”
Liuduqiao berada di distrik Jianghan, sekitar 10 mil sebelah timur kompleks perumahan Sanmin.
Penduduk Wuhan juga memposting di aplikasi WeChat bahwa ada sebuah kluster wabah di dalam sebuah kompleks perumahan di distrik Qiaokou pada tanggal 6 Mei, tetapi posting terkait segera dihapus
Seorang Ibu Menuntut Keadilan Karena Kematian Putrinya
Ibu Yang, 50 tahun, berharap untuk mencari keadilan bagi putrinya bernama Tian Yuxi yang berusia 24 tahun.
Tian Yuxi terinfeksi virus Komunis Tiongkok setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Union Wuhan pada tanggal 16 Januari, dan meninggal karena virus itu pada tanggal 6 Februari.
“Seandainya kami tahu virus itu mampu menular dari manusia ke manusia [saat itu], kami tidak akan pergi ke rumah sakit tersebut, dan putri saya tidak akan mati,” kata Yang kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin dalam wawancara telepon.
Pihak berwenang Komunis Tiongkok tidak secara terbuka memastikan adanya penularan dari manusia ke manusia sampai tanggal 20 Januari.
Yang mengatakan sertifikat kematian yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Jinyintan mengindikasikan putrinya meninggal karena COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok.
“Saya ingin bertanya kepada pemerintah kota Wuhan mengapa tidak memberitahu kami bahwa virus tersebut dapat ditularkan di antara manusia saat pemerintah kota Wuhan mengetahuinya,” kata Yang.
The Epoch Times memperoleh pemberitahuan pemerintah internal yang mengindikasikan pihak berwenang Tiongkok mengetahui potensi virus untuk menyebar berminggu-minggu sebelumnya mengakuinya di depan umum.
Setelah putrinya meninggal dunia, Yang berusaha memohon kepada pihak berwenang melalui saluran resmi, tetapi tidak mendapat tanggapan.
“Kemarin adalah Hari Ibu. Anak saya meninggal. Untuk siapa saya menjadi ibu sekarang ?” kata Yang sambil menangis.
Pada pagi hari tanggal 11 Mei, Yang memprotes di jalan-jalan dengan memegang dua papan, di mana ia menulis kisah kematian putrinya dan permohonannya kepada pihak berwenang.
Saat Yang sedang berjalan, dua polisi muncul dan merampas papan Yang. Kemudian ia dibawa pergi dan ditahan oleh empat pria. Mereka membebaskan Yang beberapa jam kemudian.
Yang berkata : “Empat pria berpakaian hitam mendorong saya ke sebuah ruangan di tempat yang tidak diketahui…saya meminta identitas mereka, tetapi mereka menolak untuk menunjukkan kepada saya.”
Yang percaya bahwa keempat lelaki ini disewa oleh pemerintah setempat untuk mengintimidasinya supaya menghentikan protesnya.
Ia berkata : “Saya tidak akan berhenti. Saya akan melanjutkan protes saya sampai saya mendapatkan keadilan untuk putri saya.”
Keterangan Gambar: Seorang perwira polisi paramiliter Cina memberi isyarat sambil berjaga di pintu masuk Kota Terlarang di Beijing, Cina pada 1 Mei 2020. (Kevin Frayer / Getty Images)
(VIvi/asr)
Video Rekomendasi