Profesor Australia : Tak Bijak Mengabaikan Teori Kebocoran Laboratorium Wuhan yang Diajukan Trump

oleh Clive Hamilton

Trump mengatakan ia yakin Coronavirus secara tidak sengaja bocor dari laboratorium Wuhan tetapi tidak memberikan bukti. 

Agen-agen intelijen di Amerika Serikat dan Australia mengatakan mereka memiliki bukti yang kuat. Pemerintah Australia mengatakan kemungkinan besar Coronavirus ditularkan dari seekor hewan ke manusia di pasar basah Wuhan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo tampaknya menarik pernyataan kuatnya sebelumnya.

Beberapa orang menganggap klaim Donald Trump adalah tanpa dasar dan kami menunggu untuk melihat apakah Donald Trump dapat mendukung klaimnya itu. 

Sementara itu, adalah tidak bijaksana untuk meniadakan hipotesis kebocoran yang tidak disengaja di laboratorium tersebut. Ini alasannya.

Perhatikan dahulu bahwa hal tersebut bukanlah teori konspirasi; hal tersebut adalah hipotesis kecelakaan.

Dan kita seharusnya tidak mencampur aduk klaim kebocoran yang tidak disengaja dari virus yang muncul secara alami, dengan klaim bahwa virus itu direkayasa atau dimanipulasi di laboratorium untuk menjadi virus yang lebih kuat. 

Analisis genetik membantah klaim bahwa virus itu direkayasa atau dimanipulasi di laboratorium untuk menjadi virus yang lebih kuat.

Bukti utama yang menunjukkan adanya kebocoran laboratorium, semuanya bersifat mendadak, berasal dari penelitian yang diterbitkan oleh para ilmuwan Tiongkok sebelum Beijing menutup mulut para ilmuwan tersebut. 

Pada tanggal 29 Januari, sebuah artikel yang ditulis oleh para peneliti Tiongkok yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine. Artikel tersebut disimpulkan dari analisis terhadap 425 pasien Coronavirus di mana 55 persen kasus yang didiagnosis sebelum tanggal 1 Januari dikaitkan dengan Pasar Makanan Laut Selatan Tiongkok, sisanya 45 persen kasus yang didiagnosis tidak memiliki kontak nyata dengan pasar tersebut.

Pada tanggal 6 Februari, sebuah makalah singkat oleh dua ilmuwan dari universitas-universitas di Wuhan berjudul “Kemungkinan asal-usul Coronavirus 2019-nCoV” muncul.

Botao Xiao dan Lei Xiao mencatat bahwa habitat kelelawar yang membawa virus yang dicurigai adalah 900 kilometer dari pasar makanan laut tersebut, bahwa kelelawar tidak dimakan oleh penduduk Wuhan, dan bahwa “tidak ada kelelawar yang diperdagangkan di pasar tersebut.”

Juga tidak ada bukti pejamu  perantara (spekulasi berpusat pada trenggiling).  Botao Xiao dan Lei Xiao menunjukkan bahwa ada dua pusat penelitian yang melakukan percobaan pada virus kelelawar di Wuhan, satu pusat berjarak kurang dari 300 meter dari pasar makanan laut tersebut dan pusat yang lain, adalah Institut Virologi Wuhan, berjarak sekitar 12 kilometer dari pasar makanan laut tersebut. 

Botao Xiao dan Lei Xiao menyimpulkan bahwa “si pembunuh Coronavirus mungkin berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.” 

Artikel tersebut dengan cepat dihapus. Botao Xiao kemudian memberitahukan kepada Wall Street Journal bahwa ia menarik makalah tersebut karena tidak memiliki “bukti langsung.”

Institut Virologi Wuhan berjarak 12 kilometer dari pasar basah yang terkait dengan kelompok besar pertama kasus COVID-19.

Sebuah penelitian yang lebih teliti oleh 27 ilmuwan Tiongkok yang diterbitkan di Lancet pada tanggal 15 Februari menemukan bahwa, 27 pasien dari sampel 41 yang dirawat di rumah sakit pada tahap awal wabah terpapar dengan pasar tersebut, sisanya 14 pasien tidak terpapar dengan pasar tersebut. Orang pertama yang didiagnosis dengan COVID-19 pada tanggal 1 Desember, tidak memiliki kontak dengan pasar tersebut dan tinggal jauh dari pasar tersebut.

Richard Lucey, seorang ahli penyakit menular di Universitas Georgetown yang mempelajari data awal, mengatakan kepada majalah Science bahwa virus tersebut pasti telah beredar secara diam-diam di Wuhan jauh sebelum kluster infeksi merebak di pasar tersebut. 

Richard Lucey mengatakan pihak berwenang “harus menyadari epidemi itu tidak berasal dari Pasar Makanan Laut Huanan Wuhan ”bahkan saat pihak berwenang menyebarkan cerita ini.

Pada tanggal 14 Februari, pemimpin Komunis Tiongkok Xi Jinping memberikan pidato kepada para pemimpin Partai Komunis Tiongkok, menyatakan Tiongkok harus “menutup celah yang terpapar oleh epidemi.” 

Xi Jinping mengumumkan pelacakan cepat undang-undang baru untuk “keamanan hayati di laboratorium” yang secara khusus menargetkan penggunaan agen biologis yang “mungkin membahayakan keamanan nasional.” 

Undang-undang baru tersebut telah ada rencana selama  beberapa bulan-bulan. Sedangkan beberapa ahli mengatakan, memperketat langkah-langkah keamanan di laboratorium diharapkan setelah wabah seperti ini.

Hari berikutnya, Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Tiongkok menerbitkan sebuah arahan baru “yang memperkuat tatalaksana keamanan hayati dalam laboratorium mikrobiologi yang menangani virus canggih seperti jenis Coronavirus baru.” 

Sekali lagi, ahli luar negeri yang bekerja di Institut Virologi Wuhan mengatakan ini adalah normal setelah suatu wabah.

Institut Virologi Wuhan adalah satu-satunya fasilitas di Tiongkok yang diizinkan untuk menangani patogen yang diketahui paling berbahaya, termasuk Ebola dan virus Lassa. 

“Institut Virologi Wuhan telah mempelajari jenis Coronavirus baru yang berhubungan dengan SARS baru pada kelelawar selama beberapa tahun. 

Pekerjaan itu mencakup memanipulasi Coronavirus-Coronavirus untuk membuat Coronavirus-Coronavirus menjadi lebih kuat. 

Para peneliti harus mengambil langkah-langkah ketat untuk mencegah dirinya tertulatr virus-virus tersebut. Di seluruh dunia, kebocoran dari laboratorium-laboratorium diketahui terjadi.

Pada bulan November, Institut Virologi Wuhan memposting pemberitahuan yang mengundang aplikasi bagi rekan-rekan pasca-doktoral untuk bergabung dengan tim yang dipimpin oleh Dr. Peng Zhou yang menggunakan kelelawar. Tujuannya untuk meneliti Coronavirus yang terkait dengan Ebola dan SARS. 

Dr. Peng Zhou mempelajari bagaimana kelelawar dapat membawa virus yang sangat patogen tanpa menjadi sakit.

Pada pertengahan bulan Januari, Mayor Jenderal Chen Wei, ahli epidemiologi dan ahli virus paling top dari kalangan militer Tiongkok, tiba di Wuhan dengan tim ilmuwan militer Tiongkok. Mereka berada di Institut Virologi Wuhan. 

Kali ini, pesan telah beredar di platform media sosial WeChat dan Weibo mengklaim bahwa “pasien pertama terinfeksi,” adalah seorang peneliti di Institut Virologi Wuhan, yaitu seorang wanita lulusan Institut Virologi Wuhan. 

Ia bekerja menangani Coronavirus, dan tidak pernah mengunjungi Pasar Makanan Laut Selatan Tiongkok. Institut Virologi Wuhan merilis pernyataan yang mengatakan bahwa orang tersebut meninggalkan Wuhan pada tahun 2015 lalu dan dalam kondisi cukup sehat.

Pada awal bulan Februari, saat epidemi menyebar ke negara lain, Beijing menjadi sangat khawatir akan rusaknya reputasi Tiongkok di mata  internasional. Beijing memulai kampanye untuk menyangkal fakta bahwa virus tersebut berasal dari Wuhan. Lebih jauh menyebarkan informasi sesat seperti klaim yang aneh bahwa militer Amerika Serikat membawa virus tersebut ke Wuhan.

Keterangan gambar : Sampul depan “Tangan Tersembunyi: Mengungkap Bagaimana Partai Komunis Tiongkok Membentuk Kembali Tatanan Dunia” oleh Clive Hamilton dan Mareike Ohlberg.

Beijing juga bergerak cepat untuk menghentikan penelitian ilmiah. Bulan lalu, Dewan Negara Tiongkok memerintahkan universitas dan lembaga penelitian untuk menerapkan tatalaksana yang ketat untuk semua makalah ilmiah mengenai Coronavirus, terutama yang berhubungan dengan asal Coronavirus. Pemeriksaan politik kini adalah diperlukan sebelum publikasi diizinkan. 

Direktur Institut Virologi Wuhan mengirim email kepada staf pada tanggal 9 April yang memerintahkan staf untuk tidak mengungkapkan informasi apa pun mengenai penyakit ini, bahkan kepada pejabat media atau lembaga mitra Tiongkok.

Beijing tidak ingin kebenaran diketahui, sejauh ini menghapus sepotong pendapat opini Uni Eropa yang mencatat bahwa wabah tersebut berasal dari Tiongkok. 

Tetapi kebenaran tersebut adalah penting karena pencegahan bencana serupa tergantung pada kebenaran itu. Jika pandemi itu disebabkan oleh  kecelakaan laboratorium, maka jawabannya adalah kendali laboratorium yang lebih ketat. (Dan mereka yang bertanggung jawab harus memberi banyak penjelasan.) 

Jika virus itu muncul dari penularan binatang di pasar basah, maka jawabannya adalah menutup perdagangan binatang hidup . Atau kebenaran tersebut dapat berada di tempat lain.

Jadi, akankah dunia mengetahui kebenaran asal usul jenis Coronavirus  baru? Ilmuwan Tiongkok adalah beberapa pemimpin dunia di bidang

virologi, genetika, dan epidemiologi dan ilmuwan Tiongkok memiliki banyak hal untuk diajarkan kepada kita.

Namun, Beijing, yang paranoid karena disalahkan atas pandemi yang terjadi, terlihat cocok untuk membungkam para ilmuwan Tiongkok.

Jika virus itu lolos dari laboratorium, kini tampaknya dunia hanya akan tahu jika beberapa jiwa pemberani membocorkan dokumen atau menyerukan pelanggaran. (Vv)

Clive Hamilton,  seorang profesor di Charles Sturt University di Canberra dan penulis bersama dengan Mareike Ohlberg buku yang berjudul “Hidden Hand: Exposing how the Chinese Communist Party is reshaping the world.”

FOTO : Polisi berjaga di stasiun kereta api di Wuhan, Tiongkok, pada 7 April 2020. (Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=ZHtg4zpEuFg



FOKUS DUNIA

NEWS