Zoom Tutup Akun Aktivis Tionghoa Setelah Gelar Peringatan Online Tiananmen 1989

Isabel Van Brugen

Sejumlah aktivis menggelar kegiatan online yang berlangsung selama tiga jam pada 31 Mei 2020. Acara itu digelar oleh Humanitarian Tiongkok melalui akun berbayar di platform zoom. Saat itu diikuti  lebih dari 250 orang di seluruh dunia. 

Acara online itu digelar untuk menandai peringatan 31 tahun penumpasan Tiananmen 4 Juni 1989. Acara konferensi itu juga disiarkan di media sosial oleh lebih dari 4.000 orang. Banyak dari mereka berasal dari Tiongkok.

Akan tetapi, akun tersebut kemudian ditutup pada  7 Juni 2020. Pengguna gagal mengaksesnya ketika mengusahakan Log in ke akun itu. 

Humanitarian Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu 10 Juni 2020, mencatat bahwa Zoom sejauh ini menolak untuk menjelaskan mengapa akun itu ditutup.

Aksi Protes pro-demokrasi 1989 yang ditindas secara brutal oleh rezim Tiongkok adalah masalah tabu di daratan Tiongkok. Rezim Komunis tiongkok secara rutin memblokir atau menyensor konten yang terkait dengan pembantaian Lapangan Tiananmen.

Zoom dapat diakses di daratan Tiongkok tanpa VPN, mengonfirmasi akun berbasis AS itu ditangguhkan tetapi sekarang diaktifkan kembali. Perusahaan itu mengklaim penutupan akun  dikarenakan orang-orang yang berpartisipasi dalam acara dari Tiongkok melanggar “hukum setempat.”

“Ketika meeting diadakan di berbagai negara, peserta di negara-negara tersebut diharuskan untuk mematuhi hukum setempat, Kami bertujuan membatasi tindakan yang kami ambil untuk  mematuhi hukum setempat dan terus meninjau dan meningkatkan proses kami dalam masalah ini,” kata Zoom dalam pernyataan yang dikirim melalui email.

Tak jelas mengapa Zoom kembali mengaktifkan akun itu pada hari Rabu lalu.

Humanitarian Tiongkok mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa platform itu penting untuk menjangkau audiensi Tiongkok,  mengingat dan memperingati Pembantaian Tiananmen selama pandemi coronavirus.

Langkah ini  menimbulkan kekhawatiran bahwa perusahaan AS di belakang aplikasi konferensi video itu, tunduk pada tekanan dari Beijing.

“Tampaknya Zoom bertindak atas tekanan dari Partai Komunis Tiongkok untuk menutup akun kami. Jika demikian, Zoom terlibat dalam menghapus ingatan pembantaian Tiananmen bekerja sama dengan pemerintah otoriter, ”kata salah satu pendiri Humanitarian Tiongkok, Zhou Fengsuo dalam sebuah pernyataan.

Penggunaan Zoom menjadi populer di tengah pandemi virus Komunis Tiongkok, ketika jutaan warga  Amerika bekerja dari rumah. Akan tetapi, baru-baru ini menjadi sorotan karena masalah privasi dan keamanan.

Zoom yang berbasis di AS memiliki tiga perusahaan di Tiongkok yang mengembangkan perangkat lunaknya. Pada bulan April, kelompok pengawas Citizen Lab menemukan setelah memeriksa enkripsi Zoom bahwa kunci untuk mengenkripsi dan mendekripsi meeting “dikirim ke server di Beijing.”

Pemerintah Taiwan sudah melarang penggunaan resmi platform pada 7 April 2020. Alasannya terkait “masalah keamanan,” yang menandai pertama kalinya pemerintah memberlakukan tindakan formal terhadap sebuah perusahaan.

Grup sastra nirlaba AS, PEN America, mengutuk keputusan Zoom untuk menangguhkan akun grup para aktivis.

CEO grup itu Suzanne Nossel dalam sebuah pernyataan, Rabu 10 Juni mengatakan Zoom menandakan menjadi platform pilihan bagi perusahaan, sistem sekolah, dan berbagai organisasi yang membutuhkan cara virtual untuk berkomunikasi, terutama di tengah lockdown secara global. Tapi, tidak soal melayani peran dan bertindak sebagai kepanjangan tangan pemerintah Tiongkok.” (asr)

Frank Fang dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.

FOKUS DUNIA

NEWS