Nicole Hao
Wabah baru di kota Beijing mendorong pihak berwenang untuk memberlakukan langkah-langkah secara ketat untuk mengendalikan virus tersebut.
Seorang pejabat kota Beijing mengatakan pada tanggal 15 Juni bahwa seluruh kota Beijing memasuki “mode masa perang.” Itu setelah orang-orang yang terinfeksi virus setelah mengunjungi Beijing berada di Provinsi Hebei, Sichuan, dan Liaoning — memicu ketakutan bahwa virus menyebar lebih jauh.
Sementara itu, pihak berwenang mengutip angka yang bertentangan untuk kasus infeksi virus baru.
Dokumen internal baru yang diperoleh The Epoch Times belum mengungkap figur lain.
Para ahli medis Tiongkok menghubungkan wabah baru ini dengan salmon yang terkontaminasi yang dijual di pasar Beijing, yang menyebabkan pihak berwenang berhenti mengimpor ikan salmon Eropa. Meskipun para ahli mengatakan salmon itu sendiri tidak mungkin membawa penyakit.
Penyebaran Wabah
Komisi Kesehatan Nasional Komunis Tiongkok mengumumkan pada tanggal 15 Juni bahwa 36 pasien baru didiagnosis menderita virus Komunis Tiongkok di Beijing sehari sebelumnya.
Kemudian pada hari Senin, Beijing mengumumkan bahwa antara 11 hingga 14 Juni, 79 orang dipastikan terinfeksi dan mengalami gejala, bersama tujuh orang lainnya sebagai pembawa virus tanpa gejala. Tiongkok menghitung pembawa virus tanpa gejala dalam kategori terpisah.
Namun, dokumen internal dari Rumah Sakit Ditan, satu-satunya rumah sakit Beijing yang diketahui saat ini merawat pasien COVID-19, yang diperoleh oleh The Epoch Times, menunjukkan bahwa pada tanggal 14 Juni, Rumah Sakit Ditan merawat 375 pasien yang menderita demam — 41 dari 375 pasien tersebut didiagnosis menderita COVID-19.
Keterangan gambar : Statistik dari Rumah Sakit Ditan Beijing dari 11 hingga 14 Juni. (The Epoch Times)
Ada lima lebih pasien daripada angka 36 pasien yang diumumkan secara resmi.
Untuk tanggal 11, 12 Juni, dan 13 Juni, data Rumah Sakit Ditan adalah cocok dengan data resmi yang dilaporkan oleh pihak berwenang: satu, enam, dan 36.
Tetapi data pihak berwenang Tiongkok sendiri juga tidak konsisten. Gao Xiaojun, juru bicara Komisi Kesehatan kota Beijing, mengatakan pada konferensi pers bahwa sekitar 200.000 penduduk di Beijing menerima uji asam nukleat dalam beberapa hari terakhir.
“Pada tanggal 14 Juni, Beijing menguji sampel dari 76.499 orang. Lima puluh sembilan dari mereka adalah positif,” kata Gao Xiaojun. Tetapi Gao Xiaojun tidak menjelaskan mengapa angka tersebut tidak cocok dengan 36 pasien yang didiagnosis dan 6 pasien pembawa virus tanpa gejala yang secara resmi diumumkan pada tanggal 14 Juni, di mana total 42 orang adalah positif terinfeksi virus tersebut.
Wabah sudah menyebar ke bagian lain Tiongkok. Provinsi Sichuan di barat daya Tiongkok melaporkan pada tanggal 15 Juni, bahwa ada satu pasien baru yang didiagnosis menderita COVID-19, yang kembali ke Sichuan dari Beijing pada tanggal 9 Juni. Suami pasien itu masih berada di Beijing dan juga didiagnosis menderita COVID-19 pada tanggal 14 Juni.
Pada hari Senin, Provinsi Hebei di utara Tiongkok melaporkan tiga pasien yang dipastikan menderita COVID-19 dan satu pembawa virus tanpa gejala.
Mereka adalah nenek, ibu, ayah, dan anak berusia enam tahun di keluarga yang sama. Keempat orang tersebut mengunjungi Beijing baru-baru ini, dan dua dari mereka mengunjungi pasar makanan Xinfadi, tempat pihak berwenang mengklaim sebagai asal wabah baru.
Pasar Xinfadi yang luas adalah kompleks gudang dan ruang perdagangan yang membentang di area seluas hampir 160 lapangan sepak bola.
Pasar Xinfadi adalah lebih dari 20 kali lebih besar daripada pasar makanan laut di kota Wuhan, tempat beberapa kasus virus Komunis Tiongkok pertama dicatat. Ribuan ton sayuran, buah-buahan, dan daging berpindah tangan di pasar setiap hari.
‘Mode Perang-Waktu’
Pejabat senior pemerintah kota Beijing, Xu Ying mengatakan pada konferensi berita harian pada hari Senin: “Upaya penahanan dengan cepat memasuki mode perang-waktu. “
Xu Ying mengatakan 7.200 lingkungan dan hampir 100.000 pekerja yang mengendalikan epidemi telah memasuki “medan perang.”
Kasus-kasus baru tersebut menyebabkan banyak daerah di Beijing menerapkan kembali tindakan keras pertama kali terlihat saat virus itu menyebar di seluruh Tiongkok pada bulan Januari, termasuk pos pemeriksaan keamanan 24 jam. Bahkan, menutup sekolah dan tempat olahraga. Selain itu, kembali menerapkan pemeriksaan suhu di mal, supermarket, dan kantor.
Warga juga disarankan untuk menghindari keramaian dan berkumpul dalam kelompok untuk makan.
Beberapa kabupaten juga mengirim pejabat ke kompleks perumahan yang disebut sebagai operasi “ketuk, ketuk” untuk mengidentifikasi orang yang telah mengunjungi Pasar Xinfadi.
Pada hari Minggu sore 14 juni, daerah Huaxiang di distrik Fengtai, Beijing, ditunjuk sebagai “wilayah berisiko tinggi” untuk penyebaran virus. 12 Lingkungan ditambahkan ke daftar “daerah berisiko menengah,” sehingga total ada 22 daerah.
Pemerintah di banyak bagian Tiongkok juga memperingatkan penduduk agar tidak melakukan perjalanan yang tidak penting ke ibukota. Pemerintah memberlakukan persyaratan karantina bagi pengunjung dari Beijing.
Asal Ikan Salmon
Pihak berwenang belum mengidentifikasi bagaimana sebenarnya virus itu menyebar dari Pasar Xinfadi.
Sejak tanggal 12 Juni malam, media yang dikelola pemerintah menyatakan wabah tersebut berasal dari salmon impor, karena pihak berwenang menemukan jejak virus pada talenan yang digunakan untuk memproses salmon impor di pasar Xinfadi.
Pada hari Sabtu 13 Juni, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok memerintahkan “inspeksi komprehensif”di semua pasar makanan laut di Beijing.
Dalam siaran Senin di media CCTV yang dikelola partai komunis Tiongkok, Yang Peng, seorang ahli pengendalian penyakit menular di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Beijing, seperti yang dikutip mengatakan, bahwa setelah pengurutan genetik, virus yang ditemukan di pasar Xinfadi mirip dengan strain yang ditemukan di Eropa.
“Penilaian awal adalah bahwa virus itu terkait dengan…makanan laut atau daging yang terkontaminasi, atau orang yang memasuki pasar tersebut,” kata Yang Peng.
Wu Zunyou, kepala ahli di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tiongkok, mengatakan kepada People’s Daily, surat kabar milik pemerintah,
pada tanggal 15 Juni: “Sumber virus saat wabah ini bukan berasal dari Beijing. Itu pasti dari tempat lain.”
Tetapi Wu Zunyou mengatakan urutan genetik tidak selalu berarti virus tersebut berasal dari Eropa. “Mungkin juga dari Amerika Utara atau Rusia.”
Sean Lin, mantan direktur laboratorium cabang penyakit virus di Institut Penelitian Angkatan Darat Walter Reed, mengatakan tidak mungkin bagi salmon untuk mentransmisikan suatu jenis Coronavirus kepada manusia.
Sean Lin menuturkan : “Biasanya ikan [yang terkontaminasi] dapat menyebabkan sistem penyakit pencernaan, seperti enteritis, gastroenteritis bakteri, dan sebagainya.’
Zhang Yuxi, ketua pasar Xinfadi, juga mengatakan kepada Beijing News, surat kabar milik pemerintah, bahwa hasil uji sembilan karyawan yang bekerja di gerai salmon di pasar Xinfadi adalah negatif terhadap virus tersebut.
Namun, hampir semua pasar dan restoran di Beijing menyingkirkan salmon dari rak dan menunya pada hari Sabtu 13 Juni.
Beberapa pemasok salmon Eropa mengatakan mereka tidak dapat lagi menjual salmon ke Tiongkok.
“Kini, kami tidak dapat mengirim salmon ke Tiongkok, pasar ditutup,” kata Stein Martinsen, kepala penjualan dan pemasaran di Norwegia Royal Salmon.
Pihak Berwenang Keamanan Pangan Norwegia juga mengatakan tidak ada bukti ikan terinfeksi virus tersebut. (Vivi/asr)
FOTO : Seorang petugas keamanan mengenakan pakain hazmat berjaga-jaga di area perumahan di bawah lockdown dekat Pasar Timur Yuquan di Beijing, Tiongkok pada 15 Juni 2020. (NOEL CELIS / AFP via Getty Images)