Theepochtimes.com- Sekitar empat desa di Provinsi Guizhou, barat daya Tiongkok terkubur oleh tanah longsor di pagi hari tanggal 8 Juli 2020. Insiden itu menyebabkan sekitar lima ratus penduduk desa kehilangan rumahnya dalam hitungan menit. Sementara itu, hujan deras di daerah lainnya menyebabkan beberapa sungai menghancurkan tepiannya dan menenggelamkan ladang tanaman.
Tanah longsor juga terjadi di bagian lain di Guizhou dan di Provinsi Hubei, di tengah Tiongkok, tetapi tidak segera jelas berapa banyak orang terkubur di bawah longsoran.
Curah hujan terus-menerus menggenangi wilayah Hubei, Guizhou, Hunan, Anhui, Fujian, Jiangxi, Sichuan, Chongqing, Zhejiang, Jiangsu, Yunnan, Guangxi, dan Guangdong.
Jumlah penduduk di daerah ini sama dengan kira-kira setengah dari seluruh populasi Tiongkok yakni sekitar 695 juta orang, tetapi pihak berwenang mengklaim bahwa hanya sekitar 20 juta orang yang terkena dampak banjir baru-baru ini.
Apalagi, penduduk yang dekat dengan lokasi tanah longsor di Guizhou mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin, bahwa pihak berwenang setempat yang tidak mengizinkan penduduk mendekati daerah bencana dan menolak memberitahu penduduk mengenai situasi di sana.
Merahasiakan
Setelah pukul 4 pagi pada tanggal 8 Juli 2020, hujan lebat menyebabkan tanah longsor yang menghanyutkan rumah-rumah di Kotapraja Ganlong, kota Tongren di Provinsi Guizhou, barat daya Tiongkok.
Pemerintah setempat mengumumkan bahwa 133 rumah hancur dan 507 orang kehilangan rumahnya. Namun penduduk desa setempat mengatakan kerusakan itu sebenarnya jauh lebih besar.
Li Jun sebuah nama samaran, penduduk desa Shiban di Ganlong, mengatakan lebih banyak rumah hancur di desanya saja.
“Hampir seluruh desa terkubur oleh tanah longsor. Hanya tiga atau empat rumah yang masih kokok. Mereka [tim penyelamat] menggali keluar banyak penduduk desa dari tanah longsor, tetapi mereka sudah tak bernyawa,” kata Li Jun dalam sebuah wawancara pada tanggal 8 Juli.
Ganlong adalah kota terjauh dari pusat kota di Tongren. Tim penyelamat tiba setelah pukul 10 pagi, lebih dari lima jam setelah tanah longsor terjadi.
“Itu adalah menyedihkan!” Kata Li Jun. Ia menambahkan bahwa banyak penduduk desa hanyut oleh air banjir, lebih dari ribuan hektar tanah terendam banjir, dan jalan utama yang menghubungkan kota ke kota juga hancur.
Dua desa penghubung di sekitarnya — Ganlong Shangjie dan Ganlong Xiajie — juga mengalami tanah longsor.
Jin Hu, seorang pemilik toko di Ganlong Shangjie, mengatakan lebih dari 1.000 anggota penyelamat tiba di desa-desa, tetapi mereka tidak memberikan rincian mengenai bencana itu.
Menurut Jin Hu, gunung terdekat bernama Fenghuang Ling sudah mulai retak. Beberapa rekan desanya telah pindah untuk tinggal bersama kerabatnya yang tinggal jauh.
Seorang pemilik restoran di desa Mushu, yang berjarak 3,2 km dari Shiban, mengatakan: “Desa Shiban sedang dikarantina. Para pejabat tidak mengizinkan siapa pun untuk memasuki desa Shiban. Kami tidak diizinkan menelepon bahkan dari jauh jauh.”
Saat The Epoch Times menghubungi Klinik Ganlong, pusat medis terdekat ke Shiban, seorang resepsionis mengatakan bahwa sebagian besar stafnya pergi untuk membantu tempat bencana, tetapi ia menolak untuk mengungkapkan informasi lebih lanjut. “Semua orang yang terluka dikirim ke rumah sakit lain,” kata sumber itu.
Banjir
Dari tanggal 4 Juli hingga 7 Juli 2020, curah hujan di barat laut Provinsi Hunan, selatan Anhui, dan utara Jiangxi mencapai 300 hingga 500 milimeter. Di kota Huanggang, Provinsi Hubei, curah hujan mencapai 800 milimeter, menurut data resmi.
Di satu daerah di Jiangxi, total curah hujan dalam rentang waktu 24 jam dari tanggal 7 Juli hingga 8 Juli sama dengan curah hujan tahunan di Beijing sejauh ini. Kota-kota lain di Jiangxi juga mencatat curah hujan terparah dalam sejarahnya.
Pelanggaran tanggul juga terjadi di beberapa sungai di Hubei dan Jiangxi.
Dan, di kota Jingdezhen di Jiangxi — dikenal karena memproduksi porselen Tiongkok yang bagus – penduduk setempat, Xu mengatakan air banjir mencapai ketinggian sekitar 0,9 meter.
Dalam sebuah wawancara telepon, ia mengatakan semua ladang tanaman di wilayah itu terendam oleh banjir.
Sementara itu, di kota Wuyishan di tenggara Provinsi Fujian, banjir pada tanggal 9 Juli mencapai lebih dari 1,2 meter di sebagian besar kota. Banjir itu menghanyutkan mobil dan harta benda pribadi lainnya.
Keterangan Gambar: Jalanan dibanjiri oleh banjir dari Sungai Yangtze yang membengkak di Wuhan, Cina, pada 8 Juli 2020. (STR / AFP via Getty Images)
(Vivi/asr)
Video Rekomendasi