Cathy He
Seorang wanita ahli virologi Hong Kong mengungkapkan bahwa ia sedang melacak kembali virus Partai Komunis Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan diduga diceritakan oleh seorang pejabat Tiongkok mengenai risiko penularan dari manusia ke manusia oleh virus tersebut pada tanggal 31 Desember 2019— sebelum hal ini dipastikan kepada publik oleh rezim Komunis Tiongkok dan Organisasi Kesehatan Dunia – WHO.
Dr. Yan Li-Meng, dalam sebuah wawancara dengan Fox News yang diterbitkan pada tanggal 10 Juli, mengatakan ia diberitahu oleh atasannya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hong Kong untuk mempelajari virus mirip-SARS yang berasal dari kota Wuhan di tengah Tiongkok pada akhir bulan Desember lalu. Tidak dapat memperoleh informasi dari pihak berwenang Tiongkok, Dr. Yan Li-Meng mengatakan ia menoleh ke seorang teman, seorang ilmuwan di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit milik rezim Tiongkok yang pertama kali mengetahui adanya wabah.
Teman tersebut mengatakan kepadanya bahwa penyakit itu dapat menular di antara manusia pada tanggal 31 Desember 2019. Rezim Tiongkok secara resmi melaporkan wabah pada hari itu, tetapi tidak memastikan adanya penularan dari manusia ke manusia sampai tanggal 21 Januari 2020 setelah berminggu-minggu pada awalnya mengklaim ada sedikit atau tidak ada bukti mengenai penularan dari manusia ke manusia.
Dr. Yan Li-Meng melarikan diri ke Amerika Serikat pada bulan April dan mencari suaka, takut dijatuhi hukuman jika ia kembali ke Hong Kong.
“Alasan saya datang ke Amerika Serikat adalah karena saya menyampaikan pesan kebenaran COVID,” kata Dr. Yan Li-Meng kepada Fox News.
Klaim Dr. Yan Li-Meng menambahkan bukti yang menunjukkan bahwa Beijing sadar akan parahnya awal wabah dan merahasiakannya. Pada saat mengakui adanya penularan dari manusia ke manusia dan mengkarantina Wuhan, lima juta penduduk telah meninggalkan Wuhan sehingga menyebarkan virus ke seluruh Tiongkok dan seluruh dunia.
Dr. Yan Li-Meng mengatakan saat ia melaporkan temuannya mengenai keparahan wabah pada atasan pada pertengahan bulan Januari, ia diberitahu “untuk tetap bungkam dan berhati-hati.”
“Seperti yang ia peringatkan kepada saya, jangan menyentuh garis merah, kami akan mendapat masalah dan kami akan menghilang,” kata Dr. Yan Li-Meng memberitahukan kepada Fox News.
Sejumlah dokumen internal yang bocor yang diperoleh The Epoch Times mengungkapkan bahwa pihak berwenang secara konsisten melaporkan jumlah kasus virus Partai Komunis Tiongkok yang kurang dari jumlah sebenarnya di berbagai daerah di seluruh Tiongkok. Bahkan saat wabah baru muncul dalam beberapa bulan terakhir di timur laut Tiongkok dan Beijing, ibukota Tiongkok.
Organisasi Kesehatan Dunia, yang berulang kali memuji rezim Tiongkok atas “transparansi” rezim Tiongkok di tengah pandemi, baru-baru ini meralat akun resminya mengenai bagaimana Organisasi Kesehatan Dunia diinformasikan mengenai wabah awal oleh Tiongkok.
Sebelumnya, timeline WHO yang resmi mengatakan pihak berwenang kesehatan Tiongkok memberitahukan penyakit itu pada tanggal 31 Desember, tetapi ini diubah untuk mengatakan bahwa kantor Organisasi Kesehatan Dunia di Tiongkok “mengambil pernyataan media oleh Komisi Kesehatan Kotamadya Wuhan dari situs webnya ”pada kasus-kasus yang disebut pneumonia virus di Wuhan.
Minggu lalu, Amerika Serikat mengajukan pemberitahuan untuk menarik diri secara resmi dari WHO atas peran Organisasi Kesehatan Dunia itu dalam membantu rezim Tiongkok dalam merahasiakan pandemi. Organisasi Kesehatan Dunia kini memulai proses penyelidikan asal usul wabah tersebut. (VV)
Video Rekomendasi :