Banjir dan Gempa Bumi Merusak Wilayah di Provinsi Tiongkok, Saat Provinsi Jiangxi Mengumumkan “Persiapan Masa Perang”

Theepochtimes.com- Rezim Tiongkok meningkatkan peringatan tanggap banjir ke level tertinggi kedua pada 12 Juli 2020, setelah mengumumkan bahwa 27 provinsi terdampak akibat derasnya hujan badai yang terus menyebabkan malapetaka.

Sementara itu, di sepanjang ribuan mil dari Sungai Yangtze, ketinggian air melampaui level alarm. 

Pada 12 Juli, warga di Wuhan – kota tempat virus pertama kali muncul – menggunakan karung pasir untuk mengangkat dan memperkuat tepian sungai, sementara beberapa daerah Yangtze mencapai lebih dari 28,652 meter atau lebih dari 4,572 meter di atas permukaan tanah rata-rata.

Pihak berwenang memperkirakan bahwa ketinggian sungai akan naik lebih dari 28,9 meter pada 14 Juli, atau lebih dari 4,8 meter di atas permukaan tanah. Sejumlah kota di dekat Provinsi Jiangxi hampir tenggelam akibat dikepung banjir.

Sementara itu, kota Tangshan di Tiongkok Utara mengalami gempa berkekuatan magnitudo 5.1  pada awal 12 Juli. Getaran itu merusak bangunan yang terbuat dari material berkualitas buruk.

Hari itu, kabupaten Luchun di Provinsi Yunnan, Zoige di Provinsi Sichuan, dan Wushan di kota Chongqing juga masing-masing mencatat gempa berkekuatan magnitudo 4.4, 4.0, dan 3.0.

Pihak berwenang mengumumkan bahwa jutaan orang terlantar, dengan setidaknya 141 orang tewas atau hilang. Akan tetapi mengingat sejarah panjang rezim Komunis Tiongkok menyembunyikan informasi, para ahli khawatir bahwa angka sebenarnya jauh lebih tinggi.

Jiangxi Berjibaku Membendung Jebolnya Tanggul

Provinsi Jiangxi Cina Selatan mengeluarkan peringatan banjir tertinggi pada 11 Juli setelah jebolnya tanggul yang menyebabkan sejumlah kota terendam banjir.

Pada 12 Juli, Media CCTV yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa dari 2.542 KM tepi sungai atau danau Jiangxi, hampir 2,252 KM telah mencapai di atas tingkat siaga.

Sungai-sungai lokal di Jiangxi, seperti sungai Rao, Xin, Xiu, dan Chang, juga telah banjir sejak 6 Juli 2020. 

Khususnya di Poyang, danau air tawar terbesar di Tiongkok, air level naik dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Tingkat air danau Poyang telah meningkat lebih dari 53 sentimeter setiap hari dalam tiga hari terakhir, Sekarang, lebih dari dua meter lebih tinggi dari tingkat alarm,” menurut sebuah laporan yang mengutip Xu Weiming, seorang ahli pengendalian banjir di provinsi setempat.

Bos Partai Komunis Tiongkok di provinsi itu, Liu Qi, mengumumkan pada 11 Juli bahwa provinsi tersebut telah memasuki persiapan “masa perang.”

Liu meminta provinsi untuk bersiap menghadapi “banjir besar” dan “bencana besar”.

Di kota Mianchuan dan Jiangxinzhou di kota Jiujiang pada 12 Juli, pemerintah setempat memerintahkan: “Lansia, anak-anak, dan penduduk yang sakit harus meninggalkan rumah  hari ini … yang lain bersiaplah untuk pergi kapan saja. “

Pada 10 Juli, pihak berwenang di kota Jiangzhou, juga berlokasi di Jiujiang, mengeluarkan seruan di media sosial bagi pekerja migran berusia 18 hingga 60 tahun untuk membantu upaya bencana, dengan alasan kurangnya tenaga untuk memperkuat bendungan.

Kehancuran juga melanda perekonomian setempat.

“Tiga ribu ton teh menjadi sampah setelah terendam air lebih dari satu malam,” kata Zheng, seorang pemilik pabrik teh di daerah She, di timur provinsi Anhui, dalam sebuah video media sosial yang diterbitkan pada 10 Juli 2020.

Zheng mengatakan kepada media pemerintah Beijing News, bahwa dia khawatir tak bisa memberikan kompensasi kepada lebih dari 1.000 petani yang memasoknya daun teh.

Keterangan Gambar: Tanda-tanda terlihat terendam air banjir di tepi Sungai Yangtze di Nanjing, Cina pada 12 Juli 2020. (STR / AFP via Getty Images)

(asr)

Video Rekomendasi

FOKUS DUNIA

NEWS