Pada Minggu 19 Juli 2020, sebagai tanggapan terhadap kekerasan yang semakin tidak terkendali di Portland, Oregon, Trump dalam cuitannya mengumumkan bahwa pemerintah federal akan melakukan intervensi.
“Kami berusaha membantu Portland, bukan melukainya. Selama berbulan-bulan, kepemimpinan mereka telah kehilangan kendali atas kaum anarkis dan demagog. Mereka menghilang dalam aksi. Kami harus melindungi properti federal dan rakyat kita. Ini bukan hanya pengunjuk rasa, ini adalah kesepakatan nyata! “
We are trying to help Portland, not hurt it. Their leadership has, for months, lost control of the anarchists and agitators. They are missing in action. We must protect Federal property, AND OUR PEOPLE. These were not merely protesters, these are the real deal!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) July 19, 2020
Beberapa jam kemudian, Trump lebih lanjut menyatakan tentang situasi di Portland yang berbunyi :
“Demokrat sayap kiri radikal yang sepenuhnya mengendalikan Biden akan menghancurkan negara seperti yang kita tahu. Hal-hal buruk yang tak terbayangkan akan terjadi di Amerika Serikat. Lihat di Portland, di mana polisi masih dapat bertahan selama 50 hari selama anarki. Kami mengirim Orang-orang untuk membantu. Lihatlah New York, Chicago, Philadelphia. Bukankah demikian! “
The Radical Left Democrats, who totally control Biden, will destroy our Country as we know it. Unimaginably bad things would happen to America. Look at Portland, where the pols are just fine with 50 days of anarchy. We sent in help. Look at New York, Chicago, Philadelphia. NO!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) July 19, 2020
Pada Sabtu malam, kerusuhan di Portland semakin meningkat. Polisi mengatakan bahwa para demonstran merangsek ke gedung asosiasi polisi untuk membakar. Kemudian situasi menjadi lebih kacau. Polisi kemudian menyatakan unjuk rasa sebagai “kerusuhan.” Polisi mulai membersihkan daerah perkotaan, dan menggunakan gas air mata selama proses pembersihan.
Polisi mengatakan di Twitter bahwa para pemrotes memindahkan pagar di sekitar Pengadilan Federal dan menggunakannya untuk membangun penghalang jalan. Namun demikian, kebakaran di gedung Asosiasi Polisi Portland padam tak lama kemudian.
Portland Police respond as people break in and ignite fire in Portland Police Association office in North Portland (Photo) https://t.co/mrQ0DeJT6G pic.twitter.com/iK1J0hQLJv
— Portland Police (@PortlandPolice) July 19, 2020
Protes dan kerusuhan meletus di Portland sejak kematian George Floyd, pada 25 Mei, terus berlanjut hingga hari ini. Pada malam 10 Juni 2020, ratusan perusuh di kota itu juga meniru kaum anarkis Seattle. Mereka menggunakan pagar sementara untuk membangun “tembok perbatasan.” Mereka juga mengelilingi “daerah otonom”, meskipun mereka menyerah keesokan paginya.
Trump telah berulang kali mengutuk kerusuhan Portland. Penjabat Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf juga mengkritik kaum anarkis karena pelanggaran hukum setelah mengunjungi Portland.
Namun, meskipun Walikota Demokrat Portland, Ted Wheeler dan para pemimpin sayap kiri lainnya merasa frustasi dengan situasi tersebut, mereka mengatakan bahwa kehadiran personil federal di kota itu meningkatkan ketegangan dan meminta mereka untuk pergi.
Jaksa Agung Oregon Ellen Rosenblum bahkan mengajukan gugatan di pengadilan federal Jumat malam lalu. Ia menuduh Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Dinas Marshall Amerika Serikat menangkap para perusuh di jalanan. (Hui/asr)
(Reporter Li Jiaxin laporan komprehensif / editor yang bertanggung jawab: Dongye)
Keterangan Foto : Pada 17 Juli, para perusuh Portland meledakkan bom asap di tangga Gedung Pengadilan Negeri A.S. (Foto : Mason Trinca / Getty Images)
Video Rekomendasi :