Theepochtimes.com- Misi diplomatik Tiongkok adalah sarang kegiatan mata-mata dan memfitnah yang ditujukan untuk menumbangkan Amerika Serikat. Para ahli memperingatkan, setelah Amerika Serikat
baru-baru ini mengambil tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam memerintahkan penutupan Konsulat Tiongkok di Houston. Konsulat itu ditutup pada hari Jumat 24 Juli lalu setelah pemerintah menuduh konsulat menjadi “pusat mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual.”
Pejabat Amerika Serikat mengatakan selama konferensi pers tanggal 24 Juli bahwa Konsulat Tiongkok di Houston “sangat agresif dan sangat sukses” dalam pencurian penelitian dan teknologi Amerika Serikat.
Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menghubungkan kegiatan mata-mata dari konsulat tersebut ke pencarian penelitian vaksin untuk COVID-19 oleh rezim Komunis Tiongkok. Houston adalah pusat berbagai bidang teknologi-tinggi yang mencakup penelitian biomedis.
Menurut seorang pejabat intelijen senior, dalam 10 tahun terakhir, ada lebih dari 50 kasus staf Konsulat Tiongkok di Houston memromosikan dan melakukan rekrutmen untuk rencana talenta yang didukung negara Tiongkok, terutama menargetkan pusat penelitian di area itu.
Program-program talenta yang bertujuan untuk menarik para ahli asing untuk bekerja di Tiongkok, telah dikritik karena memfasilitasi transfer penelitian dan ilmu pengetahuan praktis untuk menguntungkan Beijing.
“Dalam satu kasus, pejabat konsulat tersebut berkomunikasi dengan para ilmuwan di lembaga penelitian di Texas, membimbing mereka untuk mendapatkan informasi apa yang dikumpulkan,” kata seorang pejabat senior Kementerian Kehakiman.
David R. Stilwell, Kepala Kementerian Luar Negeri untuk Asia Timur dan Pasifik, mengatakan kepada The New York Times bahwa Konsulat Jenderal Houston dan dua diplomat lainnya ditangkap pada tanggal 31 Mei karena menggunakan kartu identitas palsu untuk mengawal para pelancong Tiongkok ke penerbangan carter di Bandara George Bush Intercontinental di Houston, Texas.
Seorang mantan diplomat dan ahli Tiongkok bahwa upaya semacam itu untuk mencuri teknologi meluas ke semua misi diplomatik Tiongkok di seluruh dunia.
“Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok adalah titik fokus bagi kegiatan mata-mata di seluruh dunia oleh rezim Tiongkok,” kata Nicholas Eftimiades, mantan pejabat intelijen senior Amerika Serikat dan penulis buku “Operasi Intelijen Tiongkok.”
Nicholas Eftimiades menggambarkan Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok sebagai pusat untuk memperluas kepentingan Tiongkok, secara hukum dan secara ilegal. Sementara secara umum dipahami bahwa misi diplomatik setiap negara melakukan tingkat tertentu kegiatan mata-mata di negara tuan rumahnya.
Menurut James Carafano, wakil presiden institut untuk keamanan nasional dan kebijakan luar negeri Heritage Foundation, tindakan kegiatan mata-mata oleh para pejabat Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok sudah melewati batas kejahatannya dan membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat.
“Ini benar-benar tidak proporsional dengan apa yang kami lakukan,” kata James Carafano. Dia menambahkan bahwa pada titik ini, tidak masuk akal bagi kita untuk mengabaikan hal ini.
Kegiatan ilegal dilakukan secara diam-diam dari misi diplomatik Tiongkok tidak hanya terbatas pada kegiatan mata-mata di bidang ekonomi dan militer.
Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok juga merupakan pusat komando untuk pengaruhi operasi rezim Komunis Tiongkok yang luas di luar negeri. Menggunakan teknik mulai dari bujukan uang hingga mengancam, rezim Komunis Tiongkok berusaha untuk mempengaruhi opini masyarakat dan memaksa elit setempat untuk bertindak dengan cara yang menguntungkan Beijing.
Pada saat yang sama, Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok berfungsi untuk menindas para pembangkang di luar negeri dan membungkam pidato kritis terhadap Partai Komunis Tiongkok di seluruh pemerintah, bisnis, dan akademisi.
Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat Tiongkok mengoordinasikan “kelompok front terpadu”, seperti komunitas Tionghoa perantauan, profesional, dan badan-badan mahasiswa untuk melakukan operasi Beijing.
Kegiatan Mata-Mata
Chen Yonglin, mantan diplomat senior di Konsulat Tiongkok di Sydney, Australia yang membelot pada tahun 2005, mengatakan bahwa Konsulat Tiongkok di Houston adalah kepentingan strategis yang sangat penting bagi Beijing. Itu terkait sektor teknologi-tinggi yang berbasis di kawasan Houston, yang mencakup industri penerbangan, industri biomedis, dan industri minyak bumi.
Chen Yonglin menggambarkan Partai Komunis Tiongkok sebagai “parasit.” Menurutnya Partai Komunis Tiongkok bergantung pada pencurian teknologi Amerika Serikat dalam bidang teknologi canggih ini untuk mendorong pertumbuhan teknologi dan ekonomi Tiongkok.
Direktur FBI (Biro Investigasi Federal) Christopher Wray baru-baru ini mengatakan FBI memiliki lebih dari 2.000 penyelidikan di seluruh Amerika Serikat yang terhubung ke Tiongkok. Lebih dari 80 persen dari semua tuduhan kegiatan mata-mata di bidang ekonomi dibawa oleh para jaksa federal sejak tahun 2012 melibatkan Tiongkok.
Nicholas Eftimiades mengatakan bahwa setiap konsulat memiliki pengawasan dan dukungan terhadap kegiatan mata-mata oleh rezim di negara tuan rumah. Meskipun mungkin ada beberapa tindakan mata-mata di bidang ekonomi yang tidak mereka ketahui, mereka akan waspada kebanyakan dari mereka.
Konsulat-Konsulat Tiongkok mendukung jaringan perwira militer Tiongkok yang menyamar belajar di universitas Amerika Serikat di 25 kota dengan memberi mereka panduan mengenai cara untuk menghindari dan menghalangi penegakan hukum.
Baru-baru ini, FBI melakukan serangkaian penangkapan mahasiswa Tiongkok yang dituduh melakukan penipuan visa, karena diduga merahasiakan statusnya sebagai personel Tentara Pembebasan Rakyat rezim Tiongkok saat permohonan visa.
Dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada tanggal 20 Juli, para jaksa mengatakan bahwa ada bukti dalam setidaknya satu dari kasus-kasus penyalinan ilmuwan militer atau mencuri informasi dari institusi-institusi di Amerika atas arahan atasan militer di Tiongkok.
Ada juga bukti dari rezim Komunis Tiongkok yang memerintahkan para mahasiswa ini untuk menghancurkan bukti dan mengoordinasikan upaya untuk mengevakuasi dirinya dari Amerika Serikat, khususnya setelah tanggal 7 Juni. Itu saat seorang peneliti warga negara Tiongkok, di Universitas California, San Francisco, ditangkap di Bandara Internasional Los Angeles ketika berupaya naik pesawat terbang ke Tiongkok.
Salah satu dari mereka yang didakwa adalah Tang Juan, seorang wanita peneliti di Universitas California Davis, yang melarikan diri ke Konsulat Tiongkok di San Francisco setelah diinterogasi oleh agen-agen FBI pada tanggal 20 Juni. Tang Juan akhirnya ditahan pada tanggal 23 Juli.
Mahasiswi lain yang dituntut adalah Song Chen, seorang peneliti ilmu saraf yang berkunjung di Universitas Stanford. Menurut dokumen pengadilan, FBI menemukan sebuah dokumen yang dihapus dari hard drive Song Chen yang merupakan sepucuk surat kepada bagian pendidikan Konsulat Tiongkok di New York.
Dalam surat itu, Song Chen menjelaskan ia berencana untuk memperpanjang studinya di Amerika Serikat selama satu tahun dan ia terdaftar di “Rumah Sakit Xi Diaoyutai” Beijing, adalah sebuah front. Song Chen mengaku menerima sepucuk surat persetujuan dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat, yang dirahasiakan, jadi ia tidak dapat mengirimnya secara online.
Selain memainkan peran pendukung, pejabat Tiongkok juga terlibat dalam upaya pengumpulan yang lebih aktif, khususnya dalam upaya perekrutan.
Dokumen pengadilan yang dibuka pada bulan April menyebutkan Duta Besar Tiongkok untuk Amerika Serikat Cui Tiankai dan seorang diplomat top Tiongkok di New York memfasilitasi rekrutmen rahasia para ilmuwan Amerika Serikat untuk bekerja di Tiongkok.
Pada tahun 2019, Liu Zhongsan, seorang warga negara Tiongkok, didakwa sehubungan dengan sebuah skema untuk secara curang memperoleh visa penelitian Amerika Serikat untuk karyawan pemerintah Tiongkok yang tujuannya sebenarnya adalah untuk merekrut pakar Amerika Serikat untuk bekerja di Tiongkok.
Liu Zhongsan secara teratur mengoordinasikan kegiatan perekrutan talenta dengan para pejabat di Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, D.C., dan Konsulat Tiongkok di New York.
Pada bulan September 2019, Amerika Serikat mengusir dua pejabat Kedutaan Besar Tiongkok yang masuk ke pangkalan militer “sensitif” di Virginia. Para pejabat melaporkan bersama istri mereka saat mereka melewati sebuah pos pemeriksaan pintu masuk di pangkalan militer meskipun ditolak izinnya, dan menghindari personil militer yang mengejar mereka.
Konsulat Tiongkok di San Francisco juga terlibat dalam kasus Chung Dongfan, mantan insinyur Boeing yang dijatuhi hukuman 10 tahun penjara karena mencuri rahasia pesawat ulang-alik untuk Beijing pada tahun 2010.
Dugaan para jaksa, Konsulat tersebut membantu Chung Dongfan mengirim manual teknik tentang desain pembom B-1 ke Tiongkok dengan menggunakan sebuah kantong diplomatik.
Misi permanen Tiongkok untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Konsulat Tiongkok di New York juga membayar Lin Ying, seorang manajer Air China, maskapai penerbangan milik pemerintah Tiongkok, untuk menyelundupkan koper di dalam pesawat para perwira militer Tiongkok yang ditugaskan dalam misi rezim Komunis Tiongkok di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Lin Ying, warga negara Amerika Serikat, mengaku bersalah untuk bertindak sebagai agen untuk rezim Tiongkok pada bulan April 2019.
Pengaruh Fitnah
Laporan bulan Juni oleh lembaga pemukir Lembaga Kebijakan Strategik Australia menyebutkan Konsulat-Konsulat Tiongkok dan Kedutaan Besar Tiongkok adalah simpul utama jaringan “Front Terpadu” milik rezim Tiongkok. Departemen Kerja Front Terpadu Partai Komunis Tiongkok, bertanggung jawab untuk mendorong agenda rezim Komunis Tiongkok di luar negeri, berkoordinasi, melalui pos-pos diplomatik, ribuan kelompok di seluruh dunia untuk melaksanakan operasi pengaruh politik, menindas gerakan pembangkang, dan mengumpulkan intelijen.
Konsulat-Konsulat Tiongkok dan Kedutaan Besar Tiongkok mengendalikan Asosiasi Mahasiswa dan Cendekia Tiongkok, kelompok mahasiswa Tiongkok di kampus-kampus di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Banyak Asosiasi Mahasiswa dan Cendekia Tiongkok secara terbuka mengatakan mereka diarahkan oleh atau dibiayai oleh Konsulat Tiongkok setempat. Banyak Asosiasi Mahasiswa dan Cendekia Tiongkok memiliki sejarah panjang yang agresif memprotes acara di kampus yang menampilkan pandangan kritis terhadap Beijing, yang menimbulkan kekhawatiran akan ancaman mereka untuk kebebasan akademik.
Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence dalam pidato tahun 2018 mengatakan bahwa Asosiasi Mahasiswa dan Cendekia Tiongkok juga mengingatkan Konsulat-Konsulat Tiongkok dan Kedutaan Besar Tiongkok saat mahasiswa Tiongkok, dan kampus-kampus di Amerika Serikat, menyimpang dari garis Partai Komunis.”
Bagian pendidikan di misi Tiongkok juga mengawasi Institut Konfusius, pusat bahasa dan kebudayaan yang didukung negara, didirikan di puluhan universitas di Amerika Serikat. Institut Konfusius mendapat kritik keras untuk menyebarkan propaganda Beijing dan menahan kebebasan berbicara.
Direktur FBI Christopher Wray mengatakan, para diplomat Tiongkok sendiri juga berupaya menekan pembuat kebijakan Amerika Serikat untuk mengadopsi sikap pro-Beijing, menggunakan metode termasuk penyuapan, memeras, dan penawaran rahasia.
“Diplomat Tiongkok juga menggunakan tekanan ekonomi secara terbuka dan telanjang serta perantara yang tampaknya independen untuk mendorong kehendak Tiongkok kepada pejabat Amerika Serikat,” kata Christopher Wray.
Christopher Wray menambahkan bahwa diplomat Tiongkok mengidentifikasi orang-orang terdekat dengan pejabat yang ditargetkan, seperti kerabat dan rekan bisnis, dan upaya untuk mempengaruhi pembuat kebijakan melalui mereka.
“Perantara ini, tentu saja, tidak memberitahu pejabat Amerika Serikat bahwa mereka adalah bidak Partai Komunis Tiongkok dan lebih buruk lagi, beberapa di antaranya perantara tersebut mungkin bahkan tidak menyadari bahwa mereka digunakan sebagai bidak, karena mereka juga telah ditipu,” kata Christopher Wray.
Menindas Perbedaan pendapat
Sebagai bagian upaya Partai Komunis Tiongkok untuk membungkam dan menjelekkan para pengritiknya di luar negeri. Diplomat Tiongkok secara agresif menargetkan kelompok-kelompok pembangkang, menekan politisi setempat untuk menjauhkan diri dari kelompok-kelompok ini dan mengatur serangan.
Chen Yonglin, yang pernah mengepalai bagian urusan politik Konsulat Tiongkok di Sydney, mengungkapkan pada tahun 2005 bahwa salah satu tugas utama staf Konsulat Tiongkok adalah untuk memantau dan menekan praktisi Falun Gong setempat, kelompok spiritual yang dianiaya.
“’Perang melawan Falun Gong’ merupakan lebih dari setengah pekerjaan total dari misi khas Tiongkok,” kata Chen Yonglin.
Menurutnya itu adalah “prioritas puncak,” Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat-Konsulat Tiongkok.
Chen Yonglin menilai, setiap Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat-Konsulat Tiongkok memiliki setidaknya satu diplomat yang tugas utamanya adalah melaksanakan penganiayaan terhadap praktisi Falun Gong.
Menurut Chen Yonglin, Konsulat Tiongkok menyusun “daftar hitam” dengan nama-nama sekitar 800 praktisi Falun Gong setempat, dengan tujuan menolak mereka masuk ke Tiongkok jika mereka mengajukan visa. Daftar hitam tersebut dimasukkan ke dalam daftar hitam seluruh dunia yang dikelola oleh agen keamanan Tiongkok.
The Epoch Times Amerika Serikat melaporkan pada tahun 2008 bahwa Konsul Jenderal New York Peng Keyu saat itu mengakui, dalam panggilan telepon yang menyamar, untuk menghasut kelompok untuk meluncurkan serangkaian serangan terhadap praktisi Falun Gong di Flushing, New York City.
Sementara itu, Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat-Konsulat Tiongkok di seluruh dunia selama bertahun-tahun berusaha menghalangi pertunjukan Shen Yun Performing Arts yang berbasis di New York. Shen Yun adalah sebuah perusahaan tari klasik Tiongkok, yang programnya menggambarkan pelanggaran hak asasi manusia oleh rezim Komunis Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong di atas panggung.
Kedutaan Besar Tiongkok dan Konsulat-Konsulat Tiongkok di seluruh dunia menekan teater dan pemerintah untuk melarang pertunjukan Shen Yun Performing Arts, dan sesekali berhasil.
Pejabat Amerika Serikat juga memperingatkan bahwa Konsulat-Konsulat Tiongkok berfungsi sebagai pangkalan untuk operasi “Berburu Serigala” oleh Beijing. Operasi itu adalah kampanye untuk memulangkan para buronan yang ditargetkan oleh Partai Komunis Tiongkok, termasuk para pembangkang dan pejabat yang tidak disukai oleh Partai Komunis Tiongkok.
Christopher Wray menggambarkan salah satu metode pemaksaan yang digunakan pada target “Berburu Serigala” seperti Komunis Tiongkok mengirim utusan untuk mengunjungi keluarga target di Amerika Serikat. Pesan yang mereka sampaikan untuk disampaikan? Target memiliki dua pilihan: Segera kembali ke Tiongkok, atau bunuh diri.
Sekian berita ET News hari ini. Terima kasih telah menonton, dan silakan subscribe channel ini dan bagikan ke teman-teman Anda. Jika Anda memiliki opini, silakan beri komentar di bawah ini. Sampai jumpa.
Keterangan Gambar: Seseorang berjalan melewati Konsulat Jenderal Republik Rakyat Cina di San Francisco pada 23 Juli 2020. (PHILIP PACHECO / AFP via Getty Images)
vivi/rp
Video Rekomendasi