Penutupan Konsulat AS di Chengdu Dalam Sorotan Ketat Media Corong Partai Komunis Tiongkok

Theepochtimes.com- Sekitar pukul 10.50 waktu setempat 27 Juli 2020, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Tiongkok merilis sebuah video berdurasi 40 detik di akun resminya di Weibo, mengumumkan perpisahannya dengan Konsulat Amerika Serikat di Chengdu. Beberapa menit kemudian, media pemerintahan komunis Tiongkok, Xinhua melaporkan bahwa pihak berwenang Tiongkok telah memasuki dan mengambil alih kompleks diplomatik Amerika Serikat tersebut pada pukul 10.00 waktu setempat.

Pejabat diplomatik Amerika Serikat di Konsulat Amerika Serikat di Chengdu mengeluarkan sebuah pesan untuk kepada rakyat Tiongkok dalam videonya, dengan mengatakan bahwa Konsulat Amerika Serikat di Chengdu, yang didirikan pada 1985. AS menyatakan sangat bangga telah bekerja keras untuk mempromosikan “saling pengertian” antara orang-orang di Amerika Serikat dengan orang-orang di Provinsi Sichuan, Provinsi Yunnan, Provinsi Guizhou, Provinsi Tibet, dan megakota Chongqing.

Chengdu adalah ibukota Provinsi Sichuan, barat daya Tiongkok. Yunnan, Guizhou, dan Chongqing adalah daerah berbatasan dengan tenggara dan selatan Provinsi Sichuan.

“Kami akan selamanya merindukan anda,” video menyimpulkan, berbicara kepada rakyat Tiongkok di Provinsi Sichuan, Provinsi Yunnan, Provinsi Guizhou, Provinsi Tibet, dan kota Chengdu.

Amerika Serikat tetap mengoperasikan empat konsulat lain di Tiongkok, yang berlokasi di Guangzhou, Shanghai, Shenyang, dan Wuhan. Amerika juga memiliki sebuah konsulat di Hong Kong, kota yang dikuasai Tiongkok.

“Kami kecewa dengan keputusan Partai Komunis Tiongkok dan akan berusaha untuk melanjutkan penjangkauan kami kepada rakyat di wilayah penting ini melalui pos kami yang lain di Tiongkok,” kata Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam pernyataan.

Pada tanggal 22 Juli, Amerika Serikat memerintahkan Konsulat Tiongkok di Houston untuk tutup guna “melindungi kekayaan intelektual Amerika Serikat dan informasi pribadi rakyat Amerika Serikat.” Hal demikian disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengumumkan pada saat itu.

Dua hari kemudian, Beijing memerintahkan penutupan Konsulat Amerika Serikat di Chengdu dalam aksi balas dendam yang nyata. 

Kementerian Luar Negeri Tiongkok membela penutupan tersebut, menuduh beberapa staf Amerika Serikat di konsulat tersebut terlibat dalam kegiatan yang “merusak kepentingan keamanan Tiongkok.”

Media pemerintah Tiongkok meliput banyak peristiwa langsung di dalam dan di luar Konsulat Amerika Serikat tersebut sejak tanggal 24 Juli, merinci bagaimana penduduk setempat mengambil gambar di luar kompleks diplomatik itu, bagaimana bus dan truk meninggalkan konsulat itu, dan bagaimana bendera Amerika Serikat di konsulat itu diturunkan pada tanggal 27 Juli.

Senator AS, Marsha Blackburn (R-Tenn.) melalui Twitter memperingatkan mengenai liputan media Tiongkok mengenai Konsulat Amerika Serikat tersebut.

“Kini Partai Komunis Tiongkok menyiarkan langsung konsulat kami di TV yang dikelola pemerintah dan menggunakannya sebagai makanan untuk propaganda mereka,” Marsha Blackburn menulis.

Global Times, outlet media corong partai komunis Tiongkok yang memiliki cara pandang yang lebih agresif. Bahkan, sedang sibuk menerbitkan muatan yang diduga mengklaim bahwa keputusan Beijing untuk menutup Konsulat Amerika Serikat mendapat “dukungan masyarakat.” 

Global Times menerbitkan sebuah artikel pada tanggal 25 Juli yang menuduh Amerika Serikat berusaha “memisahkan” Partai Komunis Tiongkok dari rakyat Tiongkok.

Artikel tersebut meminta Amerika Serikat untuk “mengamati pendapat masyarakat Tiongkok,” dan melaporkan mengenai bagaimana ada sorakan di media sosial Tiongkok atas keputusan Beijing. Media itu juga mengklaim bagaimana penduduk setempat tampaknya berkumpul di luar konsulat tersebut untuk “bersenang-senang.”

Global Times menggemakan narasi serupa dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 26 Juli, berjudul “Netizen Tiongkok memuji penutupan Konsulat Amerika Serikat di Chengdu.”

Pada tanggal 27 Juli, Global Times menerbitkan artikel opini oleh seorang profesor dari Universitas Peking Tiongkok. Sang profesor berpendapat bahwa rakyat Tiongkok “memahami dan mendukung” tindakan Beijing, meskipun ia tidak mengutip bukti untuk mendukung klaimnya.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, dalam pidatonya pada tanggal 23 Juli di Perpustakaan dan Museum Kepresidenan Richard Nixon di California, menyebutkan rakyat Tiongkok adalah “orang-orang yang dinamis dan cinta kebebasan yang sama sekali berbeda dari Partai Komunis Tiongkok.”

Pompeo meminta Amerika Serikat untuk “melibatkan dan memberdayakan rakyat Tiongkok.” Ia juga meminta negara-negara bebas di dunia untuk “mendorong perubahan perilaku Partai Komunis Tiongkok dengan cara yang lebih kreatif dan tegas.”

Keterangan Gambar: Polisi berjalan melewati konsulat AS di Chengdu, Provinsi Sichuan di Cina barat daya, pada 26 Juli 2020. (Noel Celis / AFP via Getty Images)

(Vivi/asr)

Video Rekomendasi

https://www.youtube.com/watch?v=qJ_40A-GR5Y