Theepochtimes.com- Pada pertemuan keamanan pangan yang diadakan di Beijing pada tanggal 27 Juli, Wakil Perdana Menteri Komunis Tiongkok Hu Chunhua memperingatkan bahwa para gubernur akan dihukum jika mereka gagal menepati janji, yang mencakup pemecatan jika terjadi penyusutan hasil panen.
Saat pemimpin komunis Tiongkok Xi Jinping mengunjungi Provinsi Jilin, timur laut Tiongkok, pada tanggal 22 Juli 2020, ia mengatakan kepada pemerintah daerah untuk memperlakukan produksi biji-bijian sebagai tugas prioritas.
Penekanan pejabat tinggi pada persediaan makanan, menimbulkan pertanyaan apakah Tiongkok menghadapi kekurangan pangan yang parah tahun ini.
Ada juga tanda-tanda lain. Pada awal bulan Juli, organ pemerintah Pusat Informasi Biji-Bijian dan Minyak Nasional Tiongkok merilis perkiraan adanya kesenjangan pasokan jagung pada tahun fiskal 2020-2021 akan menjadi 25 juta metrik ton — lebih dari dua kali lipat perkiraan sebelumnya yaitu 12 juta metrik ton.
Pada tanggal 5 Agustus, Pusat Informasi Biji-Bijian dan Minyak Nasional Tiongkok memperkirakan bahwa Tiongkok akan mengimpor enam juta metrik ton gandum dalam 12 bulan dari bulan Juni 2020 hingga Mei 2021, yang merupakan jumlah tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.
Pusat Informasi Biji-Bijian dan Minyak Nasional Tiongkok mengatakan, gandum cenderung datang dari Prancis, Rusia, Lithuania, dan Kazakhstan.
Kembali pada akhir bulan Januari, pihak berwenang Tiongkok mengamanatkan agar orang-orang tetap tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19, petani di antaranya. Sekitar bulan Maret, pembatasan mereda dan sebagian besar petani diizinkan keluar lagi.
Namun tidak lama kemudian, cuaca ekstrem di sebagian besar wilayah Tiongkok menyebabkan tanaman menjadi rusak. Sejak awal bulan Juni, hujan lebat telah melanda bagian selatan, tengah, dan timur Tiongkok. Sedangkan bagian barat laut dan timur laut Tiongkok menderita kekeringan.
Hama seperti belalang dan ulat grayak juga menyerang tanaman. Para petani memberitahukan kepada The Epoch Times bahwa mereka curiga akan gagal panen pada tahun ini.
Banjir
Petani Tiongkok menanam padi di 13 provinsi, yang mencakup Hunan, Hubei, Jiangxi, Anhui, Jiangsu, Zhejiang, Sichuan, Chongqing, Guizhou, Guangdong, Guangxi, Yunnan, dan Fujian. Semua provinsi ini terkena dampak banjir pada bulan Juni dan Juli.
Para petani menanam padi pada tiga waktu yang berbeda dalam setahun. Musim awal adalah ditanam pada akhir bulan Maret, dan dipanen pada akhir bulan Juni. Musim tengah adalah ditanam pada awal bulan Mei dan dipanen pada akhir bulan September. Musim bulan akhir adalah ditanam pada akhir bulan Juni dan dipanen pada pertengahan bulan Oktober. Banjir di bulan Juni dan Juli memengaruhi ketiga musim tanam padi.
Li berasal dari kabupaten Poyang, Provinsi Jiangxi. Li mengatakan kepada The Epoch Times berbahasa Mandarin pada tanggal 18 Juli: “Padi musim awal di provinsi kami adalah rusak sebelum panen. Padi musim tengah musnah karena banjir. Kini sudah terlambat untuk menanam padi musim akhir.”
Sambil menangis di telepon, Chen dari Provinsi Hunan berkata bahwa petani di daerahnya tidak panen tahun ini. Ia dan sesama penduduk desa khawatir mereka mungkin tidak memiliki cukup makanan untuk dimakan, karena banjir melanda wilayah itu secara terus-menerus.
Kekeringan
Gandum terutama ditanam di bagian tengah dan utara Tiongkok. Petani hanya panen setahun sekali pada akhir bulan Mei hingga awal Juni.
Produksi gandum di Provinsi Henan menyumbang sekitar seperempat dari total produksi pertanian Tiongkok. Namun, kekeringan mematikan tanaman gandum di Henan, Mongolia Dalam, Gansu, Xinjiang, Jilin, dan provinsi bagian utara lainnya.
Platform grosir biji-bijian dan minyak Tiongkok yang dikelola secara pribadi, CCTIN, mengunjungi daerah produksi gandum di provinsi Henan, Anhui, dan Jiangsu dan melaporkan bahwa kualitas gandum pada tahun 2020 adalah lebih buruk daripada kualitas gandum pada tahun 2019, dan produksi gandum tahun 2020 15–30 persen adalah lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya.
Situasi di Mongolia Dalam, Gansu, dan Xinjiang adalah lebih buruk.
Media pemerintahan komunis Tiongkok, Xinhua melaporkan pada tanggal 16 Juni bahwa 50,7 persen tanah Mongolia Dalam mengalami kekeringan hebat tahun ini. Wilayah ini terutama menanam gandum, serta kedelai dan jagung. Tanaman dan rumput liar tidak dapat tumbuh, berdampak pada peternakan setempat.
China News yang dikelola negara melaporkan pada tanggal 3 Juni bahwa kering hampir mengakibatkan tidak ada panen di Provinsi Gansu tahun ini. “Saya berusia 50 tahun. Saya tidak pernah melihat kekeringan seperti tahun ini,” kata seorang petani di kota Yuzhong, Gansu melaporkan.
Seorang wanita di Xinjiang membagikan video di media sosial pada tanggal 17 Juli, yang menunjukkan ladang gandum besar yang telah mengering. “Menurut anda warna kuning ini adalah [gandum] yang dipanen? Semua tanaman gandum mati. Kami, petani tidak ada panen sama sekali tahun ini,” katanya.
Laporan media Tiongkok juga mencatat, bahwa karena kekeringan selama dua bulan, dua pertiga tanaman jagung di timur laut Provinsi Liaoning menjadi kering.
Diserang Hama
Sementara itu, Provinsi Jilin dan Provinsi Heilongjiang yang berdekatan melaporkan penduduk wabah belalang setempat di bulan Juni. Pada akhir bulan Juni, belalang asing menyerbu Provinsi Yunnan di barat daya Tiongkok, dari Laos, dan terus berpindah ke daerah lain.
Pada tanggal 27 Juli, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok mengatur latihan untuk memusnahkan belalang di Yunnan dan memperkirakannya lebih banyak belalang akan terus memasuki Tiongkok dari Laos sebelum akhir bulan Agustus.
Petani di Provinsi Guangxi dan Hunan selatan Tiongkok juga melaporkan wabah belalang pada bulan Juni. Dan, ulat grayak jatuh, yang suka memakan jagung, dilaporkan telah merusak tanaman di Shandong, Anhui, Jiangsu, Henan, dan provinsi lainnya di bulan Juli.
Tanda Lainnya, Tren terkini di pasar Tiongkok juga menunjukkan adanya kekurangan makanan.
Produsen dan pemasok produk olahan pertanian terkemuka di Tiongkok, China Agri-Industries Holdings yang dikelola negara, mengumumkan pada tanggal 3 Agustus bahwa pemerintah pusat mengeluarkan 3,6 juta metrik ton beras yang disimpan negara ke pasar baru-baru ini, yang dipanen dari tahun 2014 hingga 2019.
Tiongkok memiliki sistem cadangan biji-bijian nasional untuk menjaga keamanan makanan, tetapi seberapa banyak biji-bijian yang dimiliki negara sebagai cadangan telah dipertanyakan.
Sementara itu, semua harga biji-bijian dalam negeri telah naik pada minggu pertama bulan Agustus, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut data yang dikeluarkan oleh Orient Securities dan Huatai Securities.
Harga kedelai, khususnya, melonjak 37,83 persen, dari 3.454 yuan (usd 484,85) per metrik ton pada Agustus 2019 menjadi 4.761 yuan (usd 682,1) per metrik ton pada bulan Agustus 2020.
Rezim Tiongkok juga baru-baru ini membuat rekor pembelian barang pertanian Amerika Serikat. Pada tanggal 29 Juli, Tiongkok membeli pesanan jagung Amerika Serikat terbesar yang pernah ada yaitu, 1.937 juta metrik ton, yang akan dikirim selama tahun pemasaran 2020-2021 yang dimulai pada tanggal 1 September, menurut Kementerian Pertanian Amerika Serikat.
Pesanan di bulan Juli juga memecahkan rekor sebelumnya. Pada tanggal 14 Juli, Kementerian Pertanian Amerika Serikat melaporkan bahwa Tiongkok membeli 1,762 juta metrik ton jagung dan 129.000 metrik ton kedelai.
Pada tanggal 10 Juli, Tiongkok memesan 1,365 juta metrik ton jagung Amerika Serikat, 130.000 metrik ton gandum musim dingin merah keras Amerika Serikat, dan 190.000 metrik ton gandum musim semi merah keras Amerika Serikat.
Qin, seorang peneliti pertanian di Tiongkok yang hanya memberikan nama belakangnya karena ia tidak berwenang berbicara dengan media asing, menjelaskan bahwa biji-bijian memiliki tiga kegunaan utama di Tiongkok, yaitu: makanan untuk konsumsi manusia, pakan ternak, dan bahan baku membuat anggur dan produk industri lainnya.
Qin mengatakan kekurangan saat ini “tidak akan seserius bahwa orang tidak memiliki makanan untuk dimakan… Kuncinya adalah tidak memberi makan ternak dan unggas. Lalu, orang tidak punya cukup daging untuk dimakan,” kata Qin.
Keterangan Gambar: Wang Jianjun berdiri di luar peternakan perahnya sambil mengkhawatirkan pasar di Hulunbuir, Mongolia Dalam, Tiongkok pada 1 Mei 2019. (Betsy Joles / Getty Images)
(Vv/asr)
Video Rekomendasi