Komunis Tiongkok Akui Diplomatik dengan AS Adalah “Radio Silence”

Chen Zhou

Semua orang telah  mengikuti bagaimana hubungan AS-Tiongkok telah berkembang semakin  memburuk, tapi hubungan diplomatik AS-Tiongkok ini memburuk sampai  ke tahap seperti apakah sebenarnya? masyarakat luas tengah ramai membicarakannya.

Dubes Beijing untuk AS Cui Tiankai menyatakan, bahkan dialog pun tidak ada, ini tidak normal. Menlu Tiongkok Wang Yi dan Komisi Kenegaraan Yang Jiechi, juru bicara Kemenlu berulang kali menyatakan ingin berdialog dengan AS, tapi sepertinya tidak ada tanggapan.

Apa yang sebenarnya terjadi? pada 12  Agustus lalu,  Wakil Menlu Tiongkok Le Yucheng pada saat menerima wawancara khusus dengan Guancha Network, membahas kembali hubungan AS-Tiongkok, lalu naskah wawancara tersebut diunggah pada situs Kemenlu.

Secara khusus membahas kembali hubungan AS-Tiongkok, lalu naskah wawancara tersebut diunggah pada Pertama-tama harus ada dialog dan komunikasi. Dialog tidak bisa terputus, khususnya kemenlu kedua negara tidak bisa terjebak dalam kondisi “radio silence”.

Apa itu kondisi “Radio Silence”?

Kemenlu AS dan Tiongkok ternyata telah terjebak dalam kondisi “radio silence”, Kemenlu Tiongkok pun mengakuinya dengan tegas, juga sarat dengan pencitraan.

Kondisi “radio silence” di saat baru terdengar terkesan agak misterius, jika dipikir lebih lanjut, ini adalah kondisi yang gawat. Antara Kemenlu AS dan Tiongkok tidak hanya tidak ada lagi dialog, bahkan sedikit hubungan pun sudah tidak ada, teringat akan Kedubes AS di Tiongkok baru saja mengganti simbolnya, kata “Tiongkok” dihilangkan, berubah menjadi Kedubes AS untuk Beijing. Walaupun pihak Kedubes AS memberikan penjelasan  lain, tapi masyarakat sepertinya tidak mudah percaya.

Kondisi “radio silence” pada Kemenlu AS yang merupakan masalah diplomatik yang begitu besar, bahkan Menlu Pompeo pun tidak berhak menentukannya, dengan sendirinya karena sudah mendapat persetujuan dari Presiden AS Donald Trump.

Tentunya, hal ini juga tidak mengherankan, Trump baru saja meluruskan bahwa ia telah memutus jalur komunikasinya dengan Xi Jinping, lalu  Kemenlu AS pun meniru tindakan presiden, ini sudah seyogyanya.

Mengapa AS bisa mengalami kondisi “Radio Silence”

Kondisi “radio silence” apakah sedikit tidak sopan? Sepertinya memang kurang sopan, tapi kalau dipikir lagi, seberapa buruk  hubungan antar manusia untuk bisa mengalami kondisi “radio silence”?

Jika berpikir seperti itu, maka tidak sopan sudah menjadi masalah kedua, yang lebih penting lagi adalah level hubungan AS-Tiongkok sudah tidak bisa lebih buruk lagi.

Bagaimana orang Amerika bisa begitu tidak sopan? Cobalah membaca naskah wawancara Wakil Menlu Tiongkok Le Yucheng, maka akan bisa memahaminya.

Le Yucheng mengatakan, “Perilaku sejumlah politisi AS memiliki dua karakteristik besar: yang pertama begitu membuka mulut selalu berbohong, yang kedua melanggar hukum sudah biasa”.

Konten konkritnya tidak perlu dilihat, bisa dibayangkan sendiri. Jika di dalam  kehidupan ada seseorang berkata seperti itu pada orang lain, siapa yang masih bersedia menghiraukan orang tersebut? Tentunya semua orang tahu, kedua hal tersebut sebenarnya justru lebih tepat digunakan pada diri Komunis Tiongkok.

Pandangan Le Yucheng berikutnya lebih buruk lagi, ia membahas Amerika anti-komunis, tiba-tiba dikatakan, “Jangan lupakan fasisme Hitler dulu adalah berangkat dari anti-komunis dan anti-Yahudi, kita tidak bisa tidak  mewaspadainya.”

AS dikatakan oleh Le Yucheng sebagai “fasis”, sebuah rezim diktator, negara demokrasi ini disebut “fasis”, kedengarannya sangat konyol. Dipertimbangkan lebih cermat lagi, bagaimana pemerintah negara demokrasi yang disebut fasis ini akan berpikir, apakah masih ada keinginan untuk berhubungan?

Pandangan Le Yucheng  lainnya lebih konyol lagi, dikatakannya Amerika berupaya menimbun dan memonopoli vaksin demi kepentingan sendiri”.

Sebelumnya Komunis Tiongkok mengumumkan penelitian vaksin telah mendahului, berdasarkan waktu perkem- bangannya, kemungkinan sejak tahun lalu Komunis Tiongkok telah mulai meneliti vaksin, akibatnya tetap saja tidak bisa memimpin. Ingin mencuri milik AS tapi tidak berhasil, Komunis Tiongkok gusar bukan main, tanpa sengaja terlontar kata-kata sebenarnya, AS tidak boleh menggunakannya sendiri, harus  berbagi  dengan    negara lain. Komunis Tiongkok sudah terbiasa mencuri teknologi AS, kini tidak  bisa lagi mencurinya, lalu mulai mencaci maki AS.

Untungnya Le Yucheng tidak berani mengatakan betapa besarnya pasar Tiongkok, jika ingin memasuki pasar  Tiongkok harus menyerahkan teknologi sebagai imbalannya.

Vaksin AS sangat mungkin akan segera diproduksi massal, seharusnya belum mempertimbangkan langkah selanjutnya, apalagi belum melalui tahap uji coba terakhir, hasilnya masih berupa tanda tanya. Tapi dengan sikap Komunis Tiongkok seperti itu, AS mungkin akan mempertimbangkan apakah akan berbagi dengan Komunis Tiongkok, sepertinya lebih baik terus melanjutkan kondisi “radio silence”.

Komunis Tiongkok  tak mampu memahami perubahan AS

Le Yucheng berpura-pura mengatakan, tidak memahami  dari mana sikap bermusuhan pada politisi AS terhadap Komunis Tiongkok itu berasal? Perlu diketahui yang dijabat tangan oleh Presiden Nixon setelah melintasi Samudera Pasifik adalah tangan pemimpin Komunis Tiongkok, yang mencapai kesepakatan Three Joint Communiqués juga pemimpin Komunis Tiongkok, Gedung Putih dan pejabat Kemenlu AS hampir setiap hari berinteraksi dengan anggota partai Komunis Tiongkok, bagaimana mungkin Komunis Tiongkok mendadak dalam semalam berubah menjadi ancaman dan tantangan bagi AS?

Le Yucheng kurang wawasan, pemerintah AS di masa  perang dingin, tidak bersedia berinteraksi dengan pemimpin  Komunis Tiongkok, dan mau tidak mau berinteraksi dengan para pengkhianat kubu kommunis yang melawan arus.

Di masa perang dingin AS berhasil  memecah  belah kubu komunis dengan cara ini. Setelah perang dingin, pemerintah AS terus berinteraksi, berbekal niat baik berharap Komunis Tiongkok akan berubah, tapi apa akibatnya?

Le Yucheng sendiri telah memberikan jawabannya, “Komunis Tiongkok tidak berubah, ini berarti masalahnya ada pada para politisi AS.” Akhirnya AS memiliki satu kesepahaman, Komunis Tiongkok tidak berubah, itu sebabnya AS telah mengubah kebijakan. Pemerintah AS secara lugas mengakui, kebijakan awal ternyata sudah gagal, tidak hanya tidak bisa membuat Komunis Tiongkok berubah, juga semakin memperbesar Komunis Tiongkok, begitu parahnya sehingga mengancam keamanan AS sendiri. AS tengah mengubah kebijakannya, kebijakan baru adalah kebijakan penentu kemenangan yang dikhususkan terhadap Komunis Tiongkok.

Komunis Tiongkok  masih mengira, paling-paling yang terjadi adalah perang dingin yang seimbang. Komunis Tiongkok  masih saja tidak tahu diri, dengan kesenjangan begitu besar, AS tidak akan hanya memainkan perang  dingin dengan Komunis Tiongkok, AS hendak menghancurkan Komunis Tiongkok.

Tidak melepaskan tembakan pertama dan tidak ada jalan lain

Le Yucheng juga membenarkan berita yang beredar saat ini, “Kami tidak akan pernah melepaskan tembakan pertama, setiap langkah adalah setelah musuh bertindak.”

Komunis Tiongkok memang benar-benar telah memberikan instruksi  (tidak menembak duluan), tapi dalam militer jika tidak  melepaskan  tembakan pertama, maka dalam diplomatik juga tidak akan melepaskan tembakan pertama,  ini menandakan, Komunis Tiongkok hanya akan merespon secara pasif saja, Komunis Tiongkok terlihat sepertinya punya strategi, tapi sebenarnya sama sekali tidak punya strategi.

Terakhir, Le Yucheng berharap Kemenlu kedua negara tidak terjebak dalam kondisi “radio silence”.

Sepertinya, kondisi  “radio silence” di Kemenlu AS telah membuat Komunis Tiongkok merinding, Rapat Beidaihe (rapat tahunan khusus para elit Komunis Tiongkok di tempat wisata Beidaihe) diperkirakan masih akan membahas bagaimana memecahkan kondisi “radio silence”.

Pompeo berkata, “Mulai sekarang, kami tidak akan percaya lagi pada Komunis Tiongkok, tidak akan percaya apa pun yang mereka katakan, dan ha- rus memastikan dahulu apa yang mereka telah lakukan.”

Pompeo juga menambahkan, “Mengubah perilaku partai komunis Tiongkok, bukan misi rakyat Tiongkok saja, semua negara bebas pun harus melakukannya, demi melindungi kebebasan.”

Rapat Beidaihe tentu akan membahas melakukan perubahan, perubahan apakah yang mungkin akan dilakukan, apakah Komunis Tiongkok akan berubah sesuai tuntutan Amerika? Komunis Tiongkok telah  berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak berubah, juga tidak akan berubah. Maka pernyataan Komunis Tiongkok yang palsu dan bertolak belakang  itu menjadi  tidak  bermakna. 

Komunis Tiongkok tidak berubah,  maka kondisi  “radio silence”  Kemenlu  AS  akan terus berlanjut, Komunis Tiongkok secara sepihak ingin berdialog akan menemui jalan buntu.

Komunis Tiongkok tidak  ingin berubah, tapi tindakan AS yang begitu cepat tengah memaksa Komunis Tiongkok untuk diubah. Perubahan, adalah perintah diplomatik Pompeo.

Sebelumnya, AS juga menantikan Komunis Tiongkok berubah, tapi tidak  berubah,  AS tidak lagi berharap Komunis Tiongkok  akan berubah.

Pompeo tidak bisa secara resmi mengumumkan perang, yang disebutnya perubahan sekarang ini, sebenarnya adalah membuat Komunis Tiongkok terceraiberai dengan sendirinya, atau bersama dengan sekutu AS dan rakyat Tiongkok, mengalahkan rezim Komunis Tiongkok.

Mungkin Komunis Tiongkok masih berhalusinasi akan  membentuk  “komunitas manusia  yang  senasib”,   tapi di dalam takdir manusia di masa mendatang, tidak  akan eksis lagi yang namanya Komunis Tiongkok. (sud)

Keterangan Foto : Menteri Luar Negeri Mike Pompeo bersaksi selama sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat di Washington pada 30 Juli 2020. (Greg Nash-Pool / Getty Images)

Video Rekomendasi :