Chen Zhou
Komunis Tiongkok terlalu dini membuka kartunya berupa rudal jarak menengah Dongfeng (DF), tapi militer AS seolah tak acuh, dan melanjutkan memperkuat posisi serta pengintaian. Dalam hal senjata konvensional, Komunis Tiongkok sudah tidak mempunyai jurus pamungkas lain, kapal induk tidak bisa sewaktu-waktu dikeluarkan, jet tempur siluman J-20 juga tidak berani secara gegabah diperlihatkan, begitu tertangkap radar, maka pesawat tempur siluman ini pun akan terbongkar kelemahannya.
Dalam hal perang konvensional, kesenjangan AS-Tiongkok sangat besar, setelah kartu as dikeluarkan, Komunis Tiongkok tidak lagi mampu merespon.
Baru-baru ini kalangan luar kembali membahas, kenapa Komunis TIongkok tidak mempublikasikan kemana 2 unit rudal lainnya? Di internet bermunculan foto puing-puing rudal yang jatuh di provinsi Guangxi, sulit dikenali apakah itu keseluruhan badan rudal, atau puing roket kelas satu.
Bagaimana pun, media massa Beijing tutup mulut rapat-rapat, seakan-akan tidak terjadi apa pun, toh militer AS pun tidak peduli. Kartu senjata konvensional sudah dikeluarkan semua, hanya tersisa kartu senjata nuklir di tangan Komunis Tiongkok, apakah mereka akan berisiko menggunakan senjata nuklirnya?
Komunis Tiongkok Memiliki 290 Buah Hulu Ledak Nuklir
Menurut buku putih Kementerian Pertahanan Jepang pada Juli lalu, Komunis Tiongkok memiliki sekitar 290 buah hulu ledak nuklir, tapi kendaraan pengangkut untuk menembakkan hulu ledak nuklir sangat terbatas. Komunis Tiongkok memiliki 88 unit rudal nuklir strategis berbasis darat, antara lain:
– DF-5 (Dong Feng / Angin Timur), jarak tempuh terjauh 13.000 km, total
20 buah; menggunakan bahan bakar cair, hanya bisa ditempatkan pada liang peluncur permanen.
– DF-31, jarak tempuh terjauh 11.200 km, total 50 unit; saat menggunakan hulu ledak tunggal dapat mencapai jarak terjauh, baru dapat menjangkau wilayah Amerika.
-DF-41, bisa membawa banyak hulu ledak, jarak tempuh terjauh 13.000 km, total 18 unit; menggunakan bahan bakar padat, bisa diluncurkan dari kendaraan, menggunakan lintasan balistik Arktik, seharusnya bisa mencakup seluruh wilayah AS.
Selain itu, Komunis Tiongkok juga memiliki 4 unit kapal selam nuklir rudal balistik strategis, setiap unit dilengkapi dengan 12 unit rudal balistik berbasis kapal selam yakni JL-2, jarak tempuh terjauh 8.000 km, total 48 unit.
Komunis Tiongkok tengah mengembangkan rudal kapal selam JL-3, dikabarkan jarak tempuhnya mungkin lebih jauh, tapi belum berhasil. Kapal selam nuklir Komunis Tiongkok harus masuk ke Samudera Pasifik untuk dapat mengancam wilayah AS, tapi sekarang telah dihadang oleh AS di Laut Tiongkok Selatan, kemungkinan besar tidak bisa digunakan.
Komunis Tiongkok juga memiliki pesawat bomber Xi’an H-6, yang diperlengkapi dengan rudal udara ke darat, secara teori juga dapat mengangkut hulu ledak nuklir. Tapi jarak terbang H-6 sangat pendek, tidak ada kemampuan pengisian bahan bakar di udara. Untuk mencapai Pulau Guam saja sulit, apalagi menembus pertahanan udara pasukan AS.
Komunis Tiongkok baru saja meluncurkan rudal DF-26, yang secara teori juga dapat membawa hulu ledak nuklir, dapat mencapai Guam, tapi jika jatuh di tengah jalan, atau melenceng dari target, maka risikonya terlalu besar.
Seharusnya Komunis Tiongkok mengandalkan rudal strategis DF-5, DF-31, dan DF-41 yang berbasis darat untuk menjatuhkan bom nuklir. Jika DF-41 membawa banyak hulu ledak, maka ancamannya akan lebih besar, namun risikonya juga sangat besar, begitu tidak bisa menarget sasaran secara akurat, atau dihadang di tengah jalan, maka kehilangan hulu ledak nuklir akan sangat banyak.
Pasukan Roket Komunis Tiongkok berada di pangkalan militer ke-65 di Dongbei (wilayah timur laut Tiongkok), seharusnya telah dipersenjatai dengan DF-41 yang terbaru, dapat memanfaatkan jalur balistik Arktik secara maksimal, untuk menargetkan wilayah AS.
Petinggi Komunis Tiongkok Takut Perang Nuklir
Beberapa tahun lalu, seorang perwira Komunis Tiongkok menyatakan, boleh mengorbankan setengah wilayah timur Tiongkok, serta dalam perang nuklir akan bertarung sampai mati bersama AS, sangat berdarah dingin dan gila.
Untuk benar-benar mampu mengalahkan Amerika, memang tidak tertutup kemungkinan Komunis Tiongkok akan menggunakan nuklir, rezim Komunis Tiongkok tidak pernah peduli akan keselamatan jiwa rakyat Tiongkok, terlebih tidak peduli keselamatan warga AS. Dengan satu pandemi telah cukup membuat rakyat Tiongkok, warga AS, dan seluruh dunia melihat jelas sifat aslinya ini.
Prasyarat ini adalah, pejabat tinggi Komunis TIongkok mampu melindungi keselamatan dirinya sendiri. Akan tetapi, ini jelas tidak mungkin. Baik perang konvensional, maupun perang nuklir, aksi pemenggalan kepala atau menghabisi pimpinan musuh adalah opsi pertama pasukan AS.
Komunis Tiongkok tidak mampu menghancurkan bunker AS, tapi militer AS memiliki rudal penetrasi raksasa (MOP) yang mampu menghancurkan bunker Komunis Tiongkok, begitu perang berkobar, ancaman keselamatan jiwa pejabat Partai Komunis Tiongkok jelas jauh lebih besar.
Walaupun rudal nuklir Komunis Tiongkok mampu mengenai Amerika, pimpinan Komunis Tiongkok mungkin akan dengan cepat dihabisi oleh AS, perang seperti ini juga tidak bermakna lagi. Hal ini, Komunis Tiongkok sangat memahaminya.
Petinggi Komunis Tiongkok tentu tidak bersedia membahayakan dirinya sendiri, jadi sejak Komunis Tiongkok memiliki senjata nuklir, selalu mengatakan tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terlebih dahulu. Ini bukan berarti rezim Komunis Tiongkok berbelas kasih, melainkan karena petinggi Komunis Tiongkok telah mempertimbangkan keselamatannya sendiri. Pejabat Komunis Tiongkok rela mengorbankan nyawa orang lain atau rakyatnya, tapi tidak akan mengorbankan nyawanya sendiri.
Dulu ketika Partai Komunis Tiongkok bentrok dengan Uni Soviet, bekas Uni Soviet itu mengancam penggunaan nuklir, petinggi Komunis Tiongkok pun ketakutan sampai melarikan diri dari Beijing.
Bisa dibayangkan, jika pejabat Komunis Tiongkok sekarang lari tunggang langgang menyembunyikan diri di bunker tidak berani menampakkan diri, rezim Komunis Tiongkok mungkin tidak akan bertahan beberapa bulan lagi.
Antara AS dan Komunis Tiongkok jika terjadi perang konvensional, serangan udara AS juga akan mengakibatkan hal yang sama, jadi barulah Komunis Tiongkok mengatakan tidak akan mendahului tembakan pertama.
Berbeda dengan AS, walaupun Presiden dan Wakil Presidennya tewas, peralihan kekuasaan telah diatur sedemikian rupa, yang masih akan terus beroperasi. Apalagi kekuatan serangan nuklir AS, Komunis Tiongkok sama sekali tidak bisa menandingi.
Kekuatan Serangan Nuklir AS
Setelah AS melucuti gudang nuklirnya dalam skala besar, saat ini masih memiliki 5.000 hulu ledak nuklir, hulu ledak nuklir yang diposisikan untuk berperang sekitar 2.080 hulu ledak nuklir. Komando Strategis AS menguasai seluruh arsenal senjata nuklir strategis, antara lain:
Rudal antar benua berbasis daratan LGM-30 Minuteman sebanyak 450 unit, jarak tempuh 13.000 km, mulai digunakan sejak 1970. Militer AS secara rutin melakukan uji luncur, untuk menguji kehandalan rudalnya, baru-baru ini dilakukan pada 5 Agustus 2020 lalu.
14 unit kapal selam kelas Ohio, setiap unit dipersenjatai dengan 24 unit rudal balistik berbasis kapal selam jenis Trident, jarak tempuh 12.000 km, mampu membawa banyak hulu ledak, juga merupakan rudal balistik AS yang paling canggih, dan siap tempur 24 jam.
Selain itu, masih ada rudal jelajah udara AGM-86 sekitar 500 buah, rudal B61 taktis yang dijatuhkan dari udara ada 400 buah, bom nuklir B83 sebanyak 650 buah; bisa dijatuhkan
dari bomber taktis dan berbagai pesawat tempur lainnya. Angkatan Udara Amerika memiliki bomber siluman B-1B, sekarang yang beroperasi sebanyak 66 unit. Bomber siluman B-2 sebanyak 20 unit. Bomber B-52 sebanyak 76 unit. Pesawat tempur lainnya lebih banyak lagi jumlahnya. Tak hanya itu saja, AS juga memiliki sistem pertahanan anti rudal yang telah mapan, membuat Komunis Tiongkok tidak bisa memastikan apakah benar bisa menyerang AS.
Sistem Pertahanan Anti Rudal
Saat ini sistem pertahanan anti rudal AS terbagi menjadi tiga fase penghadangan yaitu penghadangan rudal saat diluncurkan, penghadangan saat rudal sedang terbang, dan penghadangan saat rudal mulai menukik.
Sistem anti-rudal THAAD digunakan untuk mencegat rudal setelah peluncuran, dan sistem radarnya dapat mendeteksi hingga ribuan kilometer. Ketika Korea Selatan mengerahkan sistem THAAD untuk menanggapi Korea Utara pada 2017, Komunis Tiongkok sangat menentangnya. Karena, THAAD juga dapat mendeteksi dan mencegat rudal Komunis Tiongkok.
Rudal Dongfeng-41 yang ditempatkan di timur laut Tiongkok berada di bawah naungan radar THAAD. Saat rudal balistik sedang dalam proses terbang dan akan menembus keluar dari atmosfer, waktu terbangnya di tepi atmosfir adalah yang paling panjang, militer AS bisa menghadangnya dengan rudal Standard Missile 3 RIM-161 di kapal Aegis.
Pada Tahun 2008, AS meluncurkan sebuah rudal Standard Missile 3 dari atas kapal USS Lake Erie, berhasil menjatuhkan target satelit USA 193, waktu itu satelit tersebut terbang dengan kecepatan 36.667 Km per jam, dengan ketinggian 247 Km di atas Samudera Pasifik. Militer AS memiliki 22 unit kapal jelajah kelas Ticonderoga, dan kapal perusak kelas Arleigh Burke sebanyak 67 unit.
AS baru saja membentuk pasukan antariksa, dengan ribuan unit satelit, juga pesawat antariksa X-37 yang misterius, akan bisa ikut ambil bagian dalam pengacauan secara elektronik atau penghadangan rudal.
Baru saja, Komunis Tiongkok menembakkan rudal jarak menengah Dongfeng, 2 unit rudal tersebut tidak jelas dimana jatuhnya, tak tertutup kemungkinan telah dikacaukan oleh militer AS.
Untuk penghadangan rudal saat menukik, AS telah memiliki sistem rudal patriot yang sangat mapan, sejak lama telah banyak ditempatkan di wilayah AS dan juga Guam.
Rudal Komunis Tiongkok apakah benar-benar mampu menerobos sistem penghadangan rudal tiga tahap AS ini, hanya bisa dibuktikan dalam perang nyata. Jumlah rudal antar benua Komunis Tiongkok sangat terbatas, juga tidak mampu melakukan serangan penuh. Dalam kondisi seperti ini, Komunis Tiongkok jelas tidak ada cara lain, dengan sendirinya tidak berani bertindak gegabah.
Jika dibandingkan dengan AS, Komunis Tiongkok hanya mengimpor sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia dalam jumlah terbatas, atau hanya bisa di wilayah tertentu melakukan penghadangan serangan rudal saat menukik turun. Begitu sistem penghadangan rudal S-400 ini disingkirkan oleh AS, maka Komunis Tiongkok hanya bisa menerima gebukan saja.
Selain itu AS memiliki cara yang lebih sederhana yakni, cukup dengan menghancurkan beberapa satelit Beidou milik Komunis Tiongkok di angkasa luar, maka selesailah sudah, rudal jarak menengah dan jauh Komunis Tiongkok semuanya akan kehilangan navigasi, hendak mengerahkan senjata nuklir pun mereka tidak akan bisa lagi.
Akan tetapi terhadap rezim seperti Komunis Tiongkok yang tidak berperikemanusiaan, juga tidak rasional ini, dunia senantiasa waspada terhadapnya, dan sewaktu-waktu mempersiapkan diri berperang melawannya adalah sebuah keniscayaan. (lie)
Keterangan Foto : Satu unit rudal inert Minuteman 3 dalam tabung peluncuran pelatihan di Pangkalan Angkatan Udara Minot, ND, AS pada tanggal 25 Juni 2014. Pangkalan tersebut bertugas memelihara 150 rudal berhulu ledak nuklir yang tersebar di seluruh pedesaan Dakota Utara dan menjaga mereka tetap siaga. Diluncurkan pada saat itu juga sebagai bagian dari strategi pertahanan nuklir AS. (Charlie Riedel / AP)
Video Rekomendasi :