oleh James Gorrie
Menurut administrasi Universitas Syracuse, tidak ada perbedaan antara orang keturunan Tiongkok dengan Partai Komunis Tiongkok.
Bayangkan tunduk pada sebuah kebijakan yang tidak rasional dan merusak semacam itu.
Membatalkan Profesor
Sayangnya, profesor kimia Universitas Syracuse Jon Zubieta yang berperingkat tinggi
tidak harus membayangkannya, karena ia mengetahuinya secara langsung. Ia ditangguhkan oleh Universitas Syracuse karena menggunakan istilah “flu Wuhan” dan “flu Partai Komunis Tiongkok” untuk menggambarkan virus Partai Komunis Tiongkok (jenis Coronavirus baru) dalam catatan silabusnya.
Beberapa mahasiswa mengeluh, dan tiba-tiba, profesor tetap tersebut diskors dari pekerjaannya. Tetapi di benak mahasiswa yang tersinggung, bahkan skorsing saja tidak cukup sebagai hukuman. Mereka bersikeras, Profesor Jon Zubieta harus dipecat.
Bagaimana ini dapat terjadi di sebuah universitas besar di Amerika Serikat?
Nah, menurut Karin Ruhlandt, Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan, dan Wakil Rektor sementara dan Rektor John Liu, Profesor Jon Zubieta tidak hanya anti-Partai Komunis Tiongkok, namun ia juga bersalah, secara implisit, atas “pidato bernada kebencian” terhadap orang Tiongkok.
“Bahasa menghina yang digunakan seorang profesor di silabus perkuliahannya adalah merusak lingkungan belajar bagi mahasiswa kami dan menyinggung orang Tiongkok, internasional, dan orang Asia-Amerika di mana-mana yang mendapat ujaran kebencian, retorika, dan tindakan sejak pandemi dimulai,” kata John Liu dan Karin Ruhlandt dalam sebuah pernyataan.
Dengan kata lain, Profesor Jon Zubieta sedang ditangguhkan.
Tidak Ada Perbedaan Antara Rakyat dengan Partai Komunis Tiongkok
Entah bagaimana, dosa Profesor Jon Zubieta melampaui menyalahkan Partai Komunis Tiongkok atas pandemi Coronavirus atau dengan menyebut Coronavirus sebagai “virus Wuhan.” Profesor Jon Zubieta dituduh oleh Karin Ruhlandt dan John Liu karena ia mengkritik semua orang keturunan Tionghoa, di mana pun berada di seluruh dunia, terlepas dari afiliasi politik atau asal kebangsaannya.
Tuduhan itu, tentu saja, adalah salah.
Bukan berarti fakta penting bagi kepemimpinan Universitas Syracuse atau menyadarkan mahasiswa, tetapi mari kita lihat menurut beberapa cara.
Virus itu memang berasal dari Wuhan. Terlebih lagi, Partai Komunis Tiongkok mengizinkan
wabah virus setempat menjadi pandemi global. Tindakan-tindakan tersebut mencakup membungkam dokter yang berupaya memperingatkan dunia, berbohong mengenai penularan virus ke manusia, mencegah dokter Amerika Serikat untuk memeriksa virus pada tahap awal, dan memungkinkan orang yang terinfeksi virus tersebut bepergian ke luar dari Tiongkok beberapa bulan setelah wabah untuk memastikan virus menjadi pandemi global.
Tentu saja, pembiaran yang dilakukan Partai Komunis Tiongkok terhadap orang-orang Tiongkok yang terinfeksi bepergian ke Eropa dan Amerika Serikat. Semua kebijakan ini ditentukan oleh
Partai Komunis Tiongkok, maka kesalahan dan penyebab virus dan pandemi terletak pada
Partai Komunis Tiongkok. Itulah mengapa Profesor Jon Zubieta adalah benar saat ia merujuk “virus Wuhan” dengan cara yang dilakukannya. Tidak ada nama yang lebih baik atau lebih deskriptif untuk “virus Wuhan.”
Namun, terlihat jelas bahwa dalam pandangan Universitas Syracuse, orang-orang yang mengerikan di Beijing yang mengambil organ manusia dari “para donor” yang masih hidup, yang memenjarakan jutaan orang di kamp kerja, dan menghadiahkan pandemi Coronavirus bagi orang-orang di seluruh dunia, pada kenyataannya, mewakili semua orang Tionghoa.
Bagi para pemimpin universitas yang cemerlang, tampaknya tidak ada bedanya antara Partai Komunis Tiongkok dengan orang-orang yang dihancurkannya dan dirusak oleh Partai Komunis Tiongkok. Jika anda mengkritik Partai Komunis Tiongkok, maka anda adalah seorang rasis anti-Tiongkok dan serba jijik dengan kemanusiaan, dan oleh karena itu, tidak layak untuk mengajar kimia.
Tiongkok Merusak Sekolah-Sekolah Amerika Serikat
Tetapi bukan hanya Universitas Syracuse yang telah menjadi corong dan penegak hukum bagi Partai Komunis Tiongkok. Bahkan sekolah yang paling bergengsi, seperti Harvard,
telah berubah menjadi lembaga penelitian yang benar secara politis dengan cara membantu dan mendukung kebangkitan Tiongkok menuju dominasi global.
Mungkin yang lebih buruk lagi, pengaruh Partai Komunis Tiongkok menjadi tersebar luas di seluruh Amerika Serikat dari sekolah dasar hingga lembaga pascasarjana.
Melalui “inisiatif kebudayaan” seperti Institut Konfusius di kampus universitas dan program seperti Seribu Bakat, Partai Komunis Tiongkok telah berhasil tidak hanya mengubah persepsi siswa Amerika Serikat dan pendidiknya terhadap Tiongkok, tetapi juga membawa mahasiswa dan peneliti Amerika Serikat untuk melayani Partai Komunis Tiongkok dengan memberi akses bagi Partai Komunis Tiongkok untuk memperoleh rahasia teknologi Amerika Serikat.
Untungnya, Institut Konfusius dan program Seribu Bakat ditutup oleh pemerintahan Donald Trump. Tetapi kerusakan sekolah-sekolah dan universitas di Amerika Serikat akibat korupsi yang dipimpin Partai Komunis Tiongkok dan kebenaran politik paling kiri yang telah menyesatkan begitu banyak pikiran adalah masih tersisa.
Anehnya, John Liu dari Universitas Syracuse yang bernama asli Liu Zhanjiang sangat secara terbuka mengutuk dan menghukum rekannya karena pelanggaran rasial yang palsu, John Liu sendiri sangat terlibat dalam komunitas ilmiah Tiongkok.
Misalnya, saat mengunjungi sejumlah universitas di Tiongkok beberapa tahun terakhir, ia juga seorang konsultan untuk Laboratorium Nasional Qingdao untuk Ilmu dan Teknologi Kelautan di Tiongkok dan merupakan anggota Chinese Natural Science Foundation, di antara banyak janji lainnya.
Adalah penting untuk dipahami bahwa tidak ada lembaga ilmu pengetahuan dan akademi Tiongkok di mana John Liu menjadi bagiannya, dapat berjaya tanpa dukungan dan pengawasan Partai Komunis Tiongkok. Namun, di sanalah John Liu menjabat, di struktur kekuasaan teratas Universitas Syracuse.
Tuduhan John Liu terhadap Profesor Jon Zubieta — yang tidak melanggar hukum — paling banter, hampa. Paling buruk, tuduhan-tuduhan tersebut adalah upaya bersama untuk memicu ketegangan rasial dan menghilangkan pengaruh anti-Partai Komunis Tiongkok. Tampaknya hal tersebut berhasil membuat Universitas Syracuse menjadi seperti yang diinginkan Partai Komunis Tiongkok.
Sementara itu, Profesor Jon Zubieta, yang memenangkan Penghargaan Presiden Universitas yang bergengsi untuk Keunggulan dalam Penelitian pada tahun 1988, ACS Division Medal Universitas Syracuse pada tahun 2004, dan dinamai untuk Fakultas 1000, Biologi, dan seorang rekan dari Royal Society of Chemistry, tetap berada di luar kelas. (vv)
James R. Gorrie adalah penulis buku “The China Crisis” (Wiley, 2013) dan menulis di blognya, TheBananaRepublican.com. Dia berbasis di California Selatan.
Keterangan Foto : Pertandingan bola basket Syracuse Orange melawan Cornell Big Red di Carrier Dome di Syracuse, New York, pada 8 November 2013. (Brett Carlsen / Getty Images)