oleh Fan Yu
Bank dan pengelola dana terbesar di Wall Street meningkatkan kinerja kehadirannya di Tiongkok, bahkan saat ketegangan antara Beijing dengan Washington semakin meningkat. Manajer-manajer aset AS sedang bergerak untuk membangun tempat berpijak.
BlackRock, manajer aset terbesar di dunia, menerima persetujuan Beijing untuk mendirikan sebuah usaha Tiongkok dalam kemitraan dengan China Construction Bank dan Temasek, dana kekayaan kedaulatan Singapura.
Sementara itu, Vanguard, sebuah manajer investasi pasif utama Amerika Serikat, pada bulan Agustus mengatakan akan merelokasi kantor pusatnya di Asia ke Shanghai dari Hongkong.
Bank Amerika Serikat JPMorgan Chase dan Citigroup juga mengumumkan rencananya untuk mendirikan divisi pengelolaan dana di Tiongkok.
Mengenai perusahaan-perusahaan sekuritas, bank investasi Goldman Sachs berencana untuk mengambil kepemilikan penuh atas usaha patungan sekuritas Tiongkok, menurutmajalah bisnis Tiongkok Daratan Caixin.
Sedangkan saat ini Goldman Sachs memiliki 51 persen Goldman Sachs Gao Hua Securities Co. Ltd., berencana untuk membeli mitra domestik, menurut mereka yang memiliki pengetahuan informasi tersebut.
Bank lain dengan kepemilikan mayoritas atau 51 persen atau lebih di usaha-usahanya di Tiongkok yang mencakup Nomura Holdings dari Jepang, Credit Suisse dan UBS dari Swiss, dan Morgan Stanley dari Amerika Serikat.
Langkah-langkah para manajer investasi dan bank Wall Street, muncul saat Beijing mengambil langkah menuju pembukaannya yang luas tetapi pasar modal dan industri jasa keuangan yang sangat terlindungi.
Beijing pertama kali mengumumkan pada tahun 2017 bahwa Beijing akan memungkinkan kepemilikan asing mayoritas dalam jasa perusahaan keuangan, dan pada bulan Juli 2019, Beijing mengatakan akan menghapus semua batasan kepemilikan asing pada tahun 2020 terkait dengan broker, sekuritas, dan perusahaan asuransi.
Tetapi bank dan manajer investasi Wall Street bergegas ke Tiongkok, bahkan di tengah meningkatnya ketegangan politik dan perdagangan menjelang pemilu Presiden Amerika Serikat.
Tahun ini, pemerintahan Donald Trump telah menempatkan hubungan Amerika Serikat-Tiongkok di bawah pengawasan tambahan. AS memberlakukan sanksi terhadap Huawei dan sekelompok perusahaan Tiongkok lainnya yang memiliki hubungan dengan militer dan pemerintah Tiongkok, dan meningkatkan upaya untuk melenyapkan celah regulasi yang tersedia untuk perusahaan Tiongkok yang terdaftar di bursa saham Amerika Serikat.
Komunis Tiongkok menjadi lawan utama Amerika Serikat di bidang utama seperti perdagangan internasional, teknologi, dan ideologi.
Tikar Selamat Datang
Mengapa Komunis Tiongkok meliberalisasi industri keuangannya saat ini? Yang pasti, hal tersebut diamanatkan oleh fase satu kesepakatan dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang diterbitkan pada bulan Januari.
Salah satu ketentuan menyatakan bahwa Tiongkok harus menghapus semua batas kepemilikan asing atas sekuritas, pengelolaan dana, dan masa depan industri kepemilikan asing dan menghapus “pembatasan diskriminatif.”
Salah satu area yang ditekan oleh pemerintahan Trump pada Beijing adalah mengenai timbal-balik akses pasar.
Selain jasa keuangan, baru-baru ini Trump berfokus pada kurangnya timbal-balik media dengan menempatkan pembatasan aktivitas media Tiongkok di Amerika Serikat. Media Tiongkok dapat dengan bebas menerbitkan dan menyebarkan sudut pandangnya di Amerika Serikat, sementara entitas media Amerika Serikat tidak memiliki kebebasan semacam itu di Tiongkok.
Komunis Tiongkok juga perlu mengadili investasi untuk mempertahankan pasokan dolar Amerika Serikat di pihak Tiongkok. Perusahaan-perusahaan Tiongkok memiliki hampir usd 2 triliun utang dalam mata uang dolar yang belum dibayar di mana perusahaan-perusahaan Tiongkok, perlu layanan menggunakan dolar Amerika Serikat.
Dan, bank-bank Tiongkok telah kehabisan dolar Amerika Serikat sejak tahun 2019, seperti yang dilaporkan pada awalnya oleh The Wall Street Journal.
Sedangkan People’s Bank of China memiliki cadangan devisa sebesar usd 3,2 triliun per bulan Agustus 2020 dan dapat campur tangan jika perlu, kebenaran jumlah itu dipertanyakan oleh beberapa orang peneliti.
Menimbang Risiko dan Manfaat
Ada banyak risiko bagi perusahaan-perusahaan Wall Street yang ingin beroperasi di Tiongkok.
Hambatan yang tiba-tiba baru-baru ini dalam penjualan TikTok yang tertunda oleh ByteDance adalah contoh utama campur tangan Komunis Tiongkok. Beijing mungkin membatalkan kesepakatan divestasi, yang pada akhirnya dapat menyempurnakan kehancuran penilaian TikTok (yang dimulai oleh pemerintahan Donald Trump).
Melihat para investor seperti Sequoia Capital dan KKR dihadapkan dengan sebuah penghapusan yang besar, akankah investor lain enggan berinvestasi di startup Tiongkok yang panas berikutnya? Korupsi adalah ranjau darat potensial lainnya, yang sudah ditimbulkan oleh bank-bank Wall Street.
Pada tahun 2016, JPMorgan didenda oleh regulator Amerika Serikat untuk apa yang disebut “sons and daughters program” atau “program putra dan putri,” yang mempekerjakan kerabat pejabat Partai Komunis Tiongkok untuk memenangkan bisnis untuk anak perusahaannya di Tiongkok.
Itu adalah memalukan bagi JPMorgan dan bank global lainnya, yang menjalankan rencana serupa dengan harapan untuk menjilat pejabat setempat. Dapatkah anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh perusahaan keuangan asing bersaing secara efektif di masa depan?
Ada juga isu-isu lingkungan, sosial, tata kelola dan kekhawatiran lainnya yang menambah kebermaknaan bagi investor. Satu klien utama bank Tiongkok adalah perusahaan domestik Tiongkok, di mana banyak di antara perusahaan domestik Tiongkok tersebut memiliki struktur kepemilikan dan masalah tata kelola yang meragukan.
Dan, bersujud kepada Partai Komunis Tiongkok — sebuah rezim dengan catatan hak asasi manusia yang menghebohkan — sebagai ganti bagi akses pasar adalah tidak akan ditambahkan ke tanda-tanda lingkungan, sosial, tata kelola sebuah bank.
Bencana “Mulan” Walt Disney Co. baru-baru ini adalah pengingat yang terbaru bahwa berbisnis di Tiongkok membawa reputasi risiko yang signifikan.
Dengan asumsi, usaha Tiongkok pada akhirnya akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan induk, pemulangan uang tunai sering menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan multinasional yang beroperasi di Tiongkok.
Beijing menerapkan kendali modal asing yang ketat, yang berarti dana mengalir masuk dan keluar Tiongkok dengan sangat diteliti. Selain pajak dan prasyarat lainnya, perusahaan-perusahaan menghadapi kesulitan tambahan saat membayar dividen kepada perusahaan induk.
Tetapi, mengingat sumber daya hukum dan kepatuhan yang tersedia untuk perusahaan-perusahaan Wall Street, hal tersebut cenderung merupakan masalah yang mahal — tetapi pada akhirnya dapat diselesaikan — Pada akhirnya, Partai Komunis Tiongkok, jika dianggap penting, dapat membelokkan hukum untuk melindungi perusahaan sekuritas setempat. Apa keuntungannya? Sepotong sektor layanan keuangan Tiongkok senilai 45 triliun dolar AS, dan biaya yang terkait dengan pengaturan utang dan ekuitas, manajemen investasi, dan konsultasi merger dan akuisisi. Wall Street mengandalkan merek namanya dan pengalaman luasnya untuk merebut pasar saham dengan cepat.
Perusahaan-perusahaan membuat taruhan jangka- panjang bahwa pertumbuhan di masa depan industri cenderung berasal dari Timur, bukannya Barat. Dan, jika Partai Komunis Tiongkok runtuh di masa depan, tren itu hanya akan mempercepat dan beberapa risiko ini akan hilang.
Ini mungkin adalah strategi yang valid, meskipun dengan tingkat ketidakpastian dan risiko yang tinggi dalam waktu dekat. (vv)
Video Rekomendasi :