Gu Xiaohua, Ling Yun
Mahasiswa XISU – Xi’an International Studies University Fakultas bahasa asing, Tiongkok beraksi protes karena tidak puas dengan penutupan kampus dan kenaikan harga makanan semasa covid-19. Mereka secara kolektif berteriak di dalam asrama selama hampir 30 menit sebagai bentuk protes. Setelah menarik perhatian publik, pihak universitas segera mengadakan pertemuan darurat untuk mengatasi masalah tersebut.
Meskipun pejabat pemda dari berbagai wilayah Tiongkok mengumumkan bahwa virus Komunis Tiongkok (virus Wuhan, New Coronavirus) aman terkendali, namun, banyak sekolah atau perguruan tinggi masih menerapkan manajemen tertutup, termasuk Universitas Studi Internasional Xi’an fakultas bahasa asing.
Sementara, pihak universitas tidak menyediakan perlengkapan dan fasilitas penunjang kehidupan. Kenaikan harga makanan di kantin universitas mencerminkan kegagalan universitas dalam menyelesaikan masalah, sehingga menyebabkan kemarahan publik.
Seorang mahasiswa semester IV di Xi’an International Studies University, bernama samaran Li Qiang mengatakan kepada grup media The Epoch Times, bahwa sejak mulai kuliah pada 28 Agustus 2020 lalu, mereka berada dalam kondisi tertutup. Mahasiswa tidak diizinkan keluar-masuk kampus. Mereka selalu melapor ke pihak universitas, tetapi tidak ada kemajuan yang berarti.
“Karena itu kami pun berteriak lantang di dalam asrama sebagai bentuk protes,” kata Li Qiang.
Pada 20 Agustus malam waktu setempat, video teriakan bersama para mahasiswa di asrama kampus beredar luas di Internet.
Suasana serupa juga pernah terjadi pada saat penutupan kota Wuhan. Banyak warga yang sudah lama dikurung di rumah berteriak dan meraung bersama dalam kegelapan, membuat penonton yang melihatnya bergidik.
Li Qiang mengatakan ada sekitar delapan gedung asrama di universitas pada malam itu berteriak bersama.
“Awalnya dimulai dari asrama putri, lalu diikuti teriakan dari semua asrama. Teriakan itu berlangsung dari pukul 11:30 hingga 12 malam, sekitar setengah jam. Namun, tidak terlihat pimpinan unversitas, hanya penjaga asrama yang mondar-mandir di depan pintu asrama,” kata Li Qiang.
Li Qiang juga menuduh universitas menerapkan standar ganda yakni hanya melarang mahasiswa keluar-masuk, sedangkan dosen, staf atau pekerja di universitas boleh masuk dan keluar dengan leluasa. Itu jelas standar ganda, karena tidak ada yang bisa menjamin mereka tidak akan tertular.
“Lalu, apa bedanya dengan tutup tidaknya kampus, warga sekitar juga bisa ke sekolah, kami sering melihatnya, ini merupakan bentuk formalisme. Hanya mengunci mahasiswa, lainnya bebas, jadi kami sangat tidak puas dan marah,” tanya Li Qiang.
Li Qiang menuturkan, bahwa selama covid19 sebelumnya, dirinya ingin sekali mulai kuliah kembali, tetapi setelah kuliah, dia merasa sangat tidak nyaman dengan kehidupan sehari-hari. Selain ditutup dan tidak bisa keluar, satu-satunya supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari juga ditutup karena menjual barang-barang kadaluarsa.
“Meski bisa pesan secara online, tapi itu juga hanya bisa diantar ke Ximen/pintu barat. Begitu sampai di restoran, ramainya bukan main, jadi sangat sulit untuk beli secara online,” kata Li Qiang.
Seorang mahasiswa mengatakan kepada reporter Beijing News, bahwa saat ini kebutuhan sehari-hari hanya dapat dibeli dengan pengiriman ekspres. Namun, karena meningkatnya tekanan pengambilan pesanan di lokasi pengiriman ekspres di sekolah, paket ekspres seringkali menumpuk, dan beberapa paket ekspres rusak selama penempatan dan penyimpanan.
Mahasiswa lain bermarga Chen, mengatakan bahwa awalnya ada empat pemandian perempuan di sekolah, dan setiap pemandian dapat memberikan layanan kepada sekitar 80 orang. Saat ini, hanya ada satu pemandian wanita di sekolah yang memberikan layanan, hal ini benar-benar sangat merepotkan.
“Perlu waktu lama untuk mengantre,” kata Chen.
Seorang mahasiswa semester III bermarga Guo, mengatakan bahwa selama lockdown, harga makanan seperti buah-buahan dan roti dan katering mulai naik.
“Seiris semangka naik dari 2 yuan/ Rp.4.200 menjadi 5 yuan / Rp.10.500 per potong. Beberapa hidangan di kafetaria juga naik harganya,” kata Guo.
Setelah itu, pihak universitas mengatakan akan menyederhanakan prosedur perizinan bagi mahasiswa yang akan keluar, dan menambah supermarket sementara di kampus, meningkatkan dukungan logistik, pengiriman ekspres dan kebutuhan lain untuk mahasiswa. Kampus juga akan menindak tegas pelaku usaha yang menaikkan harga semaunya.
=Editor : Gao Jing
Johny / rp
Keterangan Foto : Para siswa Universitas Studi Internasional Xi’an tidak puas dengan penutupan sekolah selama epidemi dan berteriak bersama di asrama selama hampir 30 menit. (Tangkapan layar video)