Wawancara : Chen Han / Editor : Meng Xinqi / Pasca Produksi : Li Peiling
Kota Ruili, Provinsi Yunnan, Tiongkok ditutup setelah dua kasus terkonfirmasi virus Partai Komunis Tiongkok pada pertengahan September 2020. Pada 19 September, Pemerintah Provinsi Yunnan mengadakan pertemuan tentang pencegahan dan pengendalian epidemi, meminta pemda di semua daerah memasuki masa perang total, memerangi covid-19 dan memperkuat pengawasan di perbatasan. Dunia luar mempertanyakan, jika hanya ada 2 kasus yang dikonfirmasi, mengapa harus membentuk formasi sebesar itu?
Menurut Beijing News, markas besar Komite Partai Provinsi Yunnan dan Pemerintah Provinsi mengadakan konferensi video pada 19 September dalam menanggulangi epidemi, mendengarkan laporan kerja pencegahan dan pengendalian dari Komando Garis Depan kota Ruili, Menghai, Tengchong, Hekou, Pu’er dan daerah lain.
Pertemuan tersebut menyatakan bahwa semua daerah di semua tingkat harus melaksanakan perintah dan operasi terpadu, sepenuhnya memasuki “masa perang”, dan meningkatkan pengawasan di perbatasan dan tugas-tugas lainnya.
Sebelumnya, dua kasus yang dikonfirmasi dari virus Partai Komunis Tiongkok merebak pada 13 September di Kota Ruili, Yunnan. Keesokan harinya, 14 September 2020, otoritas setempat segera mengumumkan penutupan kota. Semua sekolah ditutup, dan meningkatkan kontrol dan pengawasan di perbatasan Tiongkok-Myanmar.
Seorang wanita warga kota Ruili mengatakan, “Pada dasarnya, semua tempat masuk di kota Ruili telah ditutup. Semua perbatasan dijaga oleh milisi. Ada polisi bersenjata di jalan tol, intinya tidak ada yang bisa masuk. Semua jalan yang bisa masuk ke kota Ruili dijaga ketat.”
Pejabat setempat mengatakan bahwa itu adalah kasus penyakit impor dari luar Myanmar. Mereka menyatakan bahwa kota Ruili dalam kondisi pencegahan epidemi di masa perang dan mengadakan uji asam nukleat di seluruh kota. Laporan media resmi juga mengatakan bahwa rumah sakit persegi di Ruili telah selesai dengan cepat dalam waktu sehari.
Penduduk di lingkungan pemukiman Aoxingshiji, Kota Ruili menyatakan, “Sebanyak 60.000 orang dites dalam satu hari sebelumnya. Tidak mungkin bisa menyelesaikan tes dalam satu hari. Kota Ruili memiliki sekitar 300.000 penduduk, jadi butuh empat atau lima hari untuk menyelesaikan tes.”
Pada malam penutupan kota, Prefektur Dali mengirim lebih dari 200 pekerja medis ke Kota Ruili dalam semalam.
Dari video yang diunggah warganet, rumah sakit kabin persegi di Ruili diperkirakan memiliki ribuan kamar pasien. Warganet mempertanyakan pengumuman resmi menyatakan hanya ada 2 kasus yang dikonfirmasi. Tetapi mengapa perlu begitu banyak tenaga medis ? Dan mengapa harus membangun rumah sakit kabin persegi sebanyak itu?
Wartawan NTDTV mengetahui dari warga setempat, bahwa Rumah Sakit Kota Ruili diduga menerima pasien yang dikonfirmasi.
Warga Ruili menjelaskan, “Kami tidak tahu sekarang, karena kami tidak melihatnya ketika dibawa ke rumah sakit, tapi kami hanya diberi tahu untuk tidak pergi ke rumah sakit itu, dan memberi tahu warga sekitar untuk berhati-hati, dihimbau memakai masker saat keluar dan sebagainya. Kami baru tahu dia memasukkan orang yang diduga pasien. Saya melihat staf medis di luar. Di malam hari, cukup banyak staf medis di luar.”
Warga Ruili lainnya mengatakan bahwa pemberitahuan penutupan kota oleh pemerintah sangat mendadak, sehingga warga belum sempat menyiapkan keperluan apa pun, jadi terpaksa keluar tengah malam untuk berbelanja.
Menurut warga Ruili, karena penutupan kota dan sekolah pada hari itu sangat mendadak. Sebelumnya tampak normal pada pagi hingga siang hari. Hampir tidak ada yang menyangka kota akan ditutup.
Pada 14 September juga tampak normal, namun secara tiba-tiba pada malamnya sekitar pukul 11: 00 di saat semua orang sedang beristirahat, tiba-tiba diberitahu sekolah akan ditutup.
Ketika hampir jam 12 malam, mereka memberi tahu bahwa kota Ruili mungkin akan ditutup keesokan harinya, kemudian orang-orang pun sibuk mengemasi barang-barangnya. Pada jam dua atau tiga pagi malam itu, semua warga diberitahu untuk menjalani tes asam nukleat keesokan harinya.
Penduduk di sekitar Xinguang Road, Kota Ruili mengatakan bahwa semua lingkungan pemukiman warga telah ditutup dan mereka tidak diizinkan untuk pergi kemana pun.
Penduduk di sekitar Xinguang Road, Kota Ruili menyatakan bahwa sekarang, karena lingkungan pemukiman punya banyak pintu keluar, jadi tidak semuanya ditutup, tapi dijaga ketat. Artinya setiap pintu keluar dijaga oleh anggota masyarakat di lingkungan pemukiman masing-masing. Supermarket yang lebih besar masih buka. Pengiriman ekspres hari itu semuanya berhenti operasi, karena tidak bisa masuk. Warga pun berebut memborong beras dan minyak, padahal tidak banyak orang di jalan, dan tidak ada orang di jalan utama itu. Sebelumnya, semua warga sedang menjalani tes asam nukleat, kecuali beberapa warga yang belum menjalani tes asam nukleat.”
Setelah kota Ruili ditutup, harga barang-barang dan persediaan logsitik setempat juga menarik perhatian. Ada berita di Internet bahwa harga daging di Ruili telah naik hingga 100 yuan atau sekitar Rp. 210.000.
Pada 14 September malam, ada yang membeli daging, mungkin dengan harga normal. Pagi harinya naik sekitar 11-12 yuan. Lalu sore harinya, harganya telah mencapai lebih dari 80 – 100 yuan. Setelahnya mungkin sudah naik lebih dari 100 yuan. Kecuali supermarket, jika masih ada yang menjual daging di luar, harganya juga sudah naik lebih dari 100 yuan.
Selain kota Ruili, provinsi Yunnan, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Sichuan, Liaoning, Guangzhou, Shanghai dan tempat lain juga mulai meningkat dalam beberapa hari terakhir. Namun, karena pihak berwenang menyembunyikan informasi epidemi, sehingga dunia luar tidak tahu secara pasti seberapa parahnya tingkat epidemi yang sebenarnya di provinsi-provinsi di atas.
Johny /rp